Serial populer Game of Thrones akhirnya menutup kisah perebutan takhta yang sudah berlangsung selama delapan musim di episode terakhir yang berjudul “The Iron Throne”.
Setelah berbagai kekecewaan yang dirasakan penonton pada beberapa episode di musim ini sepertinya akan sulit bagi serial Game of Thrones memberikan sebuah penutup yang memuaskan dan menghapus kekcewaaan penonton. Episode “The Iron Throne” terbukti tidak bisa melakukan terlalu banyak atau bahkan menyelamatkan musim kedelapan yang bisa dibilang sebagai musim terburuk dari Game of Thrones.
Episode ini dimulai dari sudut pandang Tyrion yang berjalan di tengah King’s Landing yang hancur akibat serangan Daenerys di episode sebelumnya. Berbagai bangunan terlihat sudah hancur dan banyak jasad warga sipil memenuhi jalanan di King’s Landing. Kekejaman Daenerys ternyata belum berakhir, pasukan unsullied yang dipimpin oleh Grey Worm terus melakukan eksekusi pada pasukan Cersei yang sudah menyerah dan tidak berdaya.
Kondisi sempat memanas apalagi ketika Jon Snow berusaha menghentikan eksekusi yang dilakukan oleh pasukan unsullied. Seharusnya kehancuran King’s Landing serta kematian ribuan warga sipil dapat menimbulkan berbagai emosi seperti kesedihan, ketakutan bahkan kemarahan bagi penonton. Sayangnya kehancuran King’s Landing sepertinya tidak memberikan dampak emosi apapun kepada penonton. Kegagalan tersebut tidak dapat dihindari apalagi mengingat kehancuran King’s Landing yang didasari oleh plot yang tergesa-gesa dan tidak masuk akal.
Performa akting Peter Dinklage dalam memerankan karakter Tyrion kembali patut diberikan apresiasi. Perjalanannya dalam mencari tahu nasib Jaime dan Cersei menjadi salah satu momen paling emosional serta bisa dibilang satu-satunya momen positif di episode ini. Penonton dapat ikut merasakan kesedihan Tyrion yang menemukan tubuh dua saudaranya Cersei dan Jaime. Tidak bisa menerima kekejaman Daenerys, Tyrion akhirnya mengundurkan diri dari posisinya sebagai tangan kanan Daenerys. Tyrion akhirnya menjadi tahanan Daenerys yang mengetahui bahwa Tyrion adalah orang yang melepaskan Jaime di episode sebelumnya.
Jon Snow yang sedang berada dalam kebimbangan menghampiri Tyrion yang sedang menunggu waktu eksekusi. Perbincangan keduanya terasa sedikit menyebalkan terutama karena karakter Jon Snow yang membela Daenerys mati-matian tanpa sebuah argumen yang kuat. Hanya dengan motivasi ’cinta’ Jon Snow seperti kehilangan identitas serta karakter yang sudah penonton kenal selama tujuh tahun terakhir.
Ada sebuah poin menarik dari perbincangan mereka yaitu pengakuan Tyrion yang ternyata juga jatuh cinta pada Daenerys. Sayangnya pengakuan Tyrion sepertinya terlambat diberikan kepada penonton sehingga tidak memberikan dampak dan terasa tidak terlalu penting. Perbincangan keduanya terbukti menjadi momen penting yang menentukan akhir dari permainan takhta.
Setelah menghabisi masyarakat sipil, di episode ini penonton berkesempatan untuk mendengar ambisi Daenerys untuk menguasai daerah lain di Westeros. Di adegan ini penonton dapat ikut merasakan perubahan Daenerys yang mengikuti jejak ayahnya ‘The Mad King’. Penonton lalu diperlihatkan bagaimana kepuasan Daenerys yang berjalan di tengah reruntuhan Red Keep’s dan berdiri di depan Iron Throne. Tidak lama Daenerys didatangi oleh Jon yang berusaha merubah pikiran Daenerys. Daenerys tidak terpengaruh oleh bujukan Jon sehingga membuat Jon harus mengambil pilihan berat yaitu membunuh Daenerys.
Kematian Daenerys bisa dibilang tidak mengejutkan dan terasa anti-klimatik. David Benioff dan D.B Weiss sepertinya ingin membuat sebuah tragedi dan momen emosional antara Jon dan Daenerys. Sayangnya, upaya tersebut bisa dibilang gagal, mengingat dinamika hubungan antara Jon dan Daenerys yang berjalan selama lebih dari dua musim sudah sejak awal terasa palsu dan tidak bisa dipercaya.
Sangat disayangkan jika mengingat potensi dari karakter Daenerys yang sempat menjadi salah satu karakter favorit penonton berakhir tanpa memberikan dampak emosional bagi penonton. Perubahan karakter yang terasa tiba-tiba di musim ini menghilangkan segala tensi yang membuat plot cerita terasa tidak masuk akal. Kematian Daenerys memicu kemarahan Drogon yang menyemburkan api dan meleburkan The Iron Throne. Adegan tersebut menjadi adegan simbolik sebagai penutup permainan takhta yang telah berlangsung beberapa generasi dan memakan banyak korban jiwa.
Penonton lalu diperlihatkan perbincangan para penguasa yang membicarakan siapa yang hendak memegang kekuasaan di Westeros. Secara mengejutkan Tyrion mengusulkan Bran sebagai kandidat terbaik untuk menjadi raja di Westeros. Yang lebih mengejutkan lagi adalah keputusan Bran yang setuju dengan usulan Daenerys.
Selama ini Bran dibuat sebagai karakter yang tidak peduli terhadap masalah permainan takhta apalagi ia merupakan The Three Eyed Raven. Rasanya sangat tidak ideal atau tidak pas untuk mengangkat Bran untuk menjadi raja di Westeros. Keputusan untuk mengangkat Bran menjadi raja sepertinya adalah bukti ekspresi kebingungan David Benioff dan D.B Weiss dalam memberikan peran serta fungsi untuk karakter Bran. Kembali, kurangnya materi novel sepertinya menjadi salah satu penyebab utama hilangnya konsistensi serta fungsi setiap karakter pada cerita perebutan takhta.
Selain dua momen penting yaitu kematian Daenerys dan diangkatnya Bran menjadi penguasa Westeros, tidak terlalu banyak momen berkesan lainnya di episode ini. Winterfell lepas dari wilayah kekuasaan dan memiliki sistem pemerintahannya sendiri yang dipimpin oleh Sansa yang diangkat menjadi ratu.
Arya memutuskan untuk pergi mengembara tanpa tujuan yang jelas. Jon Snow kembali menjadi bagian dari Night’s Watch. Usaha David Benioff dan D.B Weiss dalam menutup kisah para karakter ini bisa dibilang jauh dari memuaskan.
Tidak terlalu banyak hal yang bisa diharapkan untuk episode terakhir ini. Mengingat kekacauan yang sudah dibuat pada beberapa episode sebelumnya akan sulit episode terakhir ini memberikan akhir yang memuaskan bagi penonton.
Episode yang berjudul “The Iron Throne” ini terasa sangat anti-klimatik dan cukup mengecewakan bagi para penggemar setia serial Game of Thrones. Meskipun begitu, masih ada beberapa momen menarik terutama bagi akhir dari setiap anggota keluarga Stark.
Episode terakhir ini setidaknya memberikan sebuah penyelesaian meskipun jauh dari kata sempurna atau memuaskan. Kemarahan para penggemar Game of Thrones bisa dibilang sangat wajar tetapi daripada membuang waktu pada sebuah serial yang telah berakhir mari memberikan kesempatan untuk serial lainnya yang mungkin berpotensi mengalahkan serial Game of Thrones.
Season 8 Reviews
Episode 2 – A Knight of The Seven Kingdoms