Connect with us
Antoine de Saint-Exupéry: Le Petit Prince
Photo via Huffpost

Books

Antoine de Saint-Exupéry: Le Petit Prince 

Bagaimana memandang dunia melalui kepolosan seorang anak kecil.

★ ★ ★ ★ ★
★ ★ ★ ★ ★

“Le Petit Prince” merupakan buku sastra klasik Prancis yang pertama kali terbit pada tahun 1943 dan sudah diterjemahkan ke dalam lebih dari 300 bahasa. Buku yang banyak memengaruhi cara pandang orang di seluruh dunia ini juga menjadi inspirasi untuk karya-karya besar lainnya.

Cerita ini pernah diadaptasi menjadi film berjudul “The Little Prince” (2015). “Banda Neira” duo folk asal Indonesia, pernah  membuat lagu berjudul “Pangeran Kecil” yang menceritakan kisah ketakjubannya pada karya fiksi karangan Antoine de Saint-Exupéry ini. Jimin “BTS” juga pernah membuat lagu berjudul “Serendipity” yang lahir dari kisah ini. Apa yang membuat “Le Petit Prince” menarik?

Cerita tentang Anak Kecil yang Dipersembahkan Kepada Orang Dewasa

Cerita “Le Petit Prince” dibuka dengan sebuah surat persembahan untuk teman baik penulisnya, Leon Werth, di penghujung surat tertulis:

“All grown-ups were children first, But few of them remember it”. 

To Leon Werth, When He Was a Little Boy.

Seorang pilot terdampar di Gurun Sahara, kecelakaan membuat mesin pesawatnya rusak. Karena melakukan perjalanan tunggal Ia harus memperbaiki pesawatnya sendiri, di tengah kesibukannya dengan mesin pesawat, seorang Pangeran Kecil datang dari planet (para ilmuan dan orang dewasa menyebutnya Asteroid B-612) dan bertanya banyak hal tentang apapun yang terlintas di kepalanya.

Pertanyaan demi pertanyaan yang diberikan Pangeran Kecil kemudian menjadi bahan renungan secara general untuk setiap orang dewasa. Dengan kepolosan anak-anak, tanpa pretensi apa-apa seolah ingin menyampaikan bahwa sebagai orang dewasa dulu seseorang pasti pernah mengalami masa kanak-kanak. Pada saat itu dia memiliki hati yang tidak tercemar oleh hal-hal rumit, seperti kesombongan, keserakahan, prasangka, juga dosa-dosa. Kisah “Le Petit Prince” berpusat pada cerita seperti itu.

Berkeliling Ke Planet-planet Jauh dan Mengenali Macam-macam Karakter Orang Dewasa

Dalam cerita ini, pembaca diajak Pangeran Kecil mengunjungi planet-planet dan berkenalan dengan beberapa penghuninya yang memiliki karakter dan kepribadian unik. Sekali waktu, Pangeran Kecil bercerita tentang perjalanannya mengunjungi Asteroid 325, dihuni oleh seorang raja yang duduk di atas tahta dengan jubah panjang menjuntai. Ia berkuasa pada segala hal yang ingin Ia kuasai, sampai-sampai selalu ingin memerintah bahkan kepada orang yang baru ditemuinya.

Sang Raja ingin mengangkat Pangeran Kecil sebagai duta keadilan walaupun jika tidak ada seorangpun yang perlu diadili, Ia boleh mengadili dirinya sendiri. Merasa sikap Sang Raja begitu tidak masuk akal, Pangeran Kecil pergi sambil menggerutu “Orang dewasa memang sangat aneh”.

Di planet lainnya, Pangeran Kecil bertemu dengan seorang yang berhati congkak, Ia menganggap semua orang adalah penggemarnya. Ia tidak mau mendengar apapun kecuali pujian. Pangeran Kecil kebingungan dengan seseorang yang begitu terobsesi dan memerlukan kekaguman dari orang lain, Ia pergi lagi meneruskan perjalanan sambil berkata “Orang-orang dewasa amat ganjil”.

Bagaimana Memandang Dunia Melalui Kepolosan Seorang Anak Kecil

Kisah perjalanan seorang Pangeran Kecil tidak lepas dari cara pandangnya menilai fenomena yang terjadi di dunia. Melalui kacamatanya sebagai seorang anak kecil polos yang isi kepalanya penuh dengan pertanyaan, Pangeran Kecil tidak lantas menelan mentah-mentah informasi aneh dari orang-orang yang ditemuinya.

Terkadang respon lugu dan kepolosan Pangeran Kecil bisa menampar sudut pandang orang dewasa kebanyakan, seperti saat Ia menceritakan tempat tinggalnya.

Jika kau bilang kepada orang dewasa “Aku melihat ada rumah indah terbuat dari batu merah semerah mawar, dengan geranium di jendela dan merpati hinggap di atapnya, mereka tidak akan tertarik.”

Kita seharusnya bilang “Aku melihat rumah seharga seratus ribu franc”.  Barulah mereka akan berseru “oh, rumah yang bagus!”.

Orang dewasa memang seperti itu, dan anak-anak harus banyak-banyak memaklumi keanehan sikap orang-orang dewasa.

Tentang Antoine de Saint-Exupéry

Antoine de Saint-Exupéry, merupakan seorang penulis yang berprofesi sebagai Pilot, memiliki kesamaan kisah dengan karya yang ditulisnya. Narasi yang dibawakan dalam cerita ini adalah seorang Pilot yang mengalami kecelakaan pada penerbangannya, Ia jatuh ke sebuah padang pasir dan bertemu dengan seorang Pangeran Kecil, Seorang anak laki-laki dari planet lain.

Pembawa narasi di cerita ini banyak diyakini adalah sebuah refleksi dari pengalaman hidup yang dialami oleh Antoine de Saint-Exupéry, dan karakter Pangeran Kecil merupakan perwujudan dirinya saat kecil dulu. Begitu pula dengan beberapa objek lainnya, seperti karakter rubah yang merupakan binatang yang pernah ditemuinya. Atau karakter mawar yang dipercaya sebagai seorang pujaan hati Saint-Exupéry.

Antoine de Saint-Exupéry

Courtesy of the Antoine de Saint Exupéry Youth Foundation

Pada tahun 1943 “Le Petit Prince” diterbitkan pertama kali dan menjadi buku berbahasa Prancis yang paling banyak diterjemahkan. Surat persembahan untuk Leon Werth, dipercaya sebenarnya ditujukan kepada dirinya sendiri. Pada 21 Juli 1944 Antoine de Saint-Exupéry, menerbangkan pesawatnya dari Sardinia ke Prancis Selatan dan tidak pernah kembali lagi. Pesawatnya hilang bersama keberadaaanya.

Secara teknis “Le Petit Prince” merupakan buku yang cocok untuk anak-anak, karena disamping menceritakan tentang petualangan seorang bocah, di sepanjang cerita juga disuguhkan ilustrasi-ilustrasi menarik seperti gambar ular boa dimakan ular, yang dalam perspektif lain terlihat seperti sebuah topi, atau tampilan pohon baobab, dan bunga mawar dalam kaca.

Di Indonesia “Le Petit Prince” sudah dicetak dan diterjemahkan oleh beberapa penerbit yang berbeda, seperti Penerbit Gramedia dan Penerbit Kakatua, cerita “Le Petit Prince” bahkan sudah tersedia dalam terjemahan bahasa dan aksara sunda dengan judul “Prabu Anom” buku ini diterbitkan oleh Kiblat pada tahun 2018 lalu.

Pada akhirnya “Le Petit Prince” adalah buku yang layak dibaca setidaknya tiga kali dalam masa hidup: saat kecil, remaja, dan ketika sudah dewasa. Karena dalam setiap bertambahnya usia, perspektif seseorang akan berubah, dengan begitu berubah pula kemampuan memandang dan menghargai sesuatu.

Ernest Hemingway Ernest Hemingway

Ernest Hemingway: The Old Man and the Sea Review

Books

Buku Memperingati Hari Kartini Buku Memperingati Hari Kartini

Mengenal Sosok Kartini dari Sederet Bacaan yang Mengisahkan Pejuangan Hidupnya

Books

Han Kang: Human Acts Han Kang: Human Acts

Han Kang: Human Acts Review

Books

24 Jam Bersama Gaspar, Sabda Armandio 24 Jam Bersama Gaspar, Sabda Armandio

Sabda Armandio: 24 Jam Bersama Gaspar

Books

Connect