Connect with us
Photo: Getty Images

Music

J. Cole: The Off-Season Album Review

Kritik sosial dalam balutan musik rap dan hip-hop klasik.

★ ★ ★ ★ ★
★ ★ ★ ★ ★

Memulai karir melalui rilisan mixtape demi mixtape berkualitas; disusul sederet album yang membentuk dirinya tidak saja sebagai rapper berbakat. Melainkan sosok legendaris di panggung musik rap dan hip-hop. J. Cole kali ini melanjutkan karirnya dengan album bernada klasik, sentimental, sekaligus berisi kritikan sosial.

‘The Off-Season’ meluncur sebagai bagian pertama seri album “The Fall Off Era” di tahun ini. Bersamaan dengan peluncuran ‘The Off-Season,’ J.Cole merilis pula film dokumenter pendek sepanjang 12 menit, Applying Pressure: The Off-Season Documentary.

Dalam satu dekade terakhir, setelah memulai karir dengan mixtape ‘The Come Up’ di tahun 2007; J.Cole menarasikan tentang ras, suku, kelas, hingga gender melalui verse rap yang dikemas dalam flow-flow apik. Perhatiannya pada isu sosial tidak berubah, saat tahun lalu ia merilis single hits “Snow on tha Bluff;” dimana ia mengungkap pandangan tentang kebebasan ras kulit hitam.

Menariknya, di lagu tersebut J.Cole juga mematahkan reputasinya sebagai rapper cerdas dan vokal dengan isu-isu sosial di sekitar, “N***** be thinkin’ I’m deep, intelligent, fooled by my college degree/My IQ is average, there’s a young lady out there, she way smarter than me.”

Walau mengakui dirinya tidak seperti reputasi yang dimiliki, bukan berarti J.Cole langsung diam dan tak lagi menyisipkan pandangan, kritik, dan ide-ide tentang berbagai isu sosial dalam rilisannya. ‘The Off-Season’ masih menyinggung mengenai beberapa isu, salah satunya kritikan tentang peraturan penggunaan senjata berapi. Namun kali ini, J. Cole menyisipkan sisi-sisi fun dalam album yang kental dengan musik hip-hop dan rap klasik.

Genre hip-hop serta rap memang masih menjadi bungkus utama di album ini. Seperti sebelumnya, untuk album keenam ini pun J.Cole belum banyak menyisipkan genre lain. Meskipun kali ini, sang rapper legendaris menggandeng beberapa musisi hingga rapper muda lain sebagai kolaborator. Satu hal yang tidak banyak dilakukan rapper bernama asli Jermaine Lamarr Cole tersebut di album pendahulu.

‘The Off-Season’ dibuka dengan track nostalgia nan sentimental, “95 South.” Judul track ini diambil dari jalan tol yang membawa Cole dari North Carolina ke New York City. “Amari”, yang menjadi track berikutnya menggunakan komposisi instrumen gitar dan trap drum; dengan beat yang terdengar tidak asing lagi di diskografi Future Records.

J. Cole memang tidak dikenal memiliki flow rap maupun beat inovatif. Sebaliknya ia justru sering menggunakan perpaduan instrumen standar di musik hip-hop. Serta menunggangi irama dari berbagai sampel berbeda. Sehingga sama sekali tidak mengejutkan bila track demi track di ‘The Off-Season’ terdengar familiar.

Untuk “My Life”, J. Cole memberikan kesegaran tersendiri dengan menggandeng 21 Savage dan Morray. Morray yang juga berasal dari Fayetteville, North Carolina menarasikan lirik Pharoahe Monch dengan vokalisasi seolah memimpin paduan suara.

21 Savage pun tidak kalah bersinar. Ia menyeimbangi gaya rap flow Cole yang layaknya bernyanyi; dengan verse lirik hasil kolaborasi Cole bersama Jake One dan Wu10. Diantara dua kolaborator apik ini, J.Cole untungnya berhasil tidak tenggelam. Ia justru menghadirkan verse yang terdengar biasa, namun tetap catchy: “Wanna be in the spot like where every bitch want me like Rihanna droppin’ new Fenty.”

“Applying Pressure” tidak disasarkan sebagai track kritik tentang berbagai isu sosial. Seperti judulnya, Cole justru memberikan tekanan kepada rapper-rapper baru. Verse “That’s why when niggas throw a shot or two online, I pay no mind to their benign gestures” dibawakan dengan latar belakang boom-bap instrumental. Track hip-hop klasik ini seolah akan pas menjadi musik latar di sitkom tahun 90-an.

Bar lirik “If you broke and clownin’ a millionaire, the joke is on you” menyinggung tentang kehidupan di sosial media; terutama tentu saja tentang para haters. Sebenarnya untuk rapper sekelas Cole, pemilihan bar seperti ini justru tidak menunjukan kelasnya sebagai musisi elit.

Terlebih bila membandingkan wordplay dan pemilihan frasa hingga kata di album “KOD”.

“Punchin’ the Clock” menggunakan gaya rap sama dengan “Applying Pressure”. Cole memberikan flow para bar rap di kedua track ini yang tidak saja bernada hip-hop klasik. Namun juga bernostalgia ke gaya rap dari East dan West Coast; yang sebelumnya digunakan Cole di mixtape ‘The Come Up’ dan ‘The Warm Up’ di tahun 2007 dan 2009.

Sedangkan “100 Mil” terdengar memiliki trap beat mirip “My Life”. Kolaborasi dengan Lil Baby di “Pride Is the Devil” membawa angin segar. Dimana Baby mengimbangi sisi serius Cole dengan rap flow dan verse lebih fun: “Got my feet up, I paid silly bands to have sex on the jet.” Cole sendiri menarasikan mengenai kematian sang teman, dan bersyukur ia masih hidup hingga saat ini: “I’m thankful ’cause I made it past my thirties, no one murdered me.”

“Let Go My Hand” menjadi track menarik berikutnya berkat kolaborasi bersama Bas dan 6lack. Track ini menarasikan tentang kematian, pertemanan, dan juga kehidupan sebagai ayah. Cole kembali menunjukan kemampuan menulis lirik dan story telling dengan menyambungkan narasi di track ini dengan “Close.” “Interlude” membawa ritme apik yang menunjukan kemampuan Cole sebagai produser.

Album keenam bagi rapper legendaris selalu sebagai titik balik kreativitas. Lihat saja ‘Tha Carter II’ dari Lil Wayne dan ‘Yeezus’ dari Kanye. Di sisi lain, album keenam pun bisa menjadi pertanda matinya kreativitas seorang musisi, dan pengulangan materi. Contohnya saja, ‘Relapse’ milik Eminem.

Untungnya ‘The Off-Season’ tepat berada di batas antara kedua sisi tersebut. Cole tidak berbalik arah dan melahirkan dirinya yang baru dalam musikalisasi untuk album keenam ini. Pendengar setia musiknya, sekaligus penggemar genre hip-hop akan dengan mudah mengenali flow, verse, ide dan narasi, hingga penggunaan beat khas J.Cole di ‘The Off-Season.’

Sedangkan ia juga tidak lantas menggunakan materi lama berulang-ulang. ‘The Off-Season’ dibalur dengan ide-ide segar (untuk standar J.Cole) dan menyenangkan di musik hip hop modern. Salah satunya, ya, dengan menggandeng sosok-sosok yang merajai hip hop generasi ini.

Secara konsep dan musikalisasi, ‘The Off-Season’ nyaris sempurna. Hanya saja pengulangan beat hip hop klasik (yang jujur saja, overused) dan sample-sample hingga menjadikan track di album ini terdengar familiar; justru menjadi sisi minus tersendiri.

Declan McKenna: What Happened to the Beach? Declan McKenna: What Happened to the Beach?

Declan McKenna: What Happened to the Beach? Album Review

Music

Ariana Grande: Eternal Sunshine Ariana Grande: Eternal Sunshine

Ariana Grande: Eternal Sunshine Album Review

Music

Java Jazz Festival 2024: Embracing Unity Through Music

Entertainment

Green Day: Saviors Album Review

Music

Connect