“A Classic Horror Story” adalah film horor Italia garapan sutradara Roberto De Feo dan Paolo Stripoli. Dibintangi oleh Matilda Anna Ingrid Lutz, aktris Italia yang terkenal melalui “Rings” (2017) dan “Revenge” (2017).
Film horor Italia sempat berjaya pada era 70-an hingga 80-an. Namun, genre satu ini sudah cukup lama menghilang dalam industri film Italia. Padahal, hampir setiap bulan Netflix selalu merilis film horor dari Eropa, mulai dari Spanyol hingga Perancis.
Film ini tampaknya menjadi karya tribute dari kedua sutradara yang merindukan film horor dari negaranya. Namun, komoditi film horor di era 2010-an hingga kini memasuki dekade baru telah mengalami perkembangan cukup pesat dalam segi kualitas. Hanya ada dua hasil akhir yang bisa diperoleh oleh sebuah film horor: dilupakan atau menjadi masterpiece.
Banyak Referensi dari Berbagai Film Horor yang Sudah Ada
Buat penggemar film horor garis keras, baik film horor payah maupun yang berkualitas, pasti akan menyadari banyaknya referensi film horor yang sudah ada sebelumnya dalam film ini. Mulai dari “The Wicker Man” (1973), “House of Wax” (2005), “The Cabin in the Woods” (2011), hingga film horor modern terbaru seperti “Midsommar” (2019).
Dimulai dengan premis yang sudah sangat sering kita temui dalam horror B-Movie Hollywood, perjalanan dimulai dengan sekelompok orang asing yang baru saja bertemu, kemudian melakukan perjalanan ke Italia Selatan. Klasik, mereka mengalami kecelakan van dan terdampar di tengah hutan. Tanpa sinyal, tanpa peta, hanya sosok misterius yang siap meneror mereka.
Protagonis perempuan, skenario sekte dengan ritual yang memakan korban, alunan musik lawas ketika adegan penyiksaan, berbagai keputusan impulsif yang bodoh, komplit dalam “A Classic Horror Story”. Namun, setelah kita memahami keseluruhan konsep horor yang hendak dihadirkan oleh sutradara, “A Classic Horror Story” bukan film horor klasik biasa.
Tonton Sampai Selesai untuk Memberikan Penilaian yang Objektif
Sulit untuk memberikan statement yang dapat merangkum keseluruhan film horor ini. Keseluruhan konsep mengandung plot twist sekaligus visi utama film. Kita harus menonton sampai selesai untuk memberikan penilaian yang tepat dan profesional. Kurang lebih satu jam pertama (dimana hampir keseluruhan film) akan membuat kita frustasi dan berkomentar sinis, “Ha..ha…very classic”.
Seperti yang telah disebutkan, film ini memuat berbagai adegan yang konyol dan tidak masuk akal, layaknya horror B-Movie Hollywood. Namun, ketika plot twist terungkap, kita akan dibuat cukup terkejut. Mungkin tidak terlalu mengejutkan karena ada beberapa overshadowing dan latar belakang salah satu karakter yang sudah mencurigakan dari awal.
Mengaplikasikan plot twist juga sudah menjadi salah satu rumus klasik dalam menulis naskah film horor. Namun, untuk film ini, plot twist yang dihadirkan cukup baru dan belum diadaptasi oleh kebanyakan film bergenre serupa. Bukan pengalaman yang pernah kita rasakan, namun tidak cukup sempurna untuk meninggalkan kesan.
Ada sedikit sentuhan humor satire yang lucu setelah memahami keseluruhan konsep dari film ini. Secara teknis film ini “mengandung” materi horor yang payah hampir sepanjang kisah, hingga akhirnya mencapai titik balik yang menarik, namun sudah terlambat untuk menyelamatkan film.
Tidak Memiliki Karakteristik yang Kuat sebagai Film Horor Modern
Sebagai film horor dengan ide cerita yang baru, “A Classic Horror Story” tidak memiliki karakteristik yang kuat. Persaingan cukup besar dalam liga film horor modern ini. Meski banyak yang mencoba peruntungan, hanya ada beberapa sutradara yang berhasil mendapat pengakuan, hanya ada satu dua judul horor yang mendominasi pasar dalam setahun.
Akting dari setiap aktor sudah cukup dramatis dan menunjukan kengerian secara maksimal. Produksi properti dan lokasi syuting sudah cukup bagus, namun tidak didukung dengan musik latar dan visual yang terlalu berkarakter.
“A Classic Horror Story” memang inovatif, namun masih kalah bersaing dengan standar film horor berkualitas modern ini.
