Quantcast
Kraven the Hunter Review: Upaya Gagal Menghidupkan Antihero Marvel - Cultura
Connect with us
Kraven the Hunter

Film

Kraven the Hunter Review: Upaya Gagal Menghidupkan Antihero Marvel

Melewatkan banyak peluang untuk menghadirkan kisah antihero yang menarik dan mendalam.

★ ★ ★ ★ ★
★ ★ ★ ★ ★

‘Kraven the Hunter’ adalah film terbaru dalam Sony’s Spider-Man Universe (SSU), disutradarai oleh J.C. Chandor dan dibintangi oleh Aaron Taylor-Johnson sebagai Sergei Kravinoff, alias Kraven. Film ini berusaha menggali latar belakang salah satu antagonis ikonik Spider-Man, namun sayangnya gagal memberikan dampak yang signifikan dalam genre superhero yang semakin jenuh.

Cerita berfokus pada Sergei Kravinoff, seorang pemburu ulung yang memperoleh kekuatan super setelah berinteraksi dengan serum eksperimental. Didorong oleh trauma keluarga dan keinginan untuk membuktikan dirinya sebagai pemburu terhebat, Kraven memulai perjalanan yang membawanya ke konflik internal antara sifat manusiawi dan naluri predatornya.

Meskipun premis ini menawarkan potensi eksplorasi karakter yang mendalam, eksekusinya terasa dangkal dan klise, tanpa memberikan wawasan baru atau menarik tentang karakter tersebut.

Aaron Taylor-Johnson berusaha keras menghidupkan Kraven, namun terbatas oleh naskah yang kurang mendalam. Penampilannya tidak mampu sepenuhnya menangkap kompleksitas dan kedalaman emosional yang diperlukan untuk membuat penonton peduli terhadap perjalanan karakternya. Pemeran pendukung, termasuk Russell Crowe sebagai ayah Kraven, memberikan performa yang solid, tetapi tidak cukup untuk mengangkat keseluruhan kualitas film.

Kraven the Hunter

Sinematografi film ini tidak menawarkan sesuatu yang istimewa, dengan penggunaan palet warna gelap dan adegan aksi yang disunting secara berlebihan, sehingga sulit diikuti. Efek visual, terutama representasi hewan CGI, tampak kurang meyakinkan dan menambah kesan produksi yang terburu-buru.

Beberapa kritikus mencatat adanya masalah teknis seperti ADR (Automatic Dialogue Replacement) yang buruk dan editing yang kasar, yang semakin mengurangi kualitas keseluruhan film.

Naskah yang ditulis oleh Richard Wenk, Art Marcum, dan Matt Holloway terasa formulaik dan tidak menawarkan inovasi berarti dalam alur cerita. Dialog-dialognya cenderung klise dan kurang menggugah, membuat karakter-karakter terasa datar dan tidak berkembang. Upaya untuk menyampaikan tema maskulinitas toxic dan konflik internal gagal memberikan dampak yang diharapkan, menjadikan film ini terasa hambar dan tidak berkesan.

Sejak perilisannya, ‘Kraven the Hunter’ menerima ulasan negatif dari kritikus dan penonton. Di Rotten Tomatoes, film ini memperoleh skor rendah, mencerminkan ketidakpuasan umum terhadap kualitasnya. Beberapa kritikus menyebutnya sebagai salah satu film superhero terburuk tahun 2024, dengan efek visual yang buruk dan naskah yang lemah.

‘Kraven the Hunter’ adalah tambahan yang mengecewakan dalam Sony’s Spider-Man Universe, gagal memberikan kedalaman karakter atau inovasi dalam genre yang sudah jenuh.

Dengan naskah yang lemah, efek visual yang kurang memadai, dan akting yang tidak mampu menyelamatkan materi sumber yang buruk, film ini sulit direkomendasikan bahkan bagi penggemar setia Marvel.

The Amateur The Amateur

The Amateur – Ketika Sang Analis Menjadi Pembunuh Bayaran

Film

Lady Snowblood: Balas Dendam yang Puitis dan Berdarah

Film

Azumi Review – Aksi Ninja Berbalut Tragedi dan Pertarungan Moral

Film

The Return Review The Return Review

The Return Review: Adaptasi ‘The Odyssey’ yang Intim dan Suram

Film

Advertisement Drip Bag Coffee
Connect