Night King, sosok magis pembawa pasukan yang tidak dapat mati akhirnya tiba di Winterfell. Sebuah momen yang sudah disetup semenjak episode pertama serial ini akhirnya mencapai puncak di episode ketiga season kedelapan ini.
Setelah dua episode awal dengan pacing yang cukup lambat The Long Night berhasil menjawab ekspektasi penonton dan memberikan salah satu momen paling mengagumkan yang pernah ada di sejarah serial televisi. Episode ini dipenuhi oleh aksi serta momen menyentuh yang tidak dapat dibandingkan dengan serial lain.
Cerita dimulai dari prespektif Sam Tarly yang terlihat panik karena posisi pasukan musuh yang sudah sangat dekat. Rasa panik Sam sangat relatable dan merupakan gambaran perasaan penonton yang gigit jari serta berdoa agar karakter favorit mereka tidak menjadi korban di episode ini. Seluruh pasukan koalisi berkumpul di depan Winterfell dan bersiap untuk mempertahankan Winterfell.
Kita diperlihatkan formasi pasukan dengan anggota yang luar biasa yaitu: Unsullied, Wildlings, Dorthraki dan North Army. Kesunyian dan rasa tegang mereka begitu terasa mengingat lawan mereka adalah pasukan yang tidak dapat mati. Memecah rasa tegang para prajurit terlihat sosok seorang wanita yang naik diatas kuda dan berjalan ke arah Winterfell. Sosok misterius tersebut adalah Melisandre yang dikenal dengan sebutan Red Priestess.
Kehadiran Melisandre diperang terakhir ini cukup mengejutkan tetapi tidak mengherankan. Melisandre telah mendedikasin hidupnya untuk The Lord of Light dan sudah mempersiapkan diri sepanjang hidupnya untuk melawan kegelapan atau Night King.
Terakhir kita melihat Melisandre di season 7 episode ketiga ketika ia tiba di hadapan Daenerys. Di kemunculan terakhirnya tersebut, Melisandre mengatakan bahwa Daeneryes dan Jon Snow punya peran besar dalam menghadapi Night King. Pernyataan Melisandre tersebut sempat menimbulkan spekulasi bahwa Jon Snow atau Daenerys merupakan “The Prince/Princess Who Was Promised” atau “Azor Ahai”.
Melisandre berjalan mendekati Ser Jorah dan pasukan Dorthraki. Dengan kekuatan sihirnya ia menyalakan api di seluruh senjata pasukan Dorthraki. Scene ini merupakan salah satu scene paling memorable dan indah di episode ini. Apalagi melihat cahaya api yang menyala secara serentak di tengah kegelapan malam yang dihasilkan oleh Night King. Sayangnya momen harapan ini tidak berlangsung lama. Pasukan Dorthraki dipimpin oleh Ser Jorah memulai serangan ke pasukan Night King.
Tidak terlalu banyak aksi yang terlihat tetapi penonton tetap dapat merasakan ketegangan ketika melihat cahaya api para pasukan Dorthraki mati satu persatu. Ser Jorah kembali dan diikuti oleh pasukan Night King menjadi tanda bahwa perang besar “The Great War” telah dimulai.
Ketakutan para penggemar Game of Thrones nampaknya menjadi sebuah kenytaan karena perang ini merupakan ujian tersulit yang pernah dihadapi oleh para karakter. Sepertinya pembantaian lebih tepat untuk mendeskripsikan pertarungan di Winterfell daripada peperangan. Dengan mudah pasukan Night King mengalahkan para pasukan koalisi dan memaksa mereka untuk lari kembali ke Winterfell.
Selain pertarungan di darat, penonton juga dihibur dengan pertarungan Jon Snow dan Daenerys melawan Night King di udara. Ketiganya menunggang naga mereka dan bertarung berusaha menaklukan satu sama lain di atas langit Winterfell.
The Great War memperlihatkan berbagai adegan yang keren dan epic, tetapi ada satu poin negatif yang di adegan perang ini. Adegan terkadang terlihat terlalu gelap sehingga para penonton tidak dapat melihat pertarungan secara jelas dan detail.
Hal ini menjadi wajar jika dilihat dari sisi narasi mengingat Night King menggunakan kekuatan magisnya untuk membawa malam abadi. Namun dilihat dari sisi tekhnis adegan yang gelap digunakan untuk meminimalisir dan menghemat CGI yang digunakan. Memang ada beberapa adegan yang sebetulnya terlalu gelap sehingga membuat penonton menjadi bingung ketika melihat beberapa adegan pertarungan.
Melisandre terbukti menjadi salah satu karakter kunci dalam pertarungan ini. Menggunakan sihirnya Melisandre menjadi penyelamat dan menyalakan lingkaran api di luar Winterfell. Api yang dinyalakan Melisandre ini sekaligus menjadi sumber cahaya dan pemandu arah bagi Daenerys dan Jon Snow.
Selain Melisandre, Lyanna Mormont dari keluarga Mormont membuktikan bahwa tubuh kecilnya tidak menjadi penghambatnya untuk berkontribusi di perang ini. Bahkan, Lyanna sukses menaklukan wight raksasa seorang diri. Pengorbanan Lyanna membunuh wight raksasa menjadi salah satu momen emosional dan paling epic di episode ini.
Selain diperlihatkan pertarungan di luar Winterfell, penonton juga diajak melihat kondisi di dalam Winterfell. Salah satu karakter yang berada di dalam Winterfell adalah Arya. Arya terbukti menjadi seorang prajurit yang tidak bisa diremehkan, ia berhasil menaklukan puluhan wight sendirian. Kita melihat bagaimana kemampuan serta kepintarannya untuk menyelinap dan membunuh para wight di perpustakaan Winterfell.
Adegan Arya di dalam perpustakaan Winterfell menjadi salah satu adegan paling menegangkan mengingat Arya merupakan salah satu tokoh favorit penonton. Tidak hanya perpustakaan, keadaan di ruang bawah Winterfell juga menjadi tempat paling menarik di episode ini. Ruang bawah tanah merupakan tempat persembunyian para wanita serta karakter yang tidak pandai bertarung.
Siapa yang menyangka ruang bawah tanah Winterfell akan menjadi tempat yang berbahaya. Night King mengejutkan penonton ketika ia menghidupkan para mayat keluarga Stark di ruang bawah tanah.
Penonton sempat dibuat khawatir ketika melihat kekacauan yang terjadi di ruang bawah tanah. Apalagi dua karakter favorit penonton, Tyrion dan Sansa ikut bersembunyi di ruang bawah tanah ini. Interaksi keduanya menciptakan salah satu percakapan paling menarik di episode ini. Keduanya sempat membahas pernikahan mereka terdahulu, Sansa bahkan sempat memberikan pujian serta apresiasi pada Tyrion bahwa ia adalah suami terbaik yang pernah ia dapatkan.
Terjadi momen mengharukan ketika mereka merasa putus asa melihat wight memenuhi ruang bawah tanah. Tyrion dengan romantis mengenggam tangan Sansa dan mencium tangannya. Adegan ini sangat menyentuh penonton dan sepertinya menimbulkan spekulasi apakah keduanya akan berakhir berasama ketika permainan takhta ini sudah berakhir.
Adegan klimaks perang ini diambil dengan begitu indah diiringi dengan musik yang sangat mendukung. Penonton diperlihatkan bagaimana setiap karakter sedang berjuang dan berada di dalam penderitaan mereka masing-masing.
Jon Snow melawan Viserion yang sudah dikontrol oleh Night King di tengah Winterfell. Ser Jorah memperlihatkan aksi heroiknya melindungi cinta sejatinya Daenerys. Theon membayar kesalahan masa lalunya dengan melindungi Bran hingga detik terakhir. Pengorbanan nyawa Theon dan Ser Jorah terbukti sangat krusial bagi keselamatan dua karakter favorit penonton yaitu Daenerys dan Bran.
Penonton sempat dibuat menahan napas ketika Night King sudah berada di depan Bran dan hendak membunuhnya. Kegelisahan penonton tidak berlangsung lama dan secara mengejutkan Arya muncul dan menusuk Night King menggunakan Valyrian Dagger. Arya menjadi pahlawan di The Great War dan menjadi orang yang menumbangkan Night King. Penonton tertipu dan tidak menduga bahwa Arya merupakan sosok Azor Ahai dan menjadi pahlawan yang mengalahkan Night King.
Episode ketiga ini menimbulkan berbagai opini dari para penggemar Game of Thrones. Banyak yang mengatakan bahwa episode ini mengecewakan dan merasa terganggu karena adegan yang terlalu gelap. Aksi heroik dari Arya juga terbilang anti–klimatik mengingat sosok Night King yang sudah dibangun dari season pertama dikalahkan hanya dengan satu tusukan.
Hal ini tidak bisa dihindari mengingat Game of Thrones merupakan salah satu serial paling sukses dan akan sulit memberikan plot yang memuaskan segala pihak. Patut diapresiasi The Great War di episode ketiga ini memberikan perang epic yang sebelumnya tidak pernah dilakukan oleh serial televisi lainnya. Bahaya dari utara sekarang sudah dikalahkan, tinggal permainan takhta terakhir antara Daenerys dan Cersei yang akan menjadi penutup serial luar biasa ini.
Hanya tiga episode lagi sampai kita berada di garis akhir, percayalah bahwa showrunner Game of Thrones akan menyelesaikan cerita secara memuaskan apalagi mengingat kualitas yang ada diberikan di season sebelumnya.