Kumiko, atau Ia lebih memilih untuk dipanggil Josee, adalah seorang perempuan dengan disabilitas. Bertemu dengan Tsuneo dalam momen tidak terduga, nenek Josee menawarkan pekerjaan pada Tsuneo untuk merawat cucunya tersebut.
Meski diawali dengan hubungan diantara keduanya yang tidak akur, Josee dan Tsuneo mulai menjalin hubungan baik setelah mengetahui ‘passion’ masing-masing. Josee suka menggambar, dan Tsuneo memiliki ketertarikan besar pada laut dan kegiatan menyelam.
“Josee, the Tiger, and the Fish” merupakan anime drama dengan judul yang akan menjawab judulnya seiring kita menonton film ini. Banyak dari kita mungkin melihat film animasi ini di media sebagai romance anime, namun film ini sebetulnya lebih kuat dalam menggaris bawahi isu tentang meraih mimpi dan kemandirian meski dalam keterbatasan.
Menyuguhkan Animasi Dinamis dan Panorama yang Indah
Film animasi ini berasal dari studio Bones, sebuah studio animasi yang juga mengerjakan serial anime populer seperti “Fullmetal Alchemist”, “My Hero Academia”, hingga “Bungo Stray Dog”. Dimana anime-anime tersebut merupakan anime shounen yang menyuguhkan animasi dengan karakteristik laga dinamis.
“Josee, the Tiger, and the Fish” memiliki animasi yang dinamis untuk mengeksplorasi latar yang terasa lebih three dimensional. Ada permainan kamera yang membuat sebuah adegan aksi jadi terasa lebih berkesan dan monumental, serta memberikan variasi pada animasi drama 2D ini.
Tak sekadar menghadirkan footage akan berbagai kegiatan Josee dan Tsuneo bersama, setiap momen memiliki panorama yang indah sebagai background. Salah satu panorama terindah adalah ketika pertama kali Josee dan Tsuneo mengunjungi pantai di saat senja. Begitu juga momen Tsuneo menyelam di laut. Tak hanya adegan-adegan realistik, ada juga adegan-adegan imaginatif yang fantasi menambah variasi keindahan visual dalam film animasi ini.
Keterikatan Josee dan Tsuneo yang Terbentuk melalui ‘Passion’, Bukan Sekadar Cinta
Awalnya, Josee akan tampil sebagai tipikal karakter tsundere yang cukup mengganggu. Namun, tak perlu waktu lama untuk melihat sisi lain dari Josee yang lebih bisa diterima. Begitu juga dengan Tsuneo yang mulai tertarik untuk mengenal Josee lebih lagi setelah mengetahui bahwa Ia pandai menggambar dan memiliki ketertarikan pada laut, begitu juga sebaliknya.
Sejak awal, kisah lebih banyak mengeksplorasi latar belakang masing-masing tokoh yang memiliki minat dan bakat tertentu. Secara “kebetulan” mampu menyatukan mereka berdua dan mempengaruhi perkembangan cerita masing-masing, terutama dalam mengejar mimpi atau cita-cita.
Sebagai perempuan dengan disabilitas, kita akan melihat bagaimana Josee dalam keadaan yang cukup mengkhawatirkan. Membuat kita khawatir apakah Ia bisa mandiri. Kehadiran Tsuneo telah membantu perkembangan kisah Josee sekaligus memberikan inspirasi pada kita bahwa selalu ada jalan asal kita mau usaha.
Selalu ada alternatif jika kita memiliki keterbatasan di sisi lainnya. Pesan tersebut dipresentasikan dalam sebuah adegan yang menjawab metafora ‘the tiger’ dan ‘the fish’ yang tercantum dalam judul.
Pada akhirnya, kisah cinta yang terjalin di antara keduanya juga muncul secara natural, jadi tidak terlalu cheesy. Ada juga beberapa prinsip cinta yang bersinggungan dengan cita-cita dalam kisah ini disuguhkan dengan cara yang lebih rasional untuk kita pahami.
https://youtu.be/d8YSLthFpTM
“Ketidaksengajaan” yang Dramatis, Namun Bisa Ditoleransi
Satu hal yang mungkin cukup terasa janggal dari screenplay animasi ini adalah beberapa adegan yang “tidak disengaja”. Seperti pertemuan Josee dan Tsuneo yang tidak disengaja, kemudian adegan yang sama digunakan sampai dua kali. Hingga momen-momen krusial yang menambah dinamitas cerita agar lebih dramatis. Bisa menimbulkan rasa kesal pada penonton, namun pada akhirnya dibalas dengan momen yang tak kalah krusial dan memberi makna lebih untuk kisah Josee dan Tsuneo.
Pada akhirnya, “Josee, the Tiger, and the Fish” adalah film drama yang tidak terlalu kental dengan nuansa percintaan, namun lebih tentang mimpi dan inspirasi untuk menjadi mandiri dalam segala keterbatasan. Dengan penyampaian yang lembut dan sedikit bumbu tragedi, film ini bisa menjadi tontonan yang menenangkan hati sekaligus memberikan kekuatan bagi penonton yang membutuhkan.