Connect with us
Corpus Christi
Film Movement

Film

Corpus Christi: Ketika Mantan Narapidana Jadi Pendeta

Memaknai kebaikan dan kebenaran dari perspektif baru yang menarik.

★ ★ ★ ★ ★
★ ★ ★ ★ ★

“Corpus Christi” merupakan film Polandia arahan sutradara Jan Komasa dan naskah yang ditulis oleh Mateusz Pacewicz. Film drama kehidupan ini telah premiere di berbagai festival film bergengsi pada 2019 lalu. Mulai dari Venice Film Festival hingga Toronto International Film Festival.

“Corpus Christi” sempat menuai kontroversi ketika ada seorang pria mengaku bahwa kisahnya dijadikan bahan dari film ini. Penulis naskah telah menyatakan bahwa memang film ini terinspirasi dari kisah nyata, namun bukan spesifik pada satu orang. Kenyataannya, kasus pendeta palsu di Polandia termasuk kasus yang umum.

Kasus ini kerap terjadi pada orang-orang dengan status sosial rendah dan mengalami kesulitan dalam menjalani kehidupan. Karena dengan menjadi pendeta Katolik, seseorang bisa mendapatkan jaminan hidup, fasilitas, dan keamanan. Meski bukan yang terbaik, namun cukup untuk setidaknya menjalani hidup dengan tidur bawah atap yang nyaman dan tak perlu memikirkan tagihan serta kebutuhan esensial lainnya.

“Corpus Christi” sendiri kisah tentang seorang narapidana bernama Daniel (Bartosz Bielenia), yang sungguh-sungguh ingin menjadi siswa seminari. Namun latar belakangnya hanya bisa membuatnya bekerja di pabrik sebagai buruh gergaji di kota kecil. Awalnya Daniel hanya bercanda, namun Ia tak sengaja masuk dalam kebohongan yang Ia ciptakan sendiri sebagai pendeta muda baru, melayani komunitas Katolik di kota kecil. “Corpus Christi” masuk dalam lineup World Cinema Week 2022 online screenings di KlikFilm.

Corpus Christi

Mantan Narapidana yang Ingin Menjadi Pendeta

Satu lagi film yang mengeksplorasi kehidupan mantan narapidana dan kesulitan mereka kembali ke masyarakat. Sebelumnya Cultura pernah mengulas “Under the Open Sky” (2020), film Jepang dengan latar belakang masalah yang sama. Terlihat religius dan ingin masuk seminari untuk mengubah hidupnya, Daniel tidak punya banyak pilihan setelah menyandang status sebagai mantan narapidana.

Lepas dari peraturan dan norma sosial yang berlaku, sejak awal kita akan dibuat simpati kepada protagonis dengan premis ini. Bukannya akan lebih baik jika seorang narapidana ingin masuk sekolah seminari? Lebih dari sekadar ingin berbuat baik, Daniel mungkin ingin meminta perlindungan dari dunia yang bisa menariknya kembali pada gaya hidup yang buruk.

“Corpus Christi” juga bukan skenario penipuan tokoh agama dimana pelaku memanfaatkan posisinya untuk hal-hal buruk. Karena skenario tersebut cukup sering kita dengar dalam skenario seperti ini. Daniel adalah protagonis yang manusiawi, dengan segala kebaikan dan keburukan dalam dirinya. Ia juga menggunakan posisinya untuk melakukan hal-hal baik bagi orang-orang yang Ia layani, meski sebagai pendeta palsu. Namun penipuan tetap ‘lah penipuan.

Penulisan film drama kehidupan ini terasa natural dan realistis. Daniel memang bukan tipe protagonis yang flashy, namun memikat dengan segala kekurangan dan kelebihannya sebagai manusia biasa. Plot cerita dalam “Corpus Christi” membuat kisahnya menarik disimak karena Ia terjebak dalam situasi yang tidak biasa.

Corpus Christi

Memaknai Definisi Ajaran Kebenaran dari Perspektif Baru

Jika sudah membawa agama, kita akan selalu berbicara tentang hukum moral dalam kehidupan. Berusaha menemukan definisi dari kebaikan dan kejahatan. Membuktikan bahwa tidak ada yang seutuhnya baik dan yang seutuhnya jahat. Daniel jelas ‘pendeta’ dengan latar belakang yang tidak biasa, dengan metode yang tidak biasa pula. Namun, bisa jadi lebih terlihat tulus jika dibandingkan dengan pemuka agama pada umumnya yang hanya melakukan segalanya sebagai formalitas. Daniel menjadi sosok mediator dan pemecah masalah yang cukup bijak selama bertugas di kota kecil tersebut.

Pada babak awal Daniel dinasehati oleh pendeta yang Ia jadikan panutan, “Setiap dari kita adalah pewarta Kristus”. Namun ada banyak cara lain untuk menjadi baik sekalipun bukan sebagai Pendeta.

Dalam skenario Daniel, Ia secara teknis telah mengindahkan hal semangat tersebut. Daniel juga tidak sempurna dalam memerankan kebohongannya sebagai Pendeta. Ia banyak melakukan metode baru, namun tidak ada yang bertanya, karena seperti dalam agama lain, Pendeta dianggap panutan oleh umat Katolik. Apalagi yang dilakukan oleh Daniel adalah hal-hal yang menyelesaikan masalah dengan solusi dan pewartaan yang nyata. Tentang keseriusan dalam beribadah dan mengajak umatnya untuk memaafkan.

Setiap dari umat beragama adalah pewarta, bahkan seorang mantan narapidana dalam skenario ini. Namun film ini juga tidak membuat kita mendukung Daniel sepenuhnya, begitu juga dengan karakter-karakter ‘tidak berdosa’ lainnya. Sama halnya ketika kita berinteraksi dengan orang-orang disekitar kita. Ada saja pelajaran dan kebenaran yang bisa kita dapatkan dari orang-orang tertentu, meski mereka juga secara umum bukan orang yang baik.

Secara keseluruhan, “Corpus Christi” merupakan film drama dengan pelajaran hidup yang menarik. Membuat kita memaknai kebenaran dalam mengindahkan ajaran agama dari contoh kasus yang baru.

Kita mungkin tidak mendukung gaya hidup Daniel, namun setiap ajaran baik yang telah Ia wartakan pasti meninggalkan kesan bagi yang menyimak. Itulah ajaran agama, kita semua manusia hanya media bagi Tuhan untuk mewartakan kebenarannya. Dan Tuhan bisa memilih siapapun untuk membuat kita terinspirasi akan ajaran kebenaran-Nya.

Lost in Translation & Her: Kesepian dan Perpisahan dari Dua Perspektif

Film

Siksa Kubur & Badarawuhi di Desa Penari: Rayakan Lebaran dengan Film Horor Lokal

Entertainment

Monkey Man Monkey Man

Film & Serial Terbaru April 2024

Cultura Lists

Perfect Days Perfect Days

Perfect Days: Slow Living & Komorebi

Entertainment

Connect