Disutradarai oleh Sam Yates, ‘Megpie’ adalah drama neo-noir psikologis yang mendalami konflik rumah tangga melalui kisah pasangan suami-istri Annette (Daisy Ridley) dan Ben (Shazad Latif).
Ketika kehidupan pernikahan mereka terancam karena keterlibatan Ben dengan seorang aktris, film ini mengurai keretakan yang perlahan terbentuk dalam hubungan mereka dengan cara yang menegangkan dan provokatif.
Film ini dimulai dengan Annette dan Ben yang pindah ke pedesaan untuk mencari ketenangan. Ben adalah seorang penulis yang alih-alih menulis, justru lebih banyak mengabaikan keluarganya dan semakin terobsesi dengan Alicia (Matilda Lutz), aktris yang terlibat dengan putri mereka di lokasi syuting. Sementara Ben larut dalam fantasi bersama Alicia, Annette merasa semakin terisolasi dan kehilangan dirinya sendiri di tengah tanggung jawab mengurus rumah tangga dan anak-anak mereka.
Narasi film dibangun dengan alur yang perlahan, namun penuh ketegangan. Annette, yang awalnya tampak sebagai istri yang tertindas, bertransformasi menjadi sosok yang lebih kuat dan berani menghadapi situasi yang merusak kehidupannya. Hal ini digambarkan melalui adegan-adegan yang menyoroti perjuangan batinnya, di mana ketegangan meningkat seiring perubahan sikapnya terhadap suami yang tidak setia.
Daisy Ridley tampil cemerlang sebagai Annette, menyajikan kompleksitas emosional dengan intensitas yang sangat kuat. Peran Ridley membawa Annette dari seorang istri yang tampak tunduk menjadi sosok yang mengendalikan takdirnya sendiri, terutama ketika rasa curiga terhadap suaminya berkembang menjadi kemarahan yang meluap-luap.
Shazad Latif sebagai Ben juga bermain apik, meski karakternya lebih sederhana dan terlihat sebagai sosok pria yang semakin merosot dalam moralitas, terutama ketika terjebak dalam obsesi terhadap Alicia.
Pemeran pendukung seperti Matilda Lutz menambah warna dalam dinamika konflik, membawa aspek glamor sekaligus ambiguitas moral. Karakter Alicia, yang menjadi objek obsesi Ben juga memberikan tekanan lebih pada Annette, membuat penonton merasakan pertentangan emosional di antara ketiga karakter utama.
Dari segi visual, ‘Magpie’ memanfaatkan palet warna yang redup dan pencahayaan temaram untuk menambah nuansa gelap dan penuh misteri. Atmosfer pedesaan yang sepi dan suasana rumah yang dingin menambah perasaan klaustrofobia, mencerminkan ketidaknyamanan yang dirasakan Annette. Penggunaan sudut kamera sempit dan pengambilan gambar yang intens di dalam rumah menciptakan kesan pengawasan yang mendalam, seolah Annette selalu diawasi, entah oleh suaminya atau oleh obsesi yang lebih besar dari dirinya sendiri.
‘Magpie’ memiliki sejumlah kekuatan, terutama dari sisi akting dan visual, namun beberapa aspek alur cerita terasa sedikit berulang. Beberapa kritik mencatat bahwa obsesi Ben terhadap Alicia menjadi titik plot yang terlalu lama ditekankan, sehingga mengurangi ketegangan alami yang mungkin lebih efektif jika dieksekusi dengan lebih cepat. Namun, penyutradaraan Yates dan akting Ridley berhasil membawa tema gelap ini menuju klimaks yang penuh kejutan, menyeimbangkan elemen drama keluarga dengan gaya neo-noir yang solid.
Pesan Moral
Film ini memberikan pesan tentang penghargaan terhadap diri sendiri dan pentingnya kesetaraan dalam sebuah hubungan. Annette adalah contoh perempuan yang setelah terpojok dan diabaikan, menemukan kekuatan untuk melindungi dirinya dan keluarganya dari pengaruh yang merusak. ‘Magpie’ mengingatkan bahwa cinta dan pengabdian dalam sebuah keluarga harus diimbangi dengan saling menghargai dan kejujuran, bukan dominasi atau obsesi yang berbahaya.
Secara keseluruhan, ‘Magpie’ adalah thriller psikologis yang berani dan intens dengan penampilan kuat dari Daisy Ridley. Meskipun alur ceritanya lambat dan berulang di beberapa bagian, film ini tetap menarik bagi penonton yang menyukai eksplorasi psikologis dalam konteks rumah tangga yang bermasalah.