Penulis cerita fiksi dan skenario film bernama Laura Santullo lahir pada tahun 1970 di Uruguay. Santullo menulis cerpen dan skenario yang beberapa diangkat ke layar lebar. Novel karangannya berjudul “Un Monstruo de mil cabezas” adalah salah satu karya yang dialih wahanakan menjadi film oleh Plá dengan judul serupa.
Pada 2016 novel ini diterjemahkan dari bahasa Spanyol ke dalam bahasa Indonesia dengan judul “Monster Kepala Seribu” oleh Ratna Dyah Wulandari yang sebelumnya mengalih bahasakan komik “Mafalda”.
Novel Gelap dengan Muatan Sosiologis
“Monster Kepala Seribu” hadir dengan gaya penceritaan bertempo cepat namun mengalir, menceritakan bagaimana ketegangan yang dirasakan oleh sosok Sonia Bonet berjuang mencari keadilan untuk suaminya yang sedang terbaring sakit.
Kejadian demi kejadian disusun sangat menegangkan, terkadang pembaca seolah ingin memeluk Sonia Bonet karena kemalangan yang menimpanya, tetapi di lain sisi juga ingin membantunya keluar dari masalah-masalah besar yang secara tidak sengaja harus Ia hadapi.
Kegelapan semakin terasa saat pembaca harus dipaksa meyakini bahwa di dunia yang indah ini seseorang seperti Sonia Bonet tidak akan pernah menang melawan ketidakadilan.
Perjuangan Seorang Istri Melawan Perusahaan Asuransi Kesehatan
Secara garis besar “Monster Kepala Seribu” adalah cerita tentang pencarian sebuah keadilan dan potret kelambanan aturan perusahaan asuransi yang bertingkat-tingkat. Sonia Bonet sudah membayar premi asuransi kesehatan selama 15 tahun lebih, tetapi perusahaan asuransi menolak membiayai satu-satunya metode perawatan untuk suaminya yang sakit keras agar setidaknya bisa memiliki kualitas hidup yang lebih baik.
Nyonya Bonet dihadapkan dengan aturan berlapis-lapis yang sulit untuk dijangkau, segala cara sudah dikerahkan namun usahanya melawan selalu dihadapkan dengan peristiwa-peristiwa tidak mengenakan. Kemalangan itu pada akhirnya mengantarkan Sonia Bonet untuk melakukan hal nekat. Sebuah pengakuan dari Sonia Bonet sepenuhnya memiliki alasan yang kuat:
“Mereka mendepak saya dari dunia yang rasional, dan kepercayaan kepada masyarakat yang beradab. Dan seekor binatang buas yang disudutkan tidak akan merintih, dia mengigit”
Rasanya pembaca akan diajak untuk bersimpati dengan keadaan protagonis utama yang selalu mengalami situasi serba salah.
Narasi Multiperspektif dari Berbagai Macam Karakter
Dalam buku ini Santullo menggunakan gaya bercerita yang unik melalui sudut pandang karakter-karakter yang random. Narasi yang disampaikan oleh karakter mayor seperti Sonia Bonet dan Anak laki-lakinya membuat setiap tokoh seolah sedang melakukan semacam pengakuan dan kesaksian.
Begitu juga ketika orang-orang yang secara kebetulan terlibat dalam kasus yang menimpa Nyonya Bonet, seperti seorang petugas di tempat pencucian mobil, seorang polisi, hingga petugas kasir yang secara tidak sengaja terlibat sebagai saksi. Semua karakter yang dihadirkan berhasil menyajikan keterangan-keterangan yang solid tanpa memihak.
Kesan pertama ketika membaca novel ini, mungkin pembaca akan sedikit kebingungan karena sudut pandang dari narator yang berbeda-beda, tetapi ketika sudah melalui tiga atau empat bab pembaca akan mulai terbiasa dan malah tertarik dengan format brilian yang dibuat Santullo.
Sonia Bonet dan Kemalangan yang Bisa Menimpa Siapa Saja
Tragedi yang dialami Sonia Bonet bisa membuka mata para pembaca dengan ikut serta membongkar kebusukan dibalik bisnis asuransi kesehatan. Sulitnya mendapat pelayanan kesehatan yang memadai walaupun memiliki asuransi tidak hanya dialami oleh beberapa orang saja. Dari investigasi yang dilakukan Sonia Bonet melalui pengejarannya mendapatkan tanda tangan orang-orang penting petinggi asuransi, malah membuat hati semakin mencelos dengan fakta-fakta yang mengejutkan.
Dengan blak-blakan Santullo menggambarkan kebobrokan bisnis asuransi kesehatan yang hanya berorientasi pada keuntungan, potret dokter-dokter yang dibutakan hati nuraninya, juga akal-akalan lain yang tidak kalah menjijikan karena dilakukan oleh orang-orang berpendidikan.
“Uang yang didapat dari suatu lingkungan yang mengalir begitu banyak rasa sakit, begitu banyak kepedihan, begitu banyak penderitaan, pastilah tidak baik”.
Kemalangan yang menimpa Nyonya Bonet adalah keadaan yang dekat dengan siapa saja, orang-orang sakit yang berjuang mendapatkan hak asuransi adalah semua manusia pada umumnya.
Cerita fiksi yang ditulis Laura Santullo berhasil menangkap fenomena ketidakadilan yang seharusnya tidak boleh terjadi. Kisah perjuangan Sonia Bonet layak mendapat apresiasi dengan lebih banyak orang yang membacanya. Di Indonesia, cerita sepanjang 148 halaman ini bisa dibaca melalui buku “Monster Kepala Seribu” yang diterbitkan oleh Marjin Kiri.