Connect with us
jessica jones season 3
Netflix

TV

Jessica Jones Season 3 Review: Keberanian Dalam Mengambil Sebuah Keputusan

Musim ketiga serial Jessica Jones menjadi perpisahan manis bagi para penggemar kolaborasi Marvel dan Netflix.

★ ★ ★ ★ ★
★ ★ ★ ★ ★

Ada berbagai judul serial adaptasi hasil kolaborasi Netflix dan Marvel. Karakter superhero Marvel seperti Daredevil, Luke Cage, Jessica Jones, Iron Fist hingga anti-hero Punisher mendapatkan kesempatan adaptasi dan dengan cepat menjadi serial superhero favorit penonton. Bahkan pada tahun 2017, Netflix juga merilis sebuah serial crossover antara Daredevil, Luke Cage, Iron Fist dan Jessica Jones berjudul Marvel Defenders. Setiap karakter punya identitas serta ciri khasnya masing-masing sehingga mendapatkan lebih dari satu musim. Pada pertengahan bulan Juni kemarin Netflix merilis musim terakhir dari Jessica Jones yang menjadi penutup kerjasama antara Netflix dan Marvel.

Musim ketiga Jessica Jones dimulai masih dalam kondisi ‘berkabung’ setelah Jessica Jones kehilangan ibunya Alisa Jones pada akhir musim lalu. Keretakan hubungan antara Jessica dan saudari tirinya Trish Walker masih berlanjut bahkan bisa dibilang semakin buruk. Hal ini terbilang wajar mengingat Trish adalah orang yang bertanggung jawab sebagai ‘pembunuh’ dari Alisa Jones. Penonton juga melihat kondisi Jeri Hogarth yang mulai merasakan dampak dari penyakit ALS yang ia derita. Hogarth sendiri terlihat berusaha membenahi hubungannya dengan Kith Lyon mantan pacarnya ketika masih berada di universitas. Malcolm juga mulai tinggal dengan pacarnya Zeya Okonjo yang sama-sama bekerja dalam satu firm milik Hogarth.

Marvel's Jessica Jones

Marvel’s Jessica Jones

Cerita dimulai dengan sederhana yaitu tentang kasus hilangnya Trish Walker. Dorothy Penyelidikan yang dilakukan oleh Jessica mengungkap bahwa Trish mendapatkan kekuatan super dan memiliki kehidupan kedua sebagai seorang vigilante. Rasa iri Trish kepada Jessica memang sudah terasa dari musim-musim sebelumnya, ia merasa bahwa kekuatan yang dimiliki Jessica terbuang sia-sia karena tidak digunakan untuk membasmi kejahatan. Masih menyimpan dendam kepada Trish, Jessica tidak tertarik dan tidak mempedulikan aktivitas superhero Trish. Episode pertama ditutup dengan cukup mengejutkan yaitu seorang sosok misterius yang muncul di depan kediaman Jessica lalu menusuknya dengan sebuah pisau.

Sosok misterius tersebut akhirnya terungkap sebagai seorang pembunuh berantai berdarah dingin bernama Gregory Sallinger. Sallinger adalah karakter antagonist utama di musim ketiga serial Jessica Jones. Berbeda dengan musim sebelumnya yang dilengkapi dengan supervillain berkekuatan super, musim ini menjadi menarik karena Sallinger hanya merupakan orang biasa tanpa kekuatan super. Menyelidiki kasus penusukannya sendiri, Jessica akhirnya mendapatkan identitas dari Sallinger sekaligus motivasinya. Terungkap bahwa pada malam penusukan, Sallinger sebetulnya mengincar Erik Gellen seorang pria yang Jessica temui di sebuah bar. Erik Gellen ternyata bukanlah orang biasa tetapi memiliki kekuatan untuk merasakan kejahatan yang ada pada orang lain. Sayangnya, Erik menggunakan kekuatannya bukan untuk kebaikan tetapi mengancam orang-orang jahat untuk memberikan uang kepadanya. Sialnya, Erik mengancam orang yang salah yaitu Sallinger yang akhirnya berusaha membunuh dirinya tetapi malah menikam Jessica.

Berusaha menjadi ‘superhero’ yang jujur dan bersih terbukti menjadi rintangan yang cukup sulit bagi Jessica untuk menangkap Sallinger. Sallinger merupakan seorang psychopath jenius yang sistematis dan manipulatif. Bahkan Sallinger dapat mengarahkan opini publik sehingga menjadikan Jessica Jones sebagai sosok yang ‘jahat’ di mata publik. Dengan bantuan Trish, Jessica berhasil memberikan perlawanan pada rencana jahat Sallinger. Pertarungan sengit antara Jessica dan Sallinger menjadi momen utama yang menjadi daya tarik bagi musim ketiga Jessica Jones.

jessica jones season 3 review

Marvel’s Jessica Jones | Netflix

Topik utama yang diangkat dari musim ketiga ini adalah pilihan. Keberanian setiap karakter untuk mengambil keputusan diuji secara berat pada musim ini. Jessica Jones berusaha menjawab panggilan superheronya tetapi secara bersamaan menolak menjadi seorang superhero. Trish dihadapkan pada dilemma karena memiliki sistem keadilannya sendiri yang berbeda dari sistem hukum. Malcolm harus memilih antara pekerjaan kotor dengan karir menjanjikan atau pekerjaan bersih dengan penghasilan seadanya. Jeri juga bertarung dengan egoisme (cintanya pada diri sendiri) dan rasa ‘cinta’nya kepada mantan pacarnya Kith Lyon. Erik Gellen, karakter baru di musim ini juga berdiri diantara dua pilihan yaitu menggunakan kekuatannya untuk berbuat baik atau untuk kejahatan. Setiap karakter pernah masuk ke dalam dua sisi konflik internal yang mereka rasakan sehingga menciptakan sebuah pertumbuhan karakter mereka sepanjang musim ketiga ini.

Penonton dibuat merasakan berbagai emosi sepanjang musim ketiga ini. Ada tawa, senyum, rasa takut, rasa sedih yang dapat dirasakan oleh penonton. Perjalanan emosi ini menjadi poin positif yang membuat pengalaman menonton musim ketiga ini menjadi cukup spesial. Sayangnya ada beberapa masalah yang terasa di musim ketiga Jessica Jones khususnya pada unsur plot cerita. Plot bisa dibilang terlalu lambat terutama untuk beberapa episode awal di musim ini. Beberapa episode awal terasa hanya menjadi eksposisi yang kurang penting dan seharusnya bisa dipercepat. Banyak juga adegan ketika penonton hanya memperhatikan karakter yang berpindah dari titik A ke titik B. Penggunaan flashback sebagai salah satu elemen cerita juga terkesan membuang waktu karena menuangkan informasi yang sebetulnya penonton sudah tahu. Bahkan pada akhir episode keempat penonton baru dikenalkan pada karakter antagonist utama sepanjang musim ketiga ini.

Babak kedua terutama setelah munculnya karakter Sallinger bisa dibilang menjadi titik balik yang membuat pacing cerita dari musim ketiga ini menjadi lebih tepat. Sejak awal muncul Sallinger berhasil memberikan impresi mengerikan yang tidak mudah dilupakan oleh penonton. Kepintarannya membuat babak kedua menjadi sangat padat dengan tensi yang cukup tinggi. Sallinger terus berualang kali membuat hidup Jessica menjadi sulit dan berada dalam kondisi berbahaya. Di sisi lain, karakter Jessica Jones mendadak berubah menjadi karaker yang bisa dibilang kurang pintar bahkan bodoh pada babak kedua. Berulang kali Jessica ketahuan ketika sedang mengikuti karakter Sallinger. ‘Tertangkapnya’ Jessica sayangnya bukan hasil jebakan luar biasa yang direncanakan Sallinger tetapi sebagai bentuk tindakan bodoh dan tidak masuk akal. Keledai saja tidak jatuh kedalam lubang yang sama berulang kali tetapi Jessica nampaknya tidak belajar dan terus terjun menyerahkan dirinya sebagai bulan-bulanan Sallinger.

Cerita juga terasa predictable dan kurang memberikan sebuah twist yang mengejutkan penonton. Ada beberapa subplot yang terasa tidak ada gunanya di dalam cerita. Salah satunya adalah subplot hubungan antara Jeri dan Kith. Rasanya tanpa subplot tersebut musim ketiga dari Jessica Jones juga bisa berjalan tanpa masalah. Dibuatnya subplot bagi Jeri sepertinya hanya menjadi bentuk apresiasi untuk karakternya karena sudah ada sejak musim pertama Jessica Jones. Seharusnya subplot yang dibuat dapat memberi dampak lebih besar bagi keseluruhan cerita. Subplot dari Malcolm juga terasa dibuat-buat bahkan tidak memiliki akhir yang penting atau memuaskan.

Perubahan fokus cerita yang terjadi di babak ketiga juga mengurangi momentum yang sudah dibangun pada babak kedua. Perubahan Trish menjadi supervillain setelah Sallinger membunuh ibunya Dorothy seharusnya menjadi tensi menarik dengan pacing yang cepat dan padat. Masih berusaha menipu dan membuat bingung penonton, babak ketiga menjadi akhir yang rasanya terlalu diulur dan kurang memuaskan. Kematian Dorothy bisa dibilang menjadi momen paling menyedihkan sekaligus menjadi momen krusial yang merubah karakter Trish dari ‘Hero’ menjadi ‘Villlain’. Direncanakan sebagai sebuah ‘twist’, dampak dari perubahan karakter Trish kurang terasa karena terlalu diulur dan kurang fokus. Dilemma yang dirasakan oleh Jessica karena harus menangkap saudaranya sendiri juga tidak terlalu terasa karena pacing cerita yang kurang fokus dan terlalu lambat.

Musim ketiga dimulai dengan cukup lemah lewat plot yang terasa begitu lamban, untungnya babak kedua memberikan berbagai momen menarik meskipun harus dicemari oleh babak ketiga yang terasa kurang fokus. Menjawab panggilan superheronya dan menangkap saudaranya sendiri bisa dibilang menjadi momen puncak yang menjawab dilemma superhero Jessica yang muncul dari musim pertama. Menjadi musim yang tidak bisa dibilang mulus setidaknya Jessica Jones menutup cerita dengan ending yang cukup solid. Mungkin 13 episode bisa dibilang terlalu banyak sehingga memberikan dampak pada kualitas cerita. Seharusnya dengan 8 episode saja musim ketiga ini bisa berjalan dengan padat dan tensi yang terus tinggi. Menjadi serial terakhir yang menutup kerjasama antara Marvel dan Netflix, Jessica Jones musim ketiga masih jauh dari sempurna tetapi menjadi serial fun yang cukup menghibur bagi para penggemar serial superhero.

Watch Now!

12.12: The Day 12.12: The Day

12.12: The Day Review – Kudeta Militer dan Periode Tergelap Korea Selatan

Film

Look Back Review Look Back Review

Look Back Review: Nostalgia & Tragedi

Film

Conclave review Conclave review

Conclave Review – Drama Intrik di Balik Pemilihan Paus

Film

Arcane Season 2 Arcane Season 2

Arcane Season 2 Review: Animasi Menawan yang Terlalu Cepat Berakhir

TV

Advertisement Drip Bag Coffee
Connect