Connect with us
efek rumah kaca
ERK

Music

Efek Rumah Kaca: Tiba-tiba Batu Single Review

Musik pop minimalis Tiba-Tiba Batu sukses menjadi gerbang pembuka ke era baru Efek Rumah Kaca.

★ ★ ★ ★ ★
★ ★ ★ ★ ★

Efek Rumah Kaca sepertinya memang selalu mengambil jeda panjang antar rilisannya. Album ‘Sinestesia’ dirilis pada 2015, setelah 7 tahun sebelumnya, ‘Kamar Gelap’ meluncur. Di tahun 2020, group dengan 3 orang anggota ini pun digadang-gadang untuk kembali dengan album baru. Single “Tiba-Tiba Batu” pun disebutkan sebagai pembuka sebelum akhirnya mini album (yang awalnya diharapkan untuk meluncur pada akhir 2019) terbaru nanti dirilis.

“Tiba-Tiba Batu” dirilis pada bulan September kemarin. Dimulai dengan penampilan live yang disusul dengan perilisan single di berbagai platform streaming musik serta video klip yang meluncur di YouTube. Tak banyak teaser atau pun pengumuman sebelumnya. Selain unggahan di media sosial Instagram yang mengumumkan mengenai perilisan single.

Single dengan musik elektronik yang kental ini digarap di studio Trout, Brooklyn, New York, Amerika Serikat. Nama Bryce Goggin, yang sebelumnya menjadi sosok dibalik hits musisi indie rock Amerika Serikat, muncul sebagai penata suara. Adanya nama Goggin saja sudah menimbulkan harapan akan condongnya musik Efek Rumah Kaca dari album ‘Sinestesia’ sebelumnya. Mungkin lebih kaya akan elemen musik rock, mengingat Goggin mengerjakan aransemen untuk band indie seperti Pavement, The Breeders, dan Joan As Police Woman.

Untungnya tidak. Efek Rumah Kaca belum memijakkan kaki keluar dari jalur musik elektronik sepenuhnya. “Tiba-Tiba Batu” memang mengusung musik yang sepenuhnya berbeda dari 3 album ERK sebelumnya: ‘Efek Rumah Kaca’, ‘Kamar Gelap’, atau pun ‘Sinestesia’. Meski sama sekali tak meninggalkan irama electro-pop yang seakan sudah menjadi signature Efek Rumah Kaca.

Berseberangan dengan deretan track dari ‘Sintesia’ yang bernada penuh kemuraman. Tema yang lebih ringan, dengan nada mayor dipilih untuk “Tiba-Tiba Batu”. Melahirkan instrumen dengan dentingan ceria dan musik yang lebih efisien. Kesan pop minimalis pun sangat erat diusung sejak intro sampai bridge. Pada interlude, permainan gitar dari Cholil Mahmud menegaskan kesan bermain-main dengan petikan yang ringan. Meski terdengar amatir, namun kerumitan dari aransemen chord gitar di bagian ini justru menunjukan betapa “kaya” single “Tiba-Tiba Batu”.

“Tiba-Tiba Batu” tak hanya memiliki musik yang terdengar sederhana namun pelik dan mengusung kekayaan lebih. Makna lirik dari single tersebut pun tak jauh berbeda. Tak banyak diksi atau metafora rumit yang disertakan ke dalam single ini. Berbeda dengan “Di Udara” atau pun “Sebelah Mata” yang sampai masuk ke ruang-ruang diskusi demi memahami maknanya.

Secara harfiah, lirik di “Tiba-Tiba Batu” menceritakan mengenai dua orang yang sama-sama kepala batu. “Wajahnya terlihat sama / Belum ada plastik di muka / Di kepalanya sumpah-serapah semua” menceritakan dengan gamblang mengenai inti cerita dari lagu ini. Meski tentu saja, bukan Efek Rumah Kaca bila tak menghadirkan tema tajam menusuk dengan isu sosial yang kencang. “Orang-orang di sekitarku / Tiba-tiba menjadi batu / Awalnya cuma belagu / Nantinya bisa bikin malu” penggambaran sederhana namun tetap memperlihatkan sisi magisnya, bukan?

“Batu bisa jadi fondasi / Bahaya bila dilumuti / Kebencian di sana-sini / Apalagi diorganisasi” pun menjadi bagian lirik berikutnya yang menggambarkan makna mendalam dari single satu ini.

“Tiba-Tiba Batu” membuka gerbang untuk era baru Efek Rumah Kaca. Meninggalkan kemuraman dan juga gelapnya tema ‘Sinestesia’ di belakang. Menyambut era baru dengan musik efisien, pop minimalis, serta instrumen sederhana namun menggigit. Musik ringan di single ini sebenarnya sudah diperkenalkan ERK pada “Kenakalan Remaja di Era Informatika”. Hanya saja “Tiba-Tiba Batu” hadir sebagai versi lebih dewasa dengan berbagai kerumitan tersembunyi di dalamnya. Sebuah pembuka yang semakin membuat tak sabar menanti turunnya album terbaru dari Efek Rumah Kaca.

Green Day: Saviors Album Review

Music

The Smile: Wall of Eyes The Smile: Wall of Eyes

The Smile: Wall of Eyes Album Review

Music

The Last Dinner Party: Prelude to Ecstasy The Last Dinner Party: Prelude to Ecstasy

The Last Dinner Party: Prelude to Ecstasy Album Review

Music

Zara Larsson: Venus Zara Larsson: Venus

Zara Larsson: Venus Album Review

Music

Connect