Susanne Sundfør adalah musisi asal Norwegia yang tak hanya dipuja oleh kampung halamannya, namun musiknya telah bergema di seluruh Eropa hingga dunia.
Musisi kelahiran Haugesund ini mulai diperhitungkan kehadirannya di industri musik semenjak album “The Brothel” pada 2010 silam. Dimana album tersebut memperdengarkan musikalitasnya yang fleksibel dan eksplorasi suara yang berani. Memulai karier musiknya dengan dominasi keintiman instrumen piano, Sundfør mengembangkan musiknya ke spektrum synth pop yang lebih populer.
Menuju ke perilisan album-album selanjutnya, Sundfør memiliki posisi yang kokoh di chart musik Norwegia, hingga akhirnya menembus pasar Inggris dengan album “Ten Love Songs” pada 2015.
Evolusinya berlanjut pada “Music for People in Trouble” yang memperdengarkan elemen folk pada 2017. Susanne Sundfør adalah salah satu musisi dengan semangat inovasi dan eksplorasi, memadukan berbagai genre, mulai dari bedroom folk, experimental pop, electronica, jazz, hingga musik klasik.
Susanne Sundfør telah menjadikan musik bagian dari dirinya sejak kecil, dengan bermain violin dan piano, kemudian ia mulai tertarik mengembangkan kemampuan vokalnya.
Setelah lulus SMA, ia tampil di wilayah regional dan mendapatkan perhatian nasional pada 2005 saat tur sebagai pembuka untuk artis Tom McRae asal Inggris. Susanne Sundfør melkukan debut rekamannya pada 2007 dengan merilis “Your Favorite Music” melalui label indie, dan berhasil mencapai peringkat tiga di chart lagu pop.
Evolusi & Eksplorasi Diskografi Susanne Sundfør
Setelah pindah ke Oslo, ia menandatangi kontrak dengan EMI dan merekam “The Brothel” pada 2010. Dimana ia meninggalkan musik folk dari karya debutnya, memperkenalkan eksplorasi baru dengan warna musik eksperimental berelemen electronic.
Mengingat kali ini memproduksi musik dengan label besar, Sundfør tak ragu menunjukan semangat eksplorasinya dengan prospek musiknya kini akan beredar di jalur utama. Keberaniannya membuahkan dengan “The Brothel” menjadi rilisan paling laris di tahun tersebut di Norwegia.
Kemudian pada album ketiganya, “The Silicone Veil” pada 2012, ambisi bermusik Sundfør semakin berkembang dengan dominasi elemen baroque pop dengan electronic pada album tersebut. Masih berhasil mempertahankan posisinya sebagai musisi dengan rilisan yang merajai chart musik. Pada titik ini, Susanne Sundfør sudah dikenal di skena musik Inggris, namun album keempatnya, “Ten Love Songs” pada 2015 menjadi awal kesuksesannya di panggung internasional.
“Ten Love Songs” merupakan album yang dirilis melalui Warner Norway, dimana Sundfør memperdengarkan perkawinan musik klasik dengan synth pop Nordic, dengan eksplorasi lirik yang lebih gelap datang dari Sundfør, dengan balada hubungan cinta yang penuh kekerasan sekaligus hasrat.
Setelah menari di dalam naungan musik synth pop, pada 2017, ia kembali ke musik folk dan merilis “Music for People in Trouble”. Tampaknya masih terpengaruh dengan tema gelap dari album sebelumnya, dalam ‘Music for People…’ Sundfør menghadirkan musik yang mengandung kegelisahan dalam koleksi lagu-lagu berinstrumen piano dan vokalnya yang menghantui pendengarnya.
Kolaborasi Susanne Sundfør dengan Röyksopp dan M83
Selain melakukan eksplorasi musik secara personal, kolaborasi Susanne Sundfør dengan Röyksopp juga memberikan kontribusi akan perkembangan musik Sundfør dari masa ke masa. Röyksopp adalah duo electronic veteran dari Norwegia. Sundfør dan Röyksopp memulai kolaborasi pada 2012 untuk lagu “Running to the Sea” dan cover lagu “Ice Machine” oleh Depeche Mode. Sundfør juga kemudian berkolaborasi dengan band musik asal Prancis, M83, untuk lagu soundtrack berjudul “Oblivion”.
Pada 2017, kolaborasi Sundfør dengan Röyksopp and M83 masih berlanjut meskipun ada masa ini ia juga sedang bersiap untuk kembali ke musik folk untuk album “Music for People in Trouble”. Bersamaan pula dengan dirinya yang pindah ke London. Bisa disimak bagaimana pada era 2010-an awal, karya-karya Sundfør memiliki elemen musik electronic, meski masih dengan sentuhan klasik dan folk sebagai pondasi musiknya.
Bahkan hingga 2022, Röyksopp masih melibatkan Sundfør dalam kolaborasi musik mereka. Dimana ia mengisi vokal beberapa track dalam proyek album trilogi, “Profound Mysteries” oleh Röyksopp. Meski interaksinya dengan para kolaborator telah membuka sisi baru dalam musiknya, Sundfør masih memiliki kerinduan dengan musik yang menjadi akar dari awal karier musiknya, yang kemudian akan diperdengarkan kembali pada rilisan terbarunya.
Transisi Personal Susanne Sundfør Melahirkan Album “Blómi”
Pada 2023, Susanne Sundfør merilis album bertajuk “Blómi”. Pada masa perilisan “Music for People in Trouble” dan rekaman album “Blómi”, Sundfør melahirkan putrinya mengalami transisi personal. Hal tersebut rupanya mempengaruhi kualitas album terbarunya yang kali ini menarik perhatian karena muatan liriknya dan eksplorasi tema yang lebih menawan dan spriritual.
Pada title-track-nya, memperdengarkan komposisi jazz yang elegan untuk mengangkat tema pembaruan dan kelahiran kembali. ‘Blómi’ sendiri memiliki makna ‘untuk merekah’. Ada konsistensi tema yang kuat dalam album ini dengan referensi sejarah dan mitologi, Sundfør juga menggunakan bahasa Skandinavia kuno, membuat album ini semakin unik dan kembali mengingatkan kita keberanian sang musisi mengeksplorasi sesuatu niche dan baru, seperti pada awal kariernya. Meskipun terdengar memiliki konsep yang kompleks dan menantang, “Blómi” tidak terlalu eksperimental untuk dipahami dan nikmati sebagai karya musik secara umum.
“Blómi” secara keseluruhan adalah album yang mengeksplorasi cinta, kehilangan, optimisme, dan kelahiran kembali yang mengandung berbagai aspek, mulai dari gospel dan jiwa, hingga musik konkret dan pop. Hingga pergantian antara bahasa Inggris dengan Norse Kuno. Sang musisi juga memasukan beberapa bagian lisan yang mengajak pendengarnya merenungkan penyembuhan dan spiritualitas, membuat “Blómi” menjadi album paling filosofis dari Susanne Sundfør sejauh ini.