Connect with us
Billie Eilish Therefore I Am
Photo via Press

Music

Billie Eilish: Therefore I Am Single Review

Tidak suguhkan ramuan musik baru, Billie Eilish hadir dengan sindiran pedas.

★ ★ ★ ★ ★
★ ★ ★ ★ ★

Setelah menggebrak sepanjang tahun 2018 dan 2019, 2020 disambut Billie Eilish dengan sederet rilisan yang tidak kalah menarik. Masing-masing single yang diluncurkan penyanyi muda ini mengusung nyawa dan nurani berbeda; warna-warna musik dan juga genre yang lebih bervariasi ketimbang album mega hits ‘When We All Fall Asleep, Where Do We Go?’, “Therefore I Am” sayangnya bukan salah satunya.

Sebelum menyelami single ketiga di tahun 2020 dari penyanyi berusia 18 tahun ini, rasanya penting membahas bagaimana Billie Eilish menghabiskan tahun 2020. Terutama setelah gempita popularitas yang berakhir dengan rentetan penghargaan, trofi Grammy Awards salah satunya.

Sejak awal tahun 2020, Billie lantang menyuarakan mengenai bagaimana popularitas mempengaruhinya. There’s responsibilities and revelations came with popularity. Ada harga dan tanggung jawab yang harus diusung remaja ini berbarengan dengan popularitas yang diraih. Billie Eilish tidak sungkan menyuarakan bagaimana kritikan di media sosial serta dari media memengaruhinya. Ia juga tidak memelankan suara saat harus berseru lantang mengenai isu-isu sosial, terutama yang terjadi di Amerika Serikat.

Tidak hanya memberikan edukasi mengenai perubahan iklan setelah tur konsernya tahun ini dibatalkan karena pandemi Covid-19. Billie juga menggunakan platform yang ia miliki untuk bersuara tentang pemilihan Presiden Amerika Serikat. Diantara penyanyi, artis, dan juga selebritis yang jauh lebih senior, Billie merupakan salah satu yang gencar turut berkampanye dengan ajakan untuk ikut pemilu bagi warga Amerika Serikat. Ia juga aktif turut serta di berbagai virtual konser dengan arah politis.

Sikap tidak gentar di kehidupan nyata ini juga diusung Billie melalui single terbaru, “Therefore I Am” yang baru dirilis 12 November kemarin. “Therefore I Am” seolah membawa kembali Billie Eilish dari era “Copycat” dan “You Should See Me In A Crown.” Beberapa statement di lirik kedua lagu ini disuntikan dengan cara yang lebih manis dan playful di “Therefore I Am,” meski tidak kalah pedas.

Singgungan yang nyaris berisi sindiran seolah ditujukan kepada “seseorang,” mereka yang aktif membicarakan mengenai dirinya, menilainya, dan menginginkan secuil sisi kehidupan seorang Billie. “Therefore I Am” bahkan dengan tegas menyatakan bahwa siapapun mereka, mereka bukan teman Billie: “I’m not your friend or anything / Damn, you think that you’re the man / I think therefore I am.”

Lirik yang nyaris berisikan nyinyiran brutal di “Therefore I Am” bisa dipadukan dengan sindiran ketus di “Copycat”; yang menyatakan siapapun mereka yang ingin meniru dirinya hanya sekadar “in italics”, sedangkan Billie “in bold.”

Lirik “Therefore I Am” juga tidak gentar saat menyebut siapapun yang bersuara tentang Billie untuk “get my pretty name out of your mouth.” Dan untuk tidak “talk about me like you might know how I feel.” Sama seperti langkah politisnya yang bold di dunia nyata, Billie juga tidak tanggung-tanggung untuk bersuara lantang melalui frasa demi frasa lirik yang ditulis.

Secara musikalitas, “Therefore I Am” membawa kembali resep sukses dari sederet hits di album ‘When We All Fall Asleep, Where Do We Go?’, atau ‘All The Good Girls Go To Hell’ dan ‘My Strange Addiction’. Glitchy beats, ritme dengan ketukan yang teratur, serta kali ini dengan bassline yang lebih renyah dan mudah dicerna. Tentu bila dibanding dengan rilisan-rilisan lain di circa 2018-19.

Kembalinya Billie dengan musik yang sama seperti hits-hits sebelumnya memang mengejutkan. Terutama karena pada single di tahun ini, Billie dan FINNEAS, sang kakak sekaligus produser, menyisipkan genre dan warna musik berbeda. “Everything I Wanted” yang dirilis pada penghujung 2019 menghadirkan musik yang jauh lebih minimalis, dengan luapan perasaan mendalam dari sang penyanyi. Single ini bahkan nyaris bisa disebut sebagai mainstream indie pop, dari Billie.

Sedangkan “My Future” yang dirilis bulan Juli kemarin justru condong pada warna neo-soul. Billie juga masih mengadopsi cara bernyanyi yang menguras emosi di paruh awal. Lalu ada “No Time To Die”, single soundtrack untuk film James Bond justru kaya akan musik orkestra, gubahan produser Hans Zimmer dan Johnny Marr yang menjadi komposer untuk film ini.

“Therefore I Am” digadang-gadang akan menjadi single untuk album terbaru Billie, yang sepertinya tidak akan dirilis selama pandemi. Diusungnya kembali warna musik ‘khas Billie dan FINNEAS’, membuat bertanya-tanya seperti apa album ini nanti?

Sementara itu, Billie sukses membawakan “Therefore I Am”; dengan kegarangan, nyinyiran, dan pedasnya lirik penuh sindiran. Ramuan serta komposisi musik yang kembali diulang dari single dan album sebelumnya juga terbukti masih ampuh untuk rilisan kali ini.

Green Day: Saviors Album Review

Music

The Smile: Wall of Eyes The Smile: Wall of Eyes

The Smile: Wall of Eyes Album Review

Music

The Last Dinner Party: Prelude to Ecstasy The Last Dinner Party: Prelude to Ecstasy

The Last Dinner Party: Prelude to Ecstasy Album Review

Music

Zara Larsson: Venus Zara Larsson: Venus

Zara Larsson: Venus Album Review

Music

Connect