Connect with us
NonaRia
Photo Courtesy: NonaRia

Music

NonaRia yang Setia dengan Musik Klasik Indonesia

Cinta NonaRia pada musik klasik Indonesia dan Ismail Marzuki.

Musik retro hingga kini masih menjadi genre yang memiliki pendengar setia. Ada banyak rekaman lama yang tak lekang oleh waktu, banyak juga musisi yang mengusung musik retro sebagai identitas diri, salah satunya NonaRia.

Beranggotakan Nesia Ardi (vokal, snare), Nanin Wardhani (akordeon, piano), dan Yashinta Pattiasina (biola), ‘nona-nona yang ceria’ ini memeluk genre musik klasik Indonesia 40-an hingga 50-an.

NonaRia debut pada tahun 2012 dan sempat mengalami perubahan formasi member yang sebelumnya ada pemain akordeon, Rieke Astari, sampai tahun 2014. Yashinta Pattiasina baru bergabung dengan NonaRia pada tahun 2016, dimana dari situ perjalanan NonaRia di blantika musik Indonesia benar-benar dimulai.

Merilis single “Antri Yuk” pada 2017, membuat mereka berhasil meraih penghargaan Anugerah Musik Indonesia 2018 sebagai Artis Vokal Jazz Terbaik.

NonaRia memiliki berbagai diskografi yang kental dengan nuansa musik klasik Indonesia. Dengan kesederhanaan komposisi instrumen hingga lirik-lirik simple yang terinspirasi dari kehidupan mereka sehari-hari di perkotaan. Simak interview lengkap Cultura bersama NonaRia di sela-sela sesi latihan mereka.

NonaRia

Photo Courtesy: NonaRia

Apa yang membuat NonaRia memilih era musik Indonesia 40-an, 50an?

Karena memang kita dari dulu suka musik 40-an, 50-an dan ngga banyak yang main, jadi kita melestarikanlah.

Siapa saja musisi 40-an, 50-an yang mempengaruhi musik NonaRia?

Dari luar ada Ella Fitzgerald, Duke Ellington. Kalau dalam negeri Ismail Marzuki sama Adikarso. Sebetulnya ada banyak lagi.

Bicara tentang musik tempo dulu, mendengarkan musik-musik lama kerap menimbulkan nostalgia. Adakah lagu tertentu yang selalu kalian ingat dan menimbulkan nostalgia?

  • Papaya Chacha – Adikarso
  • Geef Mij Maar Nasi Goreng – Wieteke van Dort
  • Hilang Permataku – Betaria Sonata

Debut pada 2012, sempat ada perubahan personil, dan jarak perilisan yang cukup jauh setiap tahunnya. Apa para member NonaRia memiliki kesibukan lain di luar musik?

Kita semua dari dunia musik, cuma karena sempat ada perubahan anggota, makanya baru kembali aktif tahun 2016. Sebetulnya juga kita awal-awal cuma pengen cover lagu lama buat senang-senang. Waktu itu kita belum ada juga pikiran untuk bikin lagu sendiri sampai akhirnya kita pikirin konsep yang matang, baru kita jalan dengan baik.

Secara keseluruhan, materi musik yang disajikan oleh NonaRia terdengar simple dalam penulisan lirik yang dekat dengan kehidupan sehari-hari. Bagaimana proses datangnya inspirasi untuk menciptakan lagu seperti “Sayur Labu” dan “Antri Yuk”?

Ya, dari kehidupan sehari-hari aja, kita ‘kan hidup di kota. Tiap hari menghadapi macet, rebutan di jalan, rebutan di antrian bank.

NonaRia

Photo Courtesy: NonaRia

NonaRia akhirnya mendapatkan penghargaan di ajang Anugerah Musik Indonesia 2018 sebagai Artis Vokal Jazz Terbaik. Bagaimana perasaan kalian saat itu? Kemudian, bagaimana pengaruh penghargaan tersebut terhadap visi NonaRia di industri musik Indonesia?

Ngantuk, tapi senang dan ngga nyangka ya, kita juga pesimis di kategori itu. Soalnya waktu itu kita baru mulai dan saingannya berat, dengan nama-nama yang sudah lebih terkenal. Jadi senang dan bersyukur banget. Dari situ kita jadi makin semangat karena ternyata musik kita punya tempat dan ada pendengarnya.

Pada tahun 2020 lalu, NonaRia merilis Sebuah Persembahan Untuk Ismail Marzuki dalam Sampul Surat NonaRia. Apa yang melatar belakangi project tersebut?

Sebenarnya kita ada rencana konser pada Mei 2020 karena untuk merayakan ulang tahun Ismail Marzuki. Tapi karena pandemi mulai bulan Maret akhirnya batal. Hingga akhirnya, beberapa bulan kemudian ada tawaran untuk bikin (album). Ya, uda kita jalankan aja konten tersebut.

Sebesar apa kekaguman dan rasa cinta NonaRia pada sosok Ismail Marzuki?

Besar sekali. Kagum. Lagunya banyak banget, bagus-bagus, abadi. Orang ini legenda ‘lah. Siapa lagi yang mau melestarikan musik-musik lawas Indonesia kalau bukan kita.

Salah satu karya terbaru dari NonaRia adalah “Malu Dong” pada Februari (2021) kemarin. Bisa ceritakan inspirasi dan visi yang hendak NonaRia sampaikan melalui lagu tersebut?

Jelas! Buang sampah pada tempatnya! Ayo kita jaga kebersihan.

Sebelumnya NonaRia telah berkolaborasi dengan beberapa musisi satu frekuensi seperti Fleur! dan David Bayu dari Naif. Apa ada musisi lain yang ingin NonaRia ajak berkolaborasi ke depannya?

Banyak banget. Cuma kita lihat nanti mana yang jodoh.

Apa NonaRia akan selalu setia dengan genre musik 50-an? Apa pernah terbersit niat untuk berkolaborasi dengan musisi lintas genre yang lebih modern?

Sebetulnya kalau kolaborasi kita terbuka sama siapa aja lintas genre, lintas generasi. Kita dulu pernah kolaborasi sama Danilla yang beda banget genrenya. Terus sama Souljah itu juga beda banget. Mungkin lain kali koplo, bisa aja. Jangan tutup kesempatan sendiri.

NonaRia kini sedang mempersiapkan banyak project menarik, mulai dari single hingga album yang belum bisa dikonfirmasi jadwalnya. Ada juga kolaborasi seru yang patut kita nantikan dari NonaRia ke depannya.

Declan McKenna: What Happened to the Beach? Declan McKenna: What Happened to the Beach?

Declan McKenna: What Happened to the Beach? Album Review

Music

Ariana Grande: Eternal Sunshine Ariana Grande: Eternal Sunshine

Ariana Grande: Eternal Sunshine Album Review

Music

Java Jazz Festival 2024: Embracing Unity Through Music

Entertainment

Green Day: Saviors Album Review

Music

Connect