JFF+ Independent Cinema 2023 telah banyak menyajikan film yang mengeksplorasi daerah-daerah pelosok dan rural Jepang. “Follow the Light” akan membawa kita menyaksikan drama kehidupan penduduk Akita, daerah rural di Tohoku. Akira (Nakagawa Tsubasa) pindah ke kampung halaman ayahnya yang gagal bermusik di Tokyo, berujung perceraian.
Sempat mengalami kesulitan beradaptasi, Akira mulai membaur dengan tempat tinggal barunya setelah berkontribusi dalam persiapan upacara penutup sekolah dan bertemu dengan gadis bernama Maki (Nagasawa Itsuki) yang dikucilkan. Sembari mulai menikmati Akita, area tersebut juga sedang mengalami krisis populasi dan potensi untuk berkembang.
Narita Yoichi merupakan sutradara kelahiran Akita dan “Follow the Light” menjadi film debutnya setelah lama berpengalaman di industri iklan komersial. Ketika mengalami krisis ide dalam mengerjakan film pertamanya, ia kembali teringat cerita yang ia dengar dari pamannya. Dimana pamannya mengklaim melihat cahaya hijau di angkasa, kemudian keesokan harinya, ia menemukan tanda lingkaran misterius di lahannya. Awalnya Narita ingin membuat film sci-fi fantasi, namun karena alasan tertentu, ia pun mengubah naskah menjadi drama yang lebih serius dan membumi tentang kampung halamannya.
Drama Kehidupan Warga Akita dengan Sentuhan Sci-fi yang Berikan Makna
Meski Nakagawa dan Nagasawa terlihat sebagai dua karakter utama, “Follow the Light” adalah kisah tentang semua warga di Akita. Ada banyak karakter dengan masalahnya sendiri yang tepat sasaran dengan latar cerita. Dalam skenario ini, Akita diperlihat sedang mengalami krisis potensi. Sekolah Akira sedang mempersiapkan upacara penutupan, banyak bisnis gulung tikar, orang-orang juga mulai pindah meninggalkan Akita.
Sementara karakter seperti ayah Akira justru kembali ke kampung halaman setelah gagal di Tokyo. Ada juga guru sekolahan yang bersekolah di Tokyo, namun kembali ke kota tersebut karena disuruh menjadi guru di sekolahan yang dijalankan oleh orang tuanya. Ada ketua kelas yang hanya ingin sukses menyelenggarakan upacara penutupan, lalu ada Maki yang keluarganya berantakan karena mengalami kesulitan finansial. Akira sendiri menjadi pendatang baru yang jatuh hati dengan Akita di tengah krisis tersebut.
“Follow the Light” jelas kental dengan elemen slice of life yang menjadi kekuatan utama film-film Jepang. Namun Narita kemudian menambahkan elemen sci-fi dengan plot kemunculan cahaya misterius yang dipercaya sebagai UFO dan crop-circle yang kemudian muncul sebagai lokasi favorit Maki. Sentuhan sci-fi dalam kisah ini muncul untuk memberikan makna.
Akira berharap meteor menghancurkan Bumi, pasca keluarganya hancur karena perceraian. Maki berharap alien itu nyata dan datang untuk menculiknya, karena ia juga sedang di situasi yang pelik. Keduanya hanya ingin jalan pintas, berharap pada ‘cahaya misterius’ untuk menyelesaikan masalah mereka. Sang sutradara sendiri menyebutkan bahwa tagline dari filmnya adalah; Jangan mengharapkan cahaya, jadilah cahaya. Karena pada akhirnya, ini menjadi berbagai skenario tentang bagaimana setiap karakter menemukan ‘cahaya’-nya kembali dari situasi yang terpuruk.
Pesona Akita yang Memancarkan Harapan dan Optimisme untuk Masa Depan
“Follow the Light” menampilkan pesona rural Akita di Tohoku yang tenang dan indah. Membuat kita ikut bersedih bagaimana daerah seindah ini sedang berada diambang penurunan populasi dan potensi. Ada banyak adegan bersepeda dan jalan-jalan di tengah ladang padi di musim panen yang keemasan.
Tonton sampai credit, dimana ada lebih banyak lagi panorama Akita dari area bunga sakura yang bermekaran dan Akira yang bersepeda di pinggir laut yang biru. Nakita benar-benar tidak melewatkan kesempatan untuk mengabadikan keindahan kampung halamannya, Akita, dalam film debutnya ini.
Memiliki premis yang cukup suram, “Follow the Light” memiliki ending yang optimis dan penuh harapan. Meski tidak dipresentasikan sebagai akhir bahagia yang solid, dimana terasa lebih realistis. Dalam dialog-dialognya, ada diselipkan beberapa informasi yang sebetulnya memberikan harapan. Bahwa di tengah krisis yang dialami suatu wilayah, selalu ada potensi lain yang bisa ditemukan.
Ini tak hanya berlaku untuk skenario dalam film ini, namun juga bisa menginspirasi secara umum. Karena isu ini juga menjadi salah satu isu yang wajar di area-area pelosok Jepang, begitu pula di Indonesia.
Interkasi Nakagawa Tsubasa dan Nagasawa Itsuki yang Mendamaikan Hati
Dari semua karakter yang hadir mengisi skenario, memang Akira dan Maki yang dibintangi oleh Nakagawa Tsubasa dan Nagasawa Itsuki yang menjadi highlight. Meski terkesan cukup klise, pada akhirnya interkasi mereka menjadi sesuatu yang heartwarming.
Kita sendiri sebagai penonton akan lebih relevan dengan sudut pandang Akira sebagai pendatang baru di Akita. Sempat tampil sebagai karakter pendiam dan pemurung, pada akhirnya mengalami perkembangan karakter yang alami. Tidak sulit untuknya beradaptasi, membuka hati untuk kota yang sebetulnya menyimpan banyak pesona.
Sementara Maki yang terasingkan justru akhirnya bisa diterima kembali berkat kehadiran Akira dalam plot. Akira jelas terlihat menjadi pemuda yang naksir dengan Maki yang unik dan misterius ketika keduanya pertama kali bertemu. Namun “Follow the Light” sama sekali tidak didominasi dengan plot romansa yang dramatis. Lebih tentang persahabatan dan problematika remaja yang juga disajikan secara otentik.
Secara keseluruhan, “Follow the Light” menjadi salah satu tontonan menarik dalam lineup JFF+ Independent Cinema 2023, masih bisa diakses hingga 31 Oktober mendatang. Sejauh ini banyak sekali film-film tentang pelosok, kampung halaman sutradara yang terlihat bermakna karena sentuhan sentimen yang personal. Menarik bagaimana film seperti ini adalah surat cinta untuk suatu daerah di Jepang, bisa memberikan inspirasi untuk film panjang dengan skenario fiksi yang dramatis namun tetap otentik serta artistik.
