Connect with us
Rebecca Netflix
Netflix

Film

Rebecca Review: Remake Film Romansa Suspense Karya Alfred Hitchcock

Berhasilkah Netflix menghadirkan kembali masterpiece dari Alfred Hitchcock?

★ ★ ★ ★ ★
★ ★ ★ ★ ★

Rebecca pertama kali rilis pada tahun 1940, disutradarai oleh filmmaker legendaris, Alfred Hitchcock. Rebecca berhasil memenangkan penghargaan bergengsi Oscar 1941 sebagai Best Picture.

Dengan visual film hitam-putih yang lawas, Rebecca juga membawa pulang penghargaan Best Cinematography, Black-and-White. Film ini memiliki tema misteri dengan sentuhan romansa seperti Vertigo (1985) yang juga salah satu karya Hitchcock. Namun, Rebecca jauh lebih bagus dibandingkan dengan film tersebut, bahkan merupakan yang terbaik dari film-film lain dengan tema serupa.

Rebecca (1940)

Rebecca (1940)

Ben Wheatley bisa dibilang telah mengambil keputusan sangat berani, “menantang” nama Alfred Hitchcock dengan me-remake salah satu karya terbaiknya tersebut. Rebecca versi terbaru dibintangi oleh Lily James sebagai Nyonya de Winter dan Armie Hammer sebagai Maxim de Winter.

Sinopsis cerita masih sama, yaitu tentang seorang wanita lugu yang bertemu dengan duda kaya bernama Maxim. Jatuh cinta dalam jangkah waktu yang cukup singkat, keduanya memutuskan untuk menikah kemudian tinggal di sebuah properti warisan keluarga Maxim, Manderley. Nyonya de Winter baru ini pun mengalami kesulitan beradaptasi ketika harus “dihantui” oleh mantan istri yang sudah meninggal, Rebecca.

Bukan Remake yang Sukses, Namun Cukup Menghibur Bagi Penonton Baru

Gagasan akan film remake sendiri sebetulnya sudah patut diragukan, apalagi untuk masterpiece seperti Rebecca. Rebecca versi remake terbaru ini tidak mengalami banyak perubahan dari versi aslinya dalam segi cerita dan penyajian plot. Sehingga plot twist tidak akan mengejutkan lagi bagi penonton yang telah menonton Rebecca versi 1940.

Misteri yang seharusnya menimbulkan tanda tanya dan menegangkan sepanjang film jadi tidak terasa. Mungkin sutradara dan penulis versi remake tidak ingin mengambil resiko melakukan banyak perubahan dari sebuah masterpiece yang sudah sempurna. Oleh karena itu, proyek film remake Rebecca ini patut dipertanyakan motifnya.

Namun, buat kita yang belum pernah menonton versi lamanya Rebecca bisa menjadi tontonan yang cukup menghibur. Bukan film horror, sosok Rebecca dalam kisah ini menghantui karakter utama lebih secara psikologi, didukung dengan pengaruh dari karakter antagonis yang mengkambing hitamkan Nyonya de Winter.

rebecca 2020

Rebecca (2020) | Netflix

Premis tentang seorang istri baru yang harus beradaptasi di bawah bayang-bayang istri sebelumnya merupakan ide yang sangat menarik dari awal. Ketika seorang perempuan biasa sebatang kara harus menandingi sosok Rebecca, yang disebut-sebut sebagai sosok istri sempurna dan sangat dicintai oleh Maxim. Ada fakta pada akhir film yang terasa kurang didukung dengan interaksi antara Maxim dengan istri barunya. Hubungan mereka ditampilkan secara prematur, bak pasangan remaja yang jatuh cinta saat liburan panas secara impulsif. Namun pada akhirnya ditentang dengan perasaan Maxim yang jelas bertolak belakang dengan perilakunya selama ini.

Sinematografi dan Produksi Menawan

Sinematografi film remake ini jelas lebih berkualitas tinggi secara teknis dan modern. Lebih relevan dengan penonton umum masa kini. Pemilihan lokasi, produksi properti, dan kostum juga sangat mendukung visual dari film Rebecca. Setiap frame selalu didukung dengan latar lokasi yang cantik, mulai dari hotel bergaya klasik yang berkelas, panorama alam yang menakjubkan, hingga properti Manderley dengan interior klasik mewah dilengkapi dengan furniture yang detail. Permainan warna yang ditampilkan juga memberikan emosi pada setiap babaknya.

Pada awal pertemuan Maxim dengan karakter protagonis, warna-warna kalem bernuansa hangat menggambarkan cinta pertama yang lugu. Mulai memasuki lokasi properti Manderley, kehangatan tersebut akan langsung hilang dengan warna frame yang didominasi warna-warna dingin dan gelap. Meski ada dua lokasi pantai yang tampil dalam film ini, keduanya mampu tampil berbeda secara visual. Pantai di Monte Carlo terasa lebih romantis, sementara pantai di Manderley, Inggris terasa misterius sebagai saksi bisu.

Karakter Menarik yang Kurang Dikembangkan

Setiap aktor dalam film ini menampilkan kualitas akting yang sudah cukup bagus. Armie Hammer mampu mengeksekusi perang Maxim sebagai duda berkelas namun menyimpan perasaan yang membingungkan. Kristin Scott Thomas menjadi prestasi bagi tim casting untuk mencari pemeran sosok Mrs. Danvers yang misterius. Lily James memerankan karakter utama yang seharusnya memiliki pengembangan karakter lebih maksimal. Dari wanita lugu yang kutu buku, menjadi sosok Nyonya de Winter yang berubah karena cinta. Maxim juga memiliki screen time yang sedikit, seharusnya bisa lebih ditambah untuk membangun chemistry dengan karakter protagonis. Aura cinta yang steamy dan hangat kurang dieksplorasi sebagai film yang bisa dikategorikan sebagai gothic romance ini.

Secara keseluruhan, fakta bahwa film remake Rebecca adalah proyek yang tidak perlu diwujudkan tetap tidak bisa diubah. Buat apa me-remake film legendaris yang sudah diakui kualitasnya? Apa yang sebetulnya ingin disajikan oleh sang sutradara dan penulis naskah?

Daripada memproduksi film remake, seharusnya Netflix perlu menambah Rebecca 1940 ke dalam koleksi film masterpiece lawas di platformnya. Sama halnya mereka menghadirkan Psycho (1960), The Shining (1980), dan film legendaris lainnya. Namun, buat yang belum pernah menonton Rebecca, tak ada salahnya menonton film suspense romance ini sebagai hiburan semata.

Lost in Translation & Her: Kesepian dan Perpisahan dari Dua Perspektif

Film

Siksa Kubur & Badarawuhi di Desa Penari: Rayakan Lebaran dengan Film Horor Lokal

Entertainment

Monkey Man Monkey Man

Film & Serial Terbaru April 2024

Cultura Lists

Perfect Days Perfect Days

Perfect Days: Slow Living & Komorebi

Entertainment

Connect