Connect with us
Jakarta vs Everybody

Film

Jakarta vs Everybody Review: Tentang Mimpi Usang dan Keruhnya Jakarta

Berusaha menampilkan perjalanan seseorang dalam menggapai mimpi, Jakarta vs Everybody seakan terlelap dalam keruhnya urban Jakarta.

★ ★ ★ ★ ★
★ ★ ★ ★ ★

Bagi orang Indonesia, Jakarta adalah kotanya pemimpi dengan jutaan kesempatan di depan mata. Banyak orang datang dan melakukan berbagai hal di ibukota demi sesuap nasi. Namun, tidak selamanya mimpi bisa digapai di Jakarta. Sekilas itulah yang ingin ditampilkan dalam ‘Jakarta vs Everybody’, film drama yang saat ini sudah bisa disaksikan secara eksklusif di Bioskop Online.

‘Jakarta vs Everybody’ merupakan film terbaru dari Ertanto Robby Soediskam, yang sebelumnya tenar melalui ‘Ave Maryam’ pada 2019 lalu. Dibintangi oleh Jefri Nichol, Wulan Guritno, dan Ganindra Bimo, film drama ini berfokus pada Dom, lelaki perantauan yang berusaha menggapai mimpinya sebagai aktor di Jakarta. Akan tetapi, pertemuannya dengan Pingkan dan Radit justru membawanya ke jaring peredaran narkoba di ibukota, membuatnya bertanya-tanya akan mimpi dan realitas di depan mata.

Jakarta vs Everybody Review

Melihat film yang menampilkan perkembangan seseorang mencari jati diri memang masih menjadi salah satu premis menarik dalam dunia sinema. Dasarnya, itulah yang ingin diangkat oleh sang sutradara melalui perspektif Dom yang naif dan perlahan tertampar dengan realitas di depan matanya.

Akan tetapi, kisah dari Dom ini seakan tertutupi dengan berbagai isu yang membuat Jakarta sangat kelam di dalam ‘Jakarta vs Everybody’. Sisi lain dari Jakarta ini tentunya menjadi sorotan tambahan yang ingin ditampilkan oleh Ertanto Robby Soediskam dan Jefri Nichol kala menulis naskah. Namun, hal tersebut terasa basi karena sudah banyak film yang membahas mengenai concern serupa, utamanya dua versi ‘Jakarta Underground’ beberapa tahun silam.

Jakarta vs Everybody

Berkaca dari mimpi Dom untuk menjadi aktor, ‘Jakarta vs Everybody’ juga menyelipkan ragam easter egg yang berkaitan dengan industri film nasional dan internasional. Ada beberapa selipan yang ditampilkan, seperti ‘Taxi Driver’ dari Martin Scorsese, ‘Lovely Man’ dari Teddy Soeriaatmadja, hingga cameo singkat dari aktor Chicco Jerikho. Walau selipan tersebut dapat menjadi sedikit penghibur dari kelamnya film ini, nyatanya berbagai easter egg itu tampil dengan esensi minim pada penceritaan yang membuatnya terasa tidak terlalu berkaitan dengan main plot.

Karakterisasi dalam ‘Jakarta vs Everybody’ tidaklah buruk, namun belum bisa dibilang baik pula. Dom yang diperankan oleh Jefri Nichol terasa bland dengan trait yang basi. Namun, hadirnya Pingkan dan Radit sebagai supporting character cukup berhasil untuk membangun gritty vibe dalam film ini sekaligus membawa penceritaan menjadi sedikit lebih menarik.

Dari sisi teknis, ‘Jakarta vs Everybody’ tampak cukup baik, utamanya dari set design yang berfokus mengenai urban life di Jakarta dan scoring yang mendukung berbagai scene di dalamnya. Walau begitu, color tone yang warm dan terlalu kekuningan seakan membuat film dari Ertanto Robby Soediskam tampak sangat membosankan.

‘Jakarta vs Everybody’ adalah satu film drama yang punya potensi dalam membangun jati diri seseorang dalam menggapai mimpi dan tertampar realita seiring waktu. Akan tetapi, pembawaan sisi kelam Jakarta-nya terasa generic yang membuat film ini out-of-date.

Lost in Translation & Her: Kesepian dan Perpisahan dari Dua Perspektif

Film

Siksa Kubur & Badarawuhi di Desa Penari: Rayakan Lebaran dengan Film Horor Lokal

Entertainment

Monkey Man Monkey Man

Film & Serial Terbaru April 2024

Cultura Lists

Perfect Days Perfect Days

Perfect Days: Slow Living & Komorebi

Entertainment

Connect