Walaupun banyak dari masyarakat Indonesia mengeluhkan kualitas konten yang disediakan televisi, penontonnya tetap tak sepi. Televisi masih menjadi salah satu media massa paling populer di Indonesia apalagi di luar Pulau Jawa. Internet mungkin banyak peminatnya tetapi tak menjangkau semua kelompok umur. Literasi digital masyarakat kita masih rendah. Televisi, di sisi lain, lebih mudah dicerna. Kalaupun kini penggunaan TV kabel marak tetap saja belum menjangkau semua lapisan.
Kini generasi milenial dan generasi Z memiliki pilihan lain yaitu Netflix. Dengan jumlah pelanggan 150 juta orang di 190 negara dan terus bertambah, Netflix adalah salah satu pemain terkuat di pasar streaming. Netflix tak hanya menawarkan konten-konten berkualitas tetapi juga tinggi secara kuantitas. Kita pun dapat menikmati konten yang dibintangi oleh aktris Oscar sekelas Sandra Bullock. Belum lagi ada banyak tayangan yang sesuai dengan selera kelompok usia muda seperti To The Boys I’ve Loved Before yang mungkin agak cringey.
Namun era golden age itu akan segera berakhir. The Office, salah satu serial televisi populer yang ditonton 7% pemirsa Netflix akan kembali ke pelukan pemilik aslinya yaitu NBCUniversal. Tak hanya The Office saja tetapi beragam serial populer lainnya akan menyusul. Nampaknya kesuksesan Netflix membuat banyak yang ikut tergiur. Mereka lalu berlomba membuat layanan streaming-nya sendiri. Dua nama besar yang akan rilis tahun ini adalah Disney+ dan Apple TV Plus.
Disney+ akan tersedia secara gratis di seluruh jaringan hotel dan resort Walt Disney World. Semua akan dilakukan secara bertahap, dimulai di Colorado. Disney+ sendiri akan rilis secara resmi pada 12 November. Sebagai tanda keseriusan Disney untuk terjun ke pasar streaming, mereka membajak salah satu eksekutif Netflix, Matt Brodlie. Ia akan bertanggung jawab untuk memutuskan konten apa saja yang perlu diproduksi oleh Disney+. Tak hanya itu, Disney+ juga telah mempersiapkan strategi banting harga untuk menyaingi Netflix dengan biaya bulanan hanya $6.99.
Ini artinya Disney juga akan mengambil kembali seluruh filmya yang selama ini bisa dinikmati di Netflix. Tentunya ini ancaman besar bagi Netflix. Disney memiliki jangkauan brand yang luas yaitu film, serial TV klasik, original series, dan program seperti Disney, Pixar, Marvel, Star Wars, National Geographic, hingga seluruh produk 20th Century Fox. Tak sampai di sini saja ancaman terhadap Netflix. Apple TV Plus pun akan hadir dengan konten-konten produksinya sendiri. Meski pemain baru dan kontennya masih akan sedikit, Apple menggaungkan strateginya dengan menekankan kualitas dibanding kuantitas.
Sebagai tahap awal, Apple menggandeng nama besar untuk menciptakan konten-kontennya. The Morning Show adalah sebuah acara bincang-bincang yang akan menghadirkan Reese Witherspoon dan Jennifer Aniston sebagai pembawa acara. Nama lain yang berhasil digaet Apple adalah Steven Spielberg, Oprah Winfrey, dan Jason Momoa. Nampaknya Apple tak khawatir kalah saing dengan penyedia streaming lain meski memiliki pilihan tontonan lebih sedikit. Strategi Apple di pasar streaming televisi maupun musik adalah menguatkan basis pengguna produk-produk Apple, bukan mengutamakan profit sebagai pondasi awal kesuksesan. Apple berencana akan merilis acaranya satu persatu tiap bulan.
Satu lagi pemain lain dari Negeri Paman Sam adalah NBCUniversal. Belum diketahui dengan pasti apa nama layanan streaming NBC ini. Kabarnya NBC akan merilis layanan di pertengahan tahun 2020. Layanan ini berbeda dengan layanan streaming lain karena tidak menekankan sistem berlangganan. NBCUniversal masih dapat dinikmati melalui TV kabel tetapi layanan ini akan menyediakan iklan. Demi layanan streaming ini, NBCUniversal membayar 500 juta dolar kepada Netflix agar dapat membawa kembali The Office. Diperkirakan serial lain akan menyusul seperti Friends, Broklyn Nine-nine, This is Us, dan lain-lain.
Hingar bingar pasar streaming dari para pemain asal Negeri Paman Sam membuat Inggris berpikir untuk ikut arus. Layanan itu akan dinamai BritBox dan mencakup BBC serta ITV. Selain berusaha menyediakan konten yang brilian untuk menggaet pasar dalam negeri, Britbox juga diproduksi dengan rasa nasionalisme tinggi. Konten yang disediakan adalah produksi Inggris sendiri dengan semua orang yang terlibat di dalamnya baik depan layar maupun di balik layar 95%-nya adalah orang Inggris. Bahkan produksi konten-konten juga di Inggris. Bisa dibilang Britbox adalah cara lain untuk berinvestasi dalam negeri dan memajukan perputaran ekonomi.
Namun semua rencana perilisan layanan streaming ini justru bukan hal yang benar-benar bagus. Ini akan membuat pemirsa dituntut untuk membayar lebih banyak. Bila serial yang mereka sukai dan biasanya mereka tonton sudah tidak ada di Netflix, akan muncul dilema. Melepaskan biaya berlangganan dengan Netflix dan mengalihkannya pada layanan lain atau membayar lebih dari satu layanan. Televisi nantinya akan menjadi tontonan mahal dan eksklusif. Kita tak lagi memiliki kebebasan menonton yang kita mau melainkan menonton yang mampu dibayar.
Pada akhirnya semua akan memproduksi acara televisinya sendiri dan menyiarkannya melalui platform mereka sendiri. Televisi akan semakin tersegmentasi. Bukan tak mungkin negara-negara lain akan ikut menciptakan layanan streaming mereka seperti Inggris dengan BritBox-nya.