Connect with us
Agrikulture

Evolusi Musik & Teknologi Lintas Era bagi Agrikulture

Agrikulture melihat banyak perubahan yang mereka alami berkaitan dengan majunya perkembangan teknologi.

Agrikulture adalah grup musik yang sudah mulai berkiprah di dunia musik sejak paruh pertama dekade 2000-an. Sekarang, Agrikulture terdiri dari tiga orang personil inti—Hogi Wirjono, Fandy DFMC, dan Ade Koestomo.

Formasi ini sudah bertahan selama beberapa tahun dengan tambahan bantuan pada posisi drummer untuk beberapa performa panggung. Walau begitu, dalam perjalanannya Agrikulture pernah mengalami pergantian formasi beberapa kali. Anggota-anggotanya—baik yang terdahulu maupun yang sekarang—sebagian besar terdiri dari nama-nama pionir skena musik yang dekat dengan club culture seperti DJ atau produser musik.

Itu adalah salah satu alasan kenapa Agrikulture dikenal luas punya posisi menarik dalam skena musik lokal. Karir Agrikulture bisa diibaratkan mempunyai satu kaki yang berpijak pada ranah musik band, dan satu kaki lainnya di ranah musik elektronik. Hal itu pun menjadi salah satu elemen dari konsep beberapa musik Agrikulture, yang pada awal perjalanannya kerap membuat versi remix dari trek-trek hits musik pop lokal.

“Kita dulu pernah dibilang ‘band DJ’.”

— Fandy

Salah satu pengaruh terbesar dari perubahan formasi para personilnya dari tahun ke tahun bisa dirasakan pada segi musikalitas mereka. Pada album pertama, Agrikulture banyak mengusung desain sonik yang banyak terinspirasi dari musik rave era 90-an serta roots-roots musik mereka yang terhubung pada era itu.

Misi mereka saat itu cukup jelas—membawa musik dengan sound seperti itu ke arena yang lebih besar, lebih pop. Hal itu memberikan mereka kesempatan di panggung-panggung yang kadang bersinggungan dengan band-band besar era 2000-an.

Seiring berjalannya waktu, walaupun tetap bertujuan menjembatani banyak scene musik yang mereka hidupi, ada beberapa perubahan yang terjadi pada Agrikulture dari segi konsep dan proses kreatif.

“Sebetulnya Agrikulture awalnya ketemunya di club, terus kayak awal album satu itu kayak lagu club banget—bahkan club yang big room kata gue. Yang epik, sound-nya wow. Nah sekarang tuh mulai ketemu gig yang isinya punk-rock semua. Jadi kayak semakin lama ke sininya kita masih bisa nyambung. Akhirnya kita grow up nya tuh kayak ke banyak hal. Menurut gue sekarang tuh area yang paling jujur sih, jadi kayak udah gini aja kita balik producing ke hal yang kita suka aja dulu.”

— Fandy

“Aransemen kita sekarang lebih lurus-lurus sih, gak dibanding dulu. Lebih simple. Dulu kan lagunya heboh-heboh, epik-epik gitu. Sekarang lebih straightforward, lebih lurus. Agak udah mulai tua kali ya.”

— Hogi

Selain perubahan musikalitas yang disebabkan oleh banyak faktor, Agrikulture juga melihat banyak perubahan yang mereka alami yang berkaitan dengan majunya perkembangan teknologi. Terutama yang berhubungan langsung dengan alat-alat musik dan perangkat audio yang mereka gunakan dari tahun ke tahun.

“Itu berpengaruh sama barang yang kita bawa ketika kita harus naik pesawat terbang, itu kilogramnya aja udah turun jauh. Biasanya kita overload di soundcard yang gede-gede, modul yang berat-berat. Barangnya banyak banget yang dibawa dulu.”

— Fandy

Di era sekarang, telah banyak musik-musik baru yang lahir karena terbantu oleh faktor semakin mudahnya akses untuk produksi musik. Gampangnya, dengan cuma sebuah laptop musisi udah bisa bikin sebuah karya. Dalam perjalanannya pun Agrikulture juga telah terbantu dengan banyak inovasi teknologi, seperti penggunaan DAW (Digital Audio Workstation) untuk backing track dan semacamnya. Tapi selain itu, teknologi juga ternyata memberikan kebebasan lain bagi mereka untuk mempresentasikan musiknya.

“Menurut gue sekarang agak lucunya malah kita gak pengen pake komputer. Soalnya sekarang udah ada solusi-solusi yang cukup murah tapi reliable, gitu. Ada standalone box yang udah bisa multi-track, udah bisa MIDI, udah bisa segalanya. Jadi mungkin mau coba ke arah situ. Gak melulu semuanya DAW.”  

— Hogi

Bagi Agrikulture, hal itu adalah usaha mereka untuk lebih menyederhanakan lagi proses mereka. Yaitu dengan mengambil langkah mundur lagi dari opsi proses yang udah dimudahkan dengan pilihan menggunakan DAW dalam komputer atau laptop. Mereka beralasan, pilihan itu bakal memberikan elemen live yang lebih besar ketimbang sekedar memakai laptop.

“Jadi kalo kayak yang Hogi bilang—standalone box itu dulu juga udah ada, cuma kapasitasnya paling besar 512MB. Itu cuma paling bisa 6 lagu. Sekarang kan udah ngomongin giga dan tera kan, jadi teknologi itu berkembang bikin fasilitasnya semakin mungkin dipake. Terus terang perkembangan teknologi itu sangat berkaitan erat sama kemajuan produktivitas kita di bidang musik terutama di proses recordingnya.”

— Fandy

Selain dari sisi proses kreatif, perkembangan teknologi era sekarang juga melahirkan banyak opsi ketika sebuah industri lumpuh yang disebabkan oleh faktor seperti pandemi. Seperti maraknya acara live stream yang menjadi substitusi oleh banyak musisi karena minimnya panggung selama setahun lebih.

“Live stream menurut gue kayak menyelamatkan scene musik sih sebenernya. Jadi kita kayak dulu waktu awal banget pandemi langsung cepet pindah kesitu. Agrikulture juga waktu itu live stream beberapa kali. Menurut gue cukup penting sih, selama kita gak bisa manggung the only way kita bisa manggung ya begitu. Sekarang, jadinya online dan offline itu lama-lama ketemu.”

— Hogi

Walaupun situasi global udah cukup mereda dan udah banyak konser-konser offline diselenggarakan, tapi sepertinya live stream atau konser virtual masih menjadi faktor penting dalam perkembangan industri musik dalam waktu dekat. So, Jika mau merasaka pengalaman virtual dalam dunia 3D penuh karya-karya menarik, langsung klik di sini.

Declan McKenna: What Happened to the Beach? Declan McKenna: What Happened to the Beach?

Declan McKenna: What Happened to the Beach? Album Review

Music

Ariana Grande: Eternal Sunshine Ariana Grande: Eternal Sunshine

Ariana Grande: Eternal Sunshine Album Review

Music

Java Jazz Festival 2024: Embracing Unity Through Music

Entertainment

Green Day: Saviors Album Review

Music

Connect