Cursed merupakan Netflix Original Series terbaru yang rilis pada akhir bulan Juli 2020 kemarin. Dibintangi oleh Katherine Langford yang sebelumnya juga terkenal dari serial Netflix, 13 Reasons Why.
Kali ini Katherine berperan sebagai Nimue, seorang gadis remaja keturunan Fey, kaum penyihir yang diburu oleh manusia karena dipercaya memiliki ilmu hitam yang bertentangan dengan ajaran Tuhan. Setelah melihat kaumnya sendiri dibantai oleh pasukan Red Paladin, Nimue diberi wasiat oleh ibunya untuk mengantarkan pedang sakti ke sosok misterius bernama Merlin.
Serial Cursed diangkat dari novel berjudul serupa karya Frank Miller dan Tom Wheeler. Kisah Nimue atau Lady of the Lake merupakan salah satu bagian dari dongeng Arthurian yang memiliki banyak ‘lore’ dan legenda menarik.
Memiliki Potensi World-Building Baru dan Produksi Serial yang Maksimal
Seperti serial fantasi dengan latar kerajaan manusia dan berbagai jenis makhluk hybrid lainnya, penonton pasti mengharapkan world-building yang menakjubkan dan kaya. Cursed memiliki potensi untuk menjadi serial fantasi dengan ekspektasi tersebut.
Pada episode pertama, kita akan diperlihatkan kampung halaman Nimue yang ajaib dan menawan, dengan gua-gua hijau dan taman bunga yang indah. Begitu juga ragam klan dan kaum yang mungkin sudah tidak asing buat kita yang menyukai serial atau film fantasi. Mulai dari Kaum Fey atau penyihir, Red Paladin, Druid, Bajak Laut, dan makhluk mistis misterius lainnya.
Makeup artist untuk serial Cursed juga perlu diberi apresiasi lebih. Ada banyak adegan gore dengan luka yang menyakinkan sakitnya. Begitu juga penampilan makhluk non-human yang ajaib.
Desain latar seperti gua para kaum Fey yang magical dan crafty juga mendukung visual dari serial ini. Sayangnya, produksi yang maksimal tidak didukung dengan sinematografi dan editing yang mampu menimbulkan efek “wah” pada penonton. Perbedaan antara manusia dan kaum Fey juga hanya maksimal secara tampilan fisik saja. Hanya Nimue yang memiliki kemampuan sihir, sementara kaum sesamanya bahkan yang punya tanduk sekalipun, tetap membutuhkan pedang dan panah untuk berperang.
Sederet Karakter yang Tidak Terasa Relevan dengan Penokohan yang Lemah
Pertama, mari kita ulas penokohan Nimue; The Blood-Wolf Witch, The Lady of the Lake. Pada awalnya, mungkin kita mengharapkan perkembangan karakter dari Nimue, dari gadis yang dikucilkan di kampungnya sendiri, menjadi ratu kaum Fey yang kuat dan bisa diandalkan.
Banyak karakter lain yang menyebut Nimue pemberani dan memiliki kekuatan untuk melindungi kaumnya. Namun kenyataannya, ada banyak adegan yang menunjukan Nimue mengalami kegelisahan dan tidak percaya diri. Bahkan bekal kemampuan sihir dan pedang saktinya pun sangat tidak membantu Nimue dalam menghadapi Red Paladin.
Hanya ada dua adegan dimana Nimue tampak powerful dan menakutkan, namun sisanya seperti disengaja membuat Ia lemah dan masuk dalam situasi yang terpojokan untuk efek dramatis. Yang ada malah membuat penonton jadi kesal. Nimue bisa saja unggul dan mampu menyelamatkan banyak orang jika memanfaatkan semua kekuatan yang ada di tangannya.
Tak hanya Nimue, banyak sederet karakter lainnya yang memiliki masalah dalam penokohannya. Beberapa karakter baru muncul, namun tiba-tiba mati sebelum kita mengenal mereka lebih jauh. Tak ada rasa simpati atau emosional ketika penonton menyaksikan kematian karakter tertentu.
Ada pula karakter yang penokohan terasa “dipaksakan”. Seperti pemimpin perompak yang asal keras saat berbicara, hingga raja manja yang terlihat berlebihan pembawaannya untuk menunjukan penokohannya yang nanggung.
Belum lagi chemistry Nimue dengan beberapa karakter yang terasa hampa. Akan ada sentuhan romantis antara Nimue dengan karakter bernama Arthur, yang terasa hanya diselipkan dan membuat kita canggung melihat mereka bemesraan. Tak hanya dengan Arthur, hubungan dengan karakter lain yang diklaim sebagai sahabat atau keluarga Nimue juga tidak memberikan ikatan yang membuat kita merasa tergugah.
Alur dan Latar Cerita yang Kurang Jelas dan Tidak Masuk Akal
Pada awalnya, kita disuguhkan dengan objektif yang jelas; Nimue harus membawa pedang sakti ke sosok bernama Merlin sesuai wasiat ibunya. Awalnya Nimue terlihat taat dalam memenuhi wasiat tersebut, namun pada akhirnya objektif tersebut tidak mengarah kemana-mana. Ditambah lagi banyaknya plot baru yang muncul tanpa penjelasan kedepannya.
Konsep alur cerita dari berbagai perspektif tidak diatur dengan editing yang rapi, tampak sangat berantakan. Tidak semua point of view juga memiliki plot yang saling menyatu. Contohnya saja plot kisah Pym, sahabat Nimue yang bergabung dengan komplotan bajak laut, merupakan salah satu plot yang menarik untuk diikuti hanya karena menyenangkan. Namun, plot tersebut tidak terlalu melengkapi plot utama kisah Nimue.
Satu lagi masalah besar yang sangat menggangu dalam serial Cursed adalah latar lokasi yang tidak jelas. Secara “ajaib” setiap karakter bisa sampai kemana saja dengan sangat cepat. Tidak jelas latar pulau, wilayah, atau kerajaan tertentu, semuanya terasa sangat dekat. Apa mungkin setiap klan dan kaum yang bermusuhan ternyata tinggal tak jauh satu sama lain? Kesalahan satu ini sangat mengganggu keseluruhan dari serial Cursed.
Secara keseluruhan, Cursed bukan serial fantasi yang akan memenuhi hasrat akan kisah menakjubkan dengan world-building yang kompleks dan cerita yang kaya. Sifat pedang sakti dalam serial ini juga cukup serupa dengan sifat cincin dalam film franchise The Lord of the Rings.
Sementara konsep point of view yang banyak dan kematian banyak karakter secara tiba-tiba mungkin ingin menghadirkan reaksi yang sama ketika kita menonton Game of Thrones. Sayangnya, Cursed tak lebih dari sekedar drama tentang remaja yang kebingungan dengan jati dirinya, hanya saja terjadi di dunia fantasi dengan kesatria dan makhluk bertanduk yang bahkan tak semuanya punya kekuatan sihir.