Vakum selama 5 tahun, Jazmine Sullivan menggebrak kembali melalui EP ‘Heaux Tales’. Seperti juga ‘Reality Show’ yang meluncur pada 2015 lalu, Sullivan masih setia dengan irama R&B serta lirik bergaya storytelling. Kali ini untuk ‘Heaux Tales’, lebih banyak tema dan topik yang dieksplorasi.
R&B merupakan salah satu genre yang paling banyak diadopsi oleh para musisi dalam karya mereka. Tidak mengherankan bila rilisan di genre ini sangat mudah menjadi “membosankan,” “mainstream,” atau bahkan “basic” dan “terlalu biasa.” Musisi R&B dituntut untuk lebih banyak bereksplorasi. Bila tidak ingin album dan single mereka menjadi “one of many.” Rilisan yang seolah tidak terlalu menarik untuk dilirik.
Jazmine Sullivan menjadi satu dari sedikit artis R&B yang sanggup mengeksplorasi genre ini lebih dalam. Baik itu dengan irama dan instrumen yang digunakan, vokalisasi, sampai tema dari setiap lagunya. ‘Heaux Tales’ merupakan bukti eksplorasi luar biasa dari sang singer-songwriter ini.
Untuk ‘Heaux Tales’, Sullivan menggandeng sederet nama-nama besar di genre musik R&B. Ada Ari Lennox, H.E.R, dan Anderson .Paak. Nama-nama mentereng musisi R&B ini tidak sekedar dijadikan penghias saja. Sullivan menyertakan karakter dan warna mereka ke dalam lagu-lagu kolaborasi yang dirilis. Satu sentuhan yang cukup menarik.
Berbicara mengenai tema dan konsep, album maupun single R&B memang paling sering mengangkat mengenai cinta dan sex. Album terbaru Zayn, contohnya. ‘Heaux Tales’ juga mengusung mengenai tema cinta dan sex. Namun tidak sekedar itu. Sullivan menghadirkan tema emansipasi yang membebaskan para wanita untuk mencintai dan menyuarakan dengan tubuh mereka. Termasuk mengangkat isu-isu sosial, yang cukup bernada feminist, dalam beberapa tema di lagu ini.
“Heaux Tales mengenai observasi saya tentang wanita masa kini, yang berdiri dalam kekuatan mereka dan menerima diri mereka sendiri,” jelas Sullivan mengenai tema dalam album keempatnya, “Tidak ada lagi patriarki para pria yang mendikte apa itu ‘wanita baik-baik.”
Tema tersebut disampaikan dalam track demi track dengan interlude berisi percakapan para wanita berbeda. Kemasan yang sangat menarik untuk tema yang biasanya terlalu berat atau tabu untuk dibicarakan.
Berkebalikan dengan tema yang berat tersebut, beat dan instrumen yang digunakan untuk ‘Heaux Tales’ justru sangat sederhana. Kesederhanaan yang memukau ditunjukkan mulai track pertama, “Bodies.” Snaps dan synth pada “Bodies” mengiringi vokalisasi cantik dari Sullivan. Irama R&B yang begitu kental sejak track pertama dan lirik yang bold seolah mempersiapkan pendengar untuk apa yang akan dihadirkan di album ini.
“Bodies” diikuti dengan prolog “Antoinette’s Tale” yang dibawakan oleh Antoinette Henry. Sejujurnya, prolog di ‘Heaux Tale’ menjadi alasan lain mengapa album ini terdengar begitu spesial. Bagian “Their egos are often way too fragile to ever handle a woman who owns and has any real agency over her body” menjadi highlight yang seolah menegaskan pendengar tema apa yang akan mereka temukan pada track-track berikutnya.
“Pick Up Your Feelings” juga masih sangat kental dengan R&B beat. Warna vokal dan teknik vokalisasi Sullivan benar-benar bersinar di track kedua, yang bercerita tentang bagaimana keluar dari toxic relationship. “Ari’s Tale” menjadi prolog berikutnya yang dibawakan dan ditulis oleh Ari Lennox. Satu lagi prolog yang sangat menarik dari ‘Heaux Tales.’
Bila di “Bodies” Sullivan merayakan apa yang ia dapatkan dari seks, “Put It Down” menceritakan bagaimana hubungan coital membuat ia tergila-gila: “I spend my last ’cause the D bomb.” Dibandingkan dengan track sebelumnya, “Put It Down” memiliki tempo lebih cepat. Sullivan menyisipkan bagian rap yang tidak kalah memukau dari tekniknya bernyanyi. Warna suara Sullivan terlihat semakin bersinar pula di track berikutnya, “On It.” Kali ini, vokal menggoda sang penyanyi berpadu harmonis dengan karakter suara Ari. Tidak perlu banyak kata sebenarnya, “On It” dengan mudah menjadi track terbaik dan most listening di ‘Heaux Tales.’
Kolaborasi dengan Anderson .Paak untuk “Pricetags” menjadi most listening track berikutnya. Sullivan seolah mampu menyuguhkan lika-liku R&B berbeda untuk setiap track di album ini. Mulai dari irama sultry di “On It” hingga “Pick Up Your Feelings” yang mengajak pendengar untuk bergoyang pinggul seiring irama. “Pricetags” juga menghadirkan nyawa berbeda. Tidak sekedar dari tema, keseluruhan musikalitas untuk track ini bersinar dengan caranya sendiri.
Sullivan mempertahankan garis merah musik R&B untuk setiap track di ‘Heaux Tales’. Bahkan semua track mengusung tema cinta dan seks yang sama; meski dengan sudut pandang dan konsep penceritaan berbeda. Garis merah yang digunakan untuk setiap tracks, beruntungnya, tidak membuat ‘Heaux Tales’ membosankan. Malah sebaliknya. Sullivan tetap menghadirkan keunikan demi keunikan di masing-masing track. Perubahan tempo, lonjakan beat, sentuhan marching band, sampai balada akustik seperti untuk “Lost One.”
Keunikan dari setiap track; ditambah dengan prolog menarik yang hadir diantara masing-masing track membuat ‘Heaux Tales’ wajib didengarkan dari awal hingga akhir. Tidak ada satu track pun yang layak untuk di-skip. Bahkan setiap prolog sekalipun.
Jarang ada album R&B yang sanggup hadir secara mainstream dengan tetap mempertahankan idealisme dan keunikan. ‘Heaux Tales’ menjadi satu dari sedikit album R&B yang tidak akan cukup hanya didengarkan satu kali. ‘Heaux Tales’ mengajak pendengarnya merayakan cinta, seks, seksualitas, patah hati, emansipasi, dan kebebasan wanita untuk berekspresi. Musik sederhana, tanpa kemewahan permainan instrumen, dengan warna serta kemampuan vokal yang kuat menjadi senjata utama Sullivan di album ini. A well done album.