Connect with us
FSTVLST
Photo via Facebook/FSTVLST

Music

FSTVLST: FSTVLST II Album Review

Ucapan terimakasih atas perjalanan panjang selama lebih dari tujuh belas tahun.

★ ★ ★ ★ ★
★ ★ ★ ★ ★

1 lustrum berlalu pasca album HITS KITCH sukses mengantarkan FSTVLST menjadi primadona lain di Kota Yogyakarta selain Jalan Malioboro dan Gudeg Yu Djum.

Wacana kehadiran album baru sudah muncul sejak dua tahun lalu melalui sosial media maupun lewat speech yang Farid (vokalis) sampaikan pada pementasan FSTVLST. Interval waktu ini secara tidak langsung menyiratkan rasa gugup yang barangkali muncul setelah album terdahulu mereka mendapatkan animo yang sangat besar.

Terbukti dengan penobatan album HITS KITSCH menjadi salah satu dari 20 Album Terbaik Indonesia versi Majalah Rolling Stones edisi Januari 2015.

FSTVLST : FSTVLST II

FSTVLST – FSTVLST II

Pucuk dicinta ulam pun tiba, FSTVLST II rilis dengan muatan 9 lagu di dalamnya, dibagi secara online di web resmi FSTVLST tanpa biaya. “Harusnya rilisnya itu masih dua Minggu lagi. Tapi hari ini entah itu berkah atau entah itu duka,” kata vokalis FSTVLST Farid Stevy, saat acara peluncuran pada Senin malam (15/6). “Jadi Hari ini ada situasi domestik dimana kita tidak bisa menjelaskan yang membuat kita ambil keputusan bahwa ini yang terbaik yang kita bisa lakukan sekarang kita merilisnya malam ini,” sambungnya.

“GAS!” yang telah rilis pada 9 September 2018 membuka album ini. Hentakan drum yang enerjetik disambut dengan perpaduan lirik terus terang ala FSTVLST menjadikan “GAS!” sebagai salah satu rilisan terbaik mereka.

Eksplorasi yang dilakukan baik pada aransemen maupun lirik sama sekali tidak menghalangi pesan yang hendak disampaikan. Ikhlas, menjaga semangat, dan tidak berhenti berharap disampaikan secara bersahabat dan suportif. Alasan kuat untuk menjadikan lagu ini sebagai pengingat agar selalu memberikan upaya maksimal dalam menjalani hidup.

Penggunaan diksi yang lebih tajam serta komposisi yang lebih padat menimbulkan kesan kritis pada “Rupa”. Lewat lagu ini, FSTVLST berhasil merangkum kedengkian yang tidak terbendung. Lagi-lagi, sekalipun tengah menyatakan kemarahan atas omong kosong yang merajalela, penyampaian yang diberikan pun tetap berkelas dengan balutan aransemen yang tidak membosankan dan lirik yang puitis. Namun, pemahaman yang dalam dan kejelian dibutuhkan untuk langsung bisa memahami pesan dalam lagu ini lewat sekali dengar.

Panggung FSTVLST selalu hadir layaknya demonstrasi, orasi yang digantikan nyanyian penuh tanda tanya menjadi tanda. “Vegas” bisa jadi salah satu bukti yang mendukung pernyataan tersebut. Komentar atas kejanggalan yang kerap terjadi menjadi pembahasan dalam lagu ini. Menunjukkan kekesalan dan rasa muak tanpa menyertakan kedua kata tersebut menjadi bukti bahwa FSTVLST memiliki seribu cara dalam menyampaikan kekesalan mereka. Hadir sebagai pernyataan, “Vegas” menjadi cara mereka menyampaikan bahwa karya mereka bersifat netral dan hanya berfokus menjadi penyambung lidah rakyat.

Track “Mesin” membuktikan tidak adanya jarak antara pendengar dengan FSTVLST sebagai penampil. Tidak perlu jauh-jauh, tema yang menjadi latar belakang materi pada album ini saja sudah menjelaskan hal tersebut. Terlebih pada “Mesin”, FSTVLST memposisikan kedudukannya dalam perjuangan para pekerja yang kerap tidak mendapatkan hak-nya. Mereka paham atas keluhan yang selalu disampaikan, mereka juga melihat ketidakadilan yang terjadi. Menggunakan lampu sorot yang diberkahi pada mereka, FSTVLST membangkitkan semangat bagi pihak-pihak yang dimaksud sekaligus menyuarakan suara mereka.

“Syarat”, “Telan”, dan “Hayat” tidak cukup menarik dengan durasi panjangnya, dibanding yang lain. Variasi ketegangan pada album ini disempurnakan oleh triplet lagu ini. Tidak segarang lagu-lagu sebelumnya namun bukan berarti tidak ada pesan nyaring yang disampaikan. Banyak tema menarik dan heroik yang FSTVLST hadirkan pada album ini.

Bisa dibilang, suasana yang ada tidak jauh berbeda dengan album sebelumnya. Kendati demikian, dominasi synthesizer dan selipan pementasan kemampuan personil mereka sajikan. Menjadikannya tidak terpaku pada suatu aliran dan terbukti berhasil menonjolkan kebebasan berekspresi lewat kesenian.

“Kamis” dan “Opus” memberikan ruang bagi pendengar untuk mengartikan pesan pada karya FSTVLST. Kedua lagu ini seolah hadir sebagai pengingat bahwa mereka akan senantiasa mengawal perjuangan.

“Opus” sendiri adalah penutup yang manis, cara terbaik untuk menutup sebuah rangkaian lagu pada suatu album. FSTVLST II memang menyinggung beberapa hal mendasar dan kontroversial, namun “Opus” menjadi pengingat agar tidak pernah lupa untuk menghidupi hidup.

Kegagalan, perubahan, dan kenyataan adalah hal yang mau tidak mau harus kita terima. Banyak hal yang terjadi namun FSTVLST sadar bahwa berserah dan pantang menyerah adalah cara terbaik menikmati hidup demi mendapatkan kebahagiaan yang tak ternilai.

Setelah menuntaskan album ini, dapat disimpulkan bahwa warna musik di album ini tidak jauh berbeda dengan album sebelumnya. Secara tulus, FSTVLST menghadirkan album ini sebagai penanda eksistensi mereka sekaligus menjembatani hubungan mereka dengan para penggemar. Selamat menikmati karya baru mereka dan semoga lagu-lagu diatas dapat segera dipentaskan.

Declan McKenna: What Happened to the Beach? Declan McKenna: What Happened to the Beach?

Declan McKenna: What Happened to the Beach? Album Review

Music

Ariana Grande: Eternal Sunshine Ariana Grande: Eternal Sunshine

Ariana Grande: Eternal Sunshine Album Review

Music

Java Jazz Festival 2024: Embracing Unity Through Music

Entertainment

Green Day: Saviors Album Review

Music

Connect