Ketika sudah berada pada zona nyamannya, terkadang muncul ragam percobaan terkait hal-hal baru seiring waktu. Walau bisa jadi berhasil, perlakuan seperti ini dapat mendorong munculnya krisis identitas pada hal dasar yang sudah terbangun tersebut. Sekilas, itu yang sepertinya hadir pada ‘Black Mirror Season 6’.
‘Black Mirror’ merupakan salah satu series buatan Charlie Brooker dari Channel 4 yang saat ini sudah diakuisisi oleh Netflix, membuatnya hadir sebagai satu hit title pada streaming platform tersebut. Musim keenamnya sendiri sudah dapat dinikmati sejak 15 Juni lalu, dengan mengusung format anthology pada lima episodenya yang membuat masing-masing episodenya dapat dinikmati tanpa harus bersambung.
‘Black Mirror Season 6’ diawali dengan ‘Joan is Awful’, dengan membawa bintang Hollywood seperti Annie Murphy dan Salma Hayek sebagai central cast-nya. Episode ini mengisahkan tentang Joan, seorang CEO dari perusahaan yang tiba-tiba mendapati kehidupannya diusung menjadi series dalam streaming platform Streamberry, membuat dirinya sebagai figur yang sangat buruk seiring waktu.
Dalam narasinya, episode pertama ‘Black Mirror Season 6’ ini berkutat pada dampak yang hadir kala seseorang tidak memperhatikan poin-poin dalam satu dokumen terms and conditions. Hal yang kerap dianggap sepele tersebut dijadikan sebagai momok menakutkan, terutama bagi orang yang disasar.
Tak hanya itu, usungan konsep multiverse yang belakangan ini sedang diramaikan pula oleh ‘The Flash’ dan ‘Spider-Man: Across the Spider-Verse’ ini memberikan keseruan pada episode ini selain dari akting menawan dari Annie Murphy, Salma Hayek, serta Michael Cera yang muncul sebagai cameo di dalamnya. Bisa dibilang, ‘Joan is Awful’ adalah episode pembuka yang menarik dengan segudang pembawaan ala ‘Black Mirror’ dan membuatnya tetap relevan dengan satir yang kerap diusung oleh anthology series ini.
Setelah ‘Joan is Awful’, ‘Black Mirror Season 6’ menampilkan ‘Loch Henry’ sebagai episode keduanya. Menampilkan Samuel Blenkin dan Myha’la Herrold, episode ini berpusat pada Davis dan Pia, mahasiswa perfilman yang ingin membuat dokumenter mengenai kolektor telur dari kampung halaman Davis. Akan tetapi, ketika Pia mengetahui kisah lampau mengenai pembunuh turis di sana, keduanya memutuskan untuk mengganti tema film sembari mencari bukti-bukti terselubung lain dan menemukan beragam hal mengerikan seiring pencariannya.
Berbeda dengan ‘Joan is Awful’ yang cenderung fun, ‘Loch Henry’ tampil dengan nuansa gloomy sepanjang episodenya. Membawa tema mengenai true crime documentary yang mengusung homage terkait Ted Bundy, episode kedua ‘Black Mirror Season 6’ ini tampak lebih serius dengan plot-nya. Akan tetapi, tampilnya elemen tersebut dengan samar-samarnya pembawaan unsur teknologi di dalamnya membuat sensasi ‘Black Mirror’ pada episode ini menjadi pudar meski representasinya cukup bagus.
Episode ketiga dalam ‘Black Mirror Season 6’ memiliki judul ‘Beyond the Sea’ dengan menghadirkan Aaron Paul, Josh Hartnett, serta Kate Mara sebagai deretan pemeran utamanya. Berlatar di tahun 1969, episode ini bercerita mengenai Cliff dan David dalam enam tahun misi mereka di luar angkasa. Dalam waktu senggang, keduanya mentransfer kesadaran mereka ke dalam replika tubuhnya di Bumi demi menghabiskan waktu bersama keluarga masing-masing. Akan tetapi, kedamaian sesaat tersebut berubah kala David, yang berduka karena kematian istri beserta anak-anaknya di tangan anggota sekte, diberi izin untuk memasukkan kesadarannya dalam tubuh Cliff, menghadirkan dilema besar antara David dan keluarga Cliff.
Secara runtime, ‘Beyond the Sea’ yang berdurasi 80 menit menjadi episode paling panjang pada ‘Black Mirror Season 6’ sekaligus menjadi episode terpanjang kedua setelah ‘Hated in the Nation’ pada musim ketiga. Melalui kisah yang dibawakan dalam tempo cenderung lambat, episode ini berhasil dalam menampilkan bagaimana mengerikannya seseorang ketika diberi kebebasan dalam memakai personal belonging dari lainnya. Memunculkan sophisticated technology dengan kemampuan conscious transfer sebagai penggerak plot-nya, episode ini membawa kembali nuansa ‘Black Mirror’ yang kelam melalui segala satir teknologinya.
‘Black Mirror Season 6’ masih berlanjut melalui ‘Mazey Day’ sebagai episode keempat yang dibintangi oleh Zazie Beetz, Clara Rugaard, dan Danny Ramirez. Mengusung latar di tahun 2006, episode ini berpusat pada Bo yang mengalami masalah keuangan kala menjalani pekerjaan barunya sebagai jurnalis. Suatu ketika, Bo mendapat tawaran uang besar apabila mendapatkan foto artis yang telah hilang selama dua minggu, dan justru menemukan satu hal yang membahayakan warga sekitar.
Secara garis besar, premis yang diusung oleh ‘Mazey Day’ ini berpusat mengenai kelamnya dunia jurnalisme. Premis seperti ini tentu akan membuat episode keempat dalam ‘Black Mirror Season 6’ tersebut dibandingkan dengan eksistensi ‘Nightcrawler’ dari Dan Gilroy pada 2014 lalu, memberikan nuansa yang kurang lebih serupa. Meski begitu, samarnya satir mengenai implementasi teknologi membuat episode ini tidak terasa seperti ‘Black Mirror’ pada umumnya, terutama dengan munculnya makhluk-makhluk penuh mitos dalam penceritaannya.
‘Demon 79’ hadir sebagai penutup dari ‘Black Mirror Season 6’ yang dibintangi oleh Anjana Vasan dan Paapa Essiedu. Dengan branding sebagai bagian dari ‘Red Mirror’, episode ini membawa cerita mengenai Nida, seorang karyawan toko sepatu yang tidak sengaja memanggil iblis dan kemudian diminta untuk membunuh tiga manusia demi menghindari akhir dunia.
Diposisikan sebagai cikal bakal munculnya ‘Red Mirror’ di masa depan, ‘Demon 79’ sama sekali tak membawakan elemen teknologi dalam penampilan plot-nya dan berfokus mengenai elemen supernatural sebagai penggerak cerita. Akan tetapi, layaknya ‘Black Mirror’ yang sarat akan social commentary, episode ini tetap membawa hal ini, utamanya mengenai satir terkait politik dan rasisme seputar karakter utamanya.
Akhir kata, ‘Black Mirror Season 6’ adalah musim yang berusaha bereksperimen melalui pemuatan hal-hal baru pada beberapa episodenya namun tetap ingin tampil dengan ciri khas yang sudah diusung sejak awal munculnya anthology series tersebut. Meski muncul dengan impresi yang beragam per episodenya, musim keenam ‘Black Mirror’ ini tetap dapat menjadi tontonan enjoyable dengan social commentary-nya yang on-point.
