Connect with us
Pentas Teater Orang-Orang Berbahaya
Coverage: Yose Riandi

Stage

Orang-orang Berbahaya: Membongkar Kesalahan Masa Lalu Lewat Penyelidikan Detektif

Pentas ke-38 Indonesia Kita ini menyuguhkan cerita bergaya baru.

Telah terjadi kasus pembunuhan, dua orang detektif kemudian turun tangan menyelidiki dan sebuah informasi kemudian mereka dapatkan. Sumber permasalahan bermuara pada salah satu rumah sakit jiwa. Penyelidikan kedua detektif tersebut kemudian membuka banyak peristiwa berkaitan dengan masa lalu.

Cerita tadi merupakan alur dari pentas Indonesia Kita berjudul “Orang-orang Berbahaya”. Merupakan pentas ke-38 yang ditampilkan di Teater Jakarta, Taman Ismail Marzuki, selama dua hari, 17-18 November 2022. Selain melibatkan Cak Lontong dan Akbar sebagai detektif, juga menghadirkan Butet Kartaredjasa, Inaya Wahid, Mucle, Bonita, Sri Krishna Encik, Marwoto, Wisben, Susilo Nugroho, Yu Ningsih dan Joind Bayuwinanda.

Penampilan pemain di atas panggung didukung dengan set yang sederhana. Sejak pentas ke-37, Agus Noor melakukan eksplorasi tata artistik. Menyuguhkan lukisan yang disorot proyektor ke set panggung. Percobaan pertama dengan menghadirkan lukisan karya Erica Hestu Wahyuni. Lalu kali ini giliran karya Nasirun.

Seperti lazimnya pentas Indonesia Kita, penonton tetap disuguhkan lelucon mengundang gelak tawa. Tentu saja diselipkan sindiran-sindiran yang membuat telinga panas bagi pihak yang merasa tersentil. Juga memasukkan isu-isu terkini seputar perpolitikan dan hukum di Indonesia. Tentu saja dipadukan dengan humor agar mudah diterima oleh penonton.

Tidak hanya penonton yang tertawa terbahak-bahak, bahkan para  pemain sendiri pun tak bisa menahan tawanya. Tingkah kenes Yu Ningsih, celotehan khas Cak Lontong dan improvisasi para komedian senior adalah bahan bakar gelak tawa.

Para pemain memang dibebaskan untuk berimprovisasi karena mereka dibekali naskah yang hanya berisikan garis besar dari pertunjukan. Tidak ada sedikit pun kalimat yang harus diucapkan pemain ada di dalam naskah. Semua dialog murni hasil dari latihan serta obrolan di ruang makan dan ruang tunggu. Maka tak mengherankan bila pentas hari pertama dan kedua akan selalu ada bahan baru sebagai bumbu pementasan.

Di pentas kali ini, Butet Kartaredjasa mendapat porsi unjuk kebolehan untuk bermonolog. Tidak sepenuhnya bermonolog sebenarnya, namun bicara lebih panjang dibandingkan dengan penampilannya sebelumnya yang kebanyakan hanya numpang lewat dengan sedikit dialog.

“Sudah biarkan saja dia ngomong panjang. Kan selama ini cuma lewat tok. Sekalian ngetes masih bisa apa ndak otaknya ngapalin naskah panjang,” ujar Susilo di atas panggung soal peran Butet.

Pada akhirnya Butet masih memesona penonton dengan kemampuannya. Di balik keitidaksempurnaan penampilannya, julukan raja monolog masih tepat untuk disanding. Raga boleh semakin menua namun semangat untuk berkesenian tak pernah memudar. Sampai ketemu lagi pada pentas Indonesia Kita tahun depan! #JanganKapokMenjadiIndonesia

Siksa Kubur & Badarawuhi di Desa Penari: Rayakan Lebaran dengan Film Horor Lokal

Entertainment

Monkey Man Monkey Man

Film & Serial Terbaru April 2024

Cultura Lists

Perfect Days Perfect Days

Perfect Days: Slow Living & Komorebi

Entertainment

Java Jazz Festival 2024: Embracing Unity Through Music

Entertainment

Connect