Connect with us
Tahun Berat untuk Layar Lebar dan Tahun Gemilang untuk Industri Porno
Photo by Adrien Olichon from Pexels

Entertainment

Tahun Berat untuk Layar Lebar dan Tahun Gemilang untuk Industri Porno

Pandemi tak hanya memengaruhi dunia medis.

Mari kita bahas dulu suatu istilah yaitu coping mechanism. Dalam ilmu psikologi, ini adalah strategi yang dilakukan manusia untuk menghadapi suatu stres atau trauma. Dengan coping mechanism, seseorang berusaha menjaga kewarasannya. Contohnya seperti saat ini ketika seluruh dunia menghadapi pandemi. Walaupun kita tidak sedang sakit dan aman berada di dalam rumah bukan berarti kita tidak merasa stres.

Ada banyak strategi yang dapat kita lakukan dalam coping mechanism. Misalnya berolahraga, bermain dengan hewan peliharaan, membersihkan rumah, atau ngopi. Namun sebuah coping mechanism bisa menjadi tidak sehat ketika kita melakukan secara berlebihan dan mengganggu aktivitas sehari-hari. Contohnya kecanduan alkohol, binge eating, atau retail therapy yang kita lakukan via e-commerce. Ada satu lagi coping mechanism yang nampaknya dilakukan banyak orang akhir-akhir ini yaitu menonton porno.

Justin J. Lehmiller, seorang psikolog sosial dari Amerika, mengatakan fenomena ini disebut sebagai erotisasi dari rasa takut. Sebenarnya kita merasa takut dengan pandemi ini. Namun kita mengartikannya sebagai gairah seksual. Walau industri porno memang memiliki pasarnya sendiri secara umum, masa-masa pandemi membuat lebih banyak orang mencarinya. Selama sebulan terakhir Pornhub melaporkan ada jutaan pencarian pada video porno bertema corona.

industri porno

Pornhub Premium Becomes Free for All to Make You Stay at Home | Pcmag.com

Coronavirus porn adalah video-video yang menggambarkan orang melakukan sex dengan perlengkapan medis seperti masker atau surgical gloves. Pornhub sendiri diketahui memberi akses premium gratis kepada para pelanggannya sebagai dukungan kampanye untuk tetap di rumah. Hal ini memicu kenaikan trafik drastis terutama pada negara-negara yang melakukan lockdown. Malaysia adalah negara Asia yang paling banyak mencari coronavirus porn dengan jumlah kunjungan meningkat hingga 84%.

Uniknya, Malaysia sendiri adalah salah satu negara dimana pemerintahnya tidak mengizinkan akses materi pornografi. Seperti di Indonesia, para pengguna internet di Malaysia mengandalkan VPN. Lonjakan akses Pornhub juga terjadi terutama di negara-negara Eropa dengan peningkatan kasus positif COVID-19 yang signifikan. Ditambah lagi beberapa orang benar-benar tidak bisa berhubungan dengan pasangannya karena karantina. Entah karena pasangannya sakit atau justru seorang pekerja medis, ini mendorong orang untuk mengakses pornografi.

Namun semua ini menjadi sebuah mimpi buruk bagi orang-orang yang kecanduan pornografi. Berada di rumah dan tidak memiliki kegiatan untuk mengalihkan pikiran membuat mereka kesulitan. Interaksi sosial adalah kebutuhan bagi tiap manusia sehingga berada di rumah saja membuat orang frustasi. Walaupun kini ada layanan psikologi maupun psikiatri jarak jauh, orang-orang ini akan tetap merasa kesulitan menjalani hari-harinya. Karena itu penting bagi kita untuk memperhatikan orang-orang di lingkungan sekitar. Mungkin mereka membutuhkan perhatian kita lebih banyak saat ini.

film bioskop

Photo by Felix Mooneeram on Unsplash

Sayangnya, industri layar lebar tidak menikmati kegemilangan yang sama seperti industri porno. Baik industri film dalam negeri maupun luar negeri sama-sama merasakan dampaknya. Premiere film-film yang diduga akan meraih box office pun ditunda. Jaringan bioskop 21 maupun Cinepolis awalnya tetap mempromosikan layanan mereka dengan kebersihan yang ditingkatkan. Keduanya memutuskan untuk melakukan penyemprotan desinfektan secara berkala demi memberi rasa aman.

Hal tersebut tidak cukup untuk mendorong orang-orang ke bioskop. Cinepolis memutuskan bahwa bioskop akan melakukan physical distancing sehingga tiap penonton tidak akan duduk bersebelahan. Upaya ini dilakukan untuk meminimalisir kontak antarorang di dalam ruang teater. Sayangnya laju penyebaran Covid-19 tak terbendung sehingga mall-mall berikut bioskop di dalamnya terpaksa tutup. Bisa dibayangkan kerugian yang dihadapi industri film karena pandemi ini.

Tersanjung The Movie hingga KKN di Desa Penari adalah sebagian film dalam negeri yang menunda jadwal perilisan film mereka. Begitu pula dengan Black Widow, The New Mutants, Mulan, hingga franchise James Bond yang dinanti-nantikan semua orang, No Time To Die. Universal Pictures pun memutuskan untuk mengambil langkah radikal dengan merilis film-film layar lebar di televisi sesuai dengan jadwal rilis aslinya. Misalnya Trolls World Tour yang rencananya rilis di bioskop tanggal 10 April.

Pelanggan dapat menyewa film tersebut selama 48 jam dengan harga $19.99. Kita dapat menikmatinya di iTunes, Google Play, Amazon Prime, dan layanan on-demand lainnya. Bisa ditebak sebagian orang memprotes karena harga ini dirasa terlalu mahal apalagi hanya dapat dinikmati dalam 48 jam. Meski demikian bila terdorong rasa frustasi dan bosan bukan tak mungkin strategi ini dapat berhasil. Ditambah lagi sudah banyak film-film layar lebar di bioskop yang merugi dari segi pendapatan.

12.12: The Day 12.12: The Day

12.12: The Day Review – Kudeta Militer dan Periode Tergelap Korea Selatan

Film

Conclave review Conclave review

Conclave Review – Drama Intrik di Balik Pemilihan Paus

Film

We Live in Time We Live in Time

We Live in Time Review: Perjuangan Pasangan Melawan Kanker & Waktu

Film

Auditorium ScreenX Terbesar Kedua di Dunia Hadir di CGV Cinemas Indonesia dengan Teknologi Dolby Atmos Auditorium ScreenX Terbesar Kedua di Dunia Hadir di CGV Cinemas Indonesia dengan Teknologi Dolby Atmos

Auditorium ScreenX Terbesar Kedua di Dunia Hadir di Indonesia

Entertainment

Advertisement Drip Bag Coffee
Connect