Semenjak season pertamanya di tahun 2011, sosok Night King, White Walker dan pasukannya sudah disetup sebagai bahaya paling besar yang ada dunia Game of Thrones. Siapa yang menyangka hanya dalam satu episode Night King dan pasukannya berhasil dikalahkan? Rasanya sedikit anti-klimatik jika dibandingkan dengan ekspektasi serta hype penonton untuk perang terakhir ini.
Penonton tentunya berharap ada payoff memuaskan untuk berbagai setup yang sudah diberikan sejak season pertama. Sebaliknya banyak payoff yang rasanya tidak pernah disetup sebelumnya. Minggu ini Game of Thrones kembali ke layar televisi lewat episode keempatnya “The Last of Stark”.
Episode dimulai dengan pembakaran para prajurit serta karakter yang tumbang di episode sebelumnya. Adegan ini seharusnya dapat memberikan dampak serta momen emosional bagi penonton, sayangnya tidak banyak karakter penting yang menjadi korban di episode sebelumnya sehingga membuat adegan ini kurang kuat dan tidak memorable.
Selain Ser Jorah rasanya tidak ada karakter lain yang dapat membuat penonton ikut merasakan kesedihan para karakter yang masih hidup. Satu hal yang menarik di adegan pembuka ini adalah bisikkan Daenerys kepada Ser Jorah. Daenerys terlihat membisikkan sesuatu kepada Ser Jorah tetapi penonton tidak dapat mendengar kalimat yang dibisikkan oleh Daenerys. Kira-kira kalimat terakhir apa yang diberikan Daenerys untuk Se Jorah ya?
Setelah pembakaran para prajurit yang tumbang, penonton langsung diperlihatkan pesta kemenangan para karakter di Winterfell. Pesta kemenangan ini sebetulnya wajar dilakukan mengingat mereka berhasil bertahan hidup pada perang melawan Night King. Sayangnya pesta kemenangan ini gagal mempertahankan tensi dan terasa membuang waktu apalagi mengingat hanya dua episode yang tersisa untuk menutup serial ini.
Tidak ada hal penting yang terjadi atau informasi baru yang diberikan kepada penonton selama dua puluh menit adegan pesta kemenangan ini. Salah satu momen menarik di adegan ini adalah status Gendry yang dinaikkan sebagai Lord of Storm’s End oleh Daenerys.
Keputusan Daenerys untuk menaikkan status Gendry sebetulnya tidak lebih dari kepentingan politik jika ia telah berhasil duduk di Iron Throne. Kenaikkan status Gendry terasa tidak terlalu penting bagi progresi cerita, status Gendry tidak memberikan keuntungan atau kekuatan yang segera dibutuhkan Daenerys untuk menghadapi Cersei.
Ada berbagai romansa yang diperlihatkan di episode ini. Gendry yang baru saja mendapatkan kenaikkan status berusaha mencari keberadaan Arya. Menarik sebetulnya melihat bagaimana arah hubungan Gendry dan Arya mengingat hubungan terakhir mereka yang ambigu sebelum perang melawan Night King.
Penonton dikejutkan pada upaya Gendry untuk melamar Arya dan menjadikannya The Lady of Storm’s End. Malang nasib Gendry, Arya menolak lamarannya dan mengatakan ia tidak tertarik pada gelar yang Gendry tawarkan. Bagi penonton yang menyukai dinamika antara Arya dan Gendry pasti akan merasa kecewa melihat resolusi dari hubungan mereka ini.
Selain hubungan Arya dan Gendry, penonton juga diperlihatkan progresi dari hubungan Jaime dan Brienne. Hubungan keduanya memang terbilang rumit dan sudah menjadi favorit penonton.
Di episode ini akhirnya penonton diperlihatkan progresi hubungan keduanya yang sudah lama ditunggu. Keduanya akhirnya jujur pada perasaan mereka masing–masing dan sepertinya akan berjalan ke arah yang baru. Penonton pasti merasa puas melihat bagaimana hubungan keduanya berakhir, mungkin hanya Tormund yang kecewa melihat kemajuan hubungan keduanya.
Salah satu hubungan paling rumit antara Jon dan Daenerys juga dibahas di episode ini. Mengingat keduanya terakhir kali membicarakan topik penting mengenai identitas asli Jon, penonton pasti sudah tidak sabar melihat bagaimana mereka berusaha menghadapi kenyataan tersebut.
Dilema yang dialami Daenerys berpusat pada kebimbangannya memilih antara takhta dan Jon. Rasa takut Daenerys terhadap status baru Jon yang mengancam posisinya sebagai ratu dari Westeros sebetulnya terbilang wajar. Apalagi jika rahasia ini tersebar secara luas maka keluarga Stark dan warga lainnya akan semakin tidak menerima Daenerys sebagai ratu mereka.
Rasa takut Daenerys membuatnya terobsesi dan memaksa Jon untuk menutup rahasia identitasnya. Meskipun telah berjanji pada Daenerys, Jon akhirnya tidak bisa menahan diri dan mengungkapkan identitasnya pada keluarga Stark. Masih belum terlihat konsekuensi rahasia dari identitas asli Jon tetapi rasanya identitas Jon akan memegang peran penting dalam menutup kisah perebutan takhta ini.
Cerita berlanjut pada persiapan perang dan upaya Daenerys untuk merebut Iron Throne dan King’s Landing dari Cersei. Armada dan kekuatan Daenerys sebetulnya sudah berkurang mengingat sebagian pasukannya telah tumbang di perang melawan Night King.
Daenerys berusaha menggunakan cara lembut tanpa menggunakan kekerasan demi mendapatkan hati dan pengakuan dari rakyat di King’s Landing. Sayangnya upaya ini harus dibayar mahal dengan kematian Rhaegal. Armada Daenerys yang berlayar mengelilingi King’s Landing mendapatkan serang kejutan dari armada Euron.
Rhaegal menjadi korban dan seluruh armada Daenerys berhasil ditenggelamkan. Terlebih lagi Missandei salah satu penasihat Daenerys berhasil ditangkap dan disandera oleh Cersei.
Penyanderaan Missandei sepertinya menjadi kunci dan plot point penting di perang melawan Cersei. Daenerys terlihat menyesal dengan cara lembut yang sebelumnya mereka terapkan dan ingin beralih pada kekerasan serta kekuatan penuh untuk mendapatkan King’s Landing.
Dalam upaya terakhir untuk mendapatkan King’s Landing secara damai. Tyrion berbicara pada Cersei berusaha meyakinkannya untuk menyerah dan melepaskan Missandei.
Sayangnya Cersei tidak menerima tawaran yang diajukan Tyrion dan Missandei harus menjadi korban. Sebelum kematiannya, Missandei mengucapkan “Dracarys” sebagai kata terakhirnya. Ucapan Missandei sepertinya menjadi sebuah setup pada perang brutal yang akan terjadi di episode berikutnya.
Kematian Rhaegal dan Missandei gagal memberikan dampak emosional bagi penonton. Hal ini tidak lepas dari episode sebelumnya dimana banyak karakter yang selamat padahal seharusnya menjadi korban dalam perang melawan Night King.
Game of Thrones sepertinya kehilangan shock value dan konsep realistis yang selama ini dimiliki. Sebelumnya penonton merasa bahwa tidak ada karakter yang aman dan bisa menjadi korban kapan saja. Perang melawan Night King terbukti menghilangkan rasa takut penonton dan mengurangi nilai dari nyawa setiap karakter.
Selain kematian Rhaegal dan Missandei, pembicaraan Tyrion dan Varys juga menjadi momen penting pada episode ini. Keduanya yang baru mengetahui identitas asli dari Jon berdebat mengenai siapa orang yang pantas untuk duduk di Iron Throne. Varys yang selama ini setia kepada Daenerys terlihat ragu pada keputusannya untuk mendukung Daenerys. Sepertinya akan menarik melihat bagaimana keputusan Tyrion dan Varys dalam menghadapi Dilema tersebut.
Penonton juga diperlihatkan momen perpisahan antara Jaime dan Brienne. Jaime memilih untuk pergi ke King’s Landing meskipun belum jelas apa motivasinya untuk pergi kesana. Hubungan mereka memang berlangsung secara sebentar tetapi perpisahan ini cukup emosional apalagi kita melihat Brienne sosok wanita tangguh berdiri menangis sendirian di tengah Winterfell.
Secara keseluruhan episode ini gagal memberikan dampak besar bagi cerita maupun bagi penonton. Episode ini terasa membuang waktu yang berharga bagi progresi jalan cerita yang tinggal dua episode lagi. Dampak dari episode sebelumnya begitu terasa dan menghantui jalan cerita pada episode ini.
Keputusan para karakter terasa tidak kritis dan patut dipertanyakan. Salah satu hal positif yang ada di episode ini adalah progresi hubungan Jaime dan Brienne, sayangnya momen kebersamaan mereka harus berakhir dengan cepat. Rasanya akan sulit menjawab segala pertanyaan dan misteri yang ada melalui dua episode terakhir ini. Sebagai penggemar setia Game of Thrones kita hanya dapat menunggu dengan sabar dan terus mendukung serial favorit kita ini.