Connect with us

Cultura Lists

7 Film Period Drama Indonesia di Platform Streaming

Sederet film bergenre period drama lokal terbaik yang tersedia untuk di-streaming.

Popularitas serial “Gadis Kretek” di Netflix kembali mengingatkan kita potensi sineas Indonesia dalam genre ini. “Gadis Kretek” sendiri diangkat dari novel bertajuk serupa tentang perempuan yang memiliki minat besar sebagai peracik kretek terbaik, namun dihalangi oleh ekspektasi dan standar sosial pada masanya. Ini seharusnya bisa kembali meningkatkan minat penonton lokal akan genre ini.

Sineas Indonesia selalu ramai untuk genre horor dan drama romantis, beberapa percaya itu kekuatan utama industri film kita. Padahal period drama bisa menjadi genre yang lebih menarik untuk dieksplorasi dengan latar belakang sejarah kita. Untuk sekarang kita hanya bisa menunggu untuk rilisan terbaru dari genre ini, sambil menonton sederet film period drama yang tersedia di platform streaming.

Sang Penari (2011)

Buat yang ingin menonton sajian period drama serupa dengan “Gadis Kretek”, “Sang Penari” oleh Ifa Isfansyah memiliki skenario yang kurang lebih serupa. Srintil ingin menjadi penari ronggeng di desanya, dimana hal tersebut membuat Rasus patah hati karena berarti mereka tidak bisa memadu kasih. Rasus pun memutuskan untuk bergabung dengan angkatan militer untuk menaikan derajatnya sebagai pria.

“Sang Penari” dibintangi oleh Prisia Nasution dan Oka Antara. Keduanya sama-sama cinta namun hubungan mereka terhalang oleh mimpi dan situasi. Ini juga menjadi kisah cinta tragis berlatar di era 1960an, dengan tragedi G30S PKI yang menjadi momok dalam plot. Tak hanya meninggalkan luka sejarah, kejadian tersebut telah menginspirasi banyak drama percintaan tragis yang skalanya lebih kecil dan personal.

Where to stream: Netflix, Prime Video

Sultan Agung: Tahta, Perjuangan, Cinta (2018)

“Sultan Agung: Tahta, Perjuangan, Cinta” merupakan film period drama dengan muatan biopik dari sosok figur sejarah, Sultan Agung Hanyakrakusuma yang dibintangi oleh Ario Bayu. Disutradarai oleh Hanung Bramantyo, naskah film yang ditulis oleh Mooryati Soedibyo ini dikembangan dengan konsultasi bersama ahli sejarah. Dikerjakan juga bersama Ifan Ismail yang menulis skenario biopik, “Habibie & Ainun”.

Seperti film biopik pada umumnya, plot fokus pada kehidupan Sultan Agung, terutama ketika menghadapi masalah politik dan perdagangan dengan VOC. Film ini juga menceritakan kisah cinta Sultan Agung yang tidak bisa terwujud karena harus menikahi perempuan yang status sosialnya setara dengannya sebagai seorang sultan dengan tanggung jawab besar.

Where to stream: Netflix

Before, Now & Then (2022)

“Before, Now & Then”, atau “Nana” untuk judul Indonesianya, merupakan flm period drama yang disutradarai oleh Kamila Andini. Dibintangi oleh Happy Salma sebagai Nana dan Laura Basuki sebagai Ino. Film ini diadaptasi dari novel “Jais Darga Namaku” oleh Ahda Imran. Film ini tayang pertama kali di Berlin International Film Festival 2022. Dimana Laura Basuki menadapatkan penghargaan Silver Bear untuk penampilannya sebagai aktris pendukung.

Berlatar di Jawa Barat pada era 1960an, Nana menemukan perlindungan dengan menikah lagi setelah kehilangan keluarganya setelah perang pada tahun 1940an. Ia kemudian bersahabat dengan selingkuhan dari suami keduanya tersebut, Ino. Keduanya tak terduga menjalin hubungan dekat dan bersama-sama mulai memikirkan tentang kebebasan dalam kehidupan.

Where to stream: Prime Video

Bumi Manusia (2019)

“Bumi Manusia” adalah film period drama bermuatan biopik dari tokoh Tirto Adhi Soerjo yang dipanggil Minke dalam skenario ini, diperankan oleh Iqbaal Ramadhan. Ia adalah sosok jurnalis di era kebangkitan nasional. Namun film ini fokus pada kisah cintanya dengan sosok Annelies Mellema yang diperankan oleh Mawar de Jongh.

Minke adalah pria ningrat Jawa, sementara Annelies adalah perempuan blasteran Belanda. Kedua berusaha memadu kasih di tengah usaha masyarakat Indonesia meraih kemerdekaan dari jajahan pemerintah kolonial. “Bumi Manusia” mendapatkan dua belas nominasi dalam Festival Film Indonesia 2019 dan salah satu film Indonesia dengan jumlah penonton tertinggi ketika tayang di bioskop.

Where to stream: Netflix

Surat Cinta untuk Kartini (2016)

Kartini merupakan pahlawan pemberdayaan wanita Indonesia yang ikonik. Film biopiknya yang dibintangi oleh Dian Sastrowardoyo pada 2017 lebih fokus pada kiprahnya dalam memperjuangan hak-hak perempuan. Sementara “Surat Cinta untuk Kartini” yang dibintangi oleh Rania Putrisari memiliki kisah yang lebih kental dengan elemen romansa.

Ketika semua orang beranggapan bahwa Kartini adalah wanita yang aneh, Sarwadi si tukang pos justru terpesona dengan sosoknya yang rupawan. Bahkan setelah mengetahui niatnya untuk mendirikan sekolah dan memerjuangkan hak pendidikan untuk perempuan, Sarwadi justru terpikat dengan sosok Kartini yang cerdas. Namun skenario ini merupakan kisah fiksi yang dimodifikasi dari latar belakang sejarah.

Where to stream: Netflix

Tenggelamnya Kapal Van der Wijck (2013)

“Tenggelamnya Kapal Van der Wijck” merupakan film period drama Indonesia termahal dari Soraya Intercine Films. Film ini diadaptasi dari novel klasik bertajuk serupa karya Buya Hamka. Dibintangi oleh Herjunot Ali, Pevita Pearce, dan Reza Rahadian. Zainuddin melakukan perjalanan ke Padang untuk menyampaikan pesan dari mediang ayahnya. Ia kemudian bertemu dengan Hayati, putri dari keluarga terpandang. Meski saling mencintai, hubungan mereka ditentang karena status sosial Zainuddin.

Tantangan terbesar dari film period drama adalah produksinya. Dibutuhkan kerja keras maksimal dan biaya besar untuk mewujudkan latar dari masa lalu. Seperti “Tenggelamnya Kapal van der Wijck” yang memakan waktu produksi selama 5 tahun.

Where to stream: Netflix, Vidio

Athirah (2016)

“Athirah” merupakan film biopik dari sosok Hj. Athirah Kalla, bunda dari mantan wakil presiden, M. Jusuf Kalla. Dibintangi oleh Cut Mini Theo sebagai Athirah dan Christoffer Nelwan sebagai Jusuf Kalla remaja yang dipanggil Ucu dalam film ini. Ini menjadi cerita pilu dari Athirah yang dimadu oleh suaminya seiring bisnis sukses dan koneksinya semakin meluas. Ucu sebagai anak pertama mengalami kebimbangan, namun dengan setia mendampingi ibunya yang penyabar.

“Athirah” menjadi film period drama yang narasinya minimalis. Banyak adegan terasa sunyi, namun kesunyian terasa lantang melihat penampilan Cut Mini yang memang tak pernah gagal dalam mengeksekusi peran yang ia dapatkan. Hubungan Ucu dan ibunya menjadi interaksi yang menyentuh untuk disaksikan dalam film ini.

Where to stream: Prime Video, Vidio

12.12: The Day 12.12: The Day

12.12: The Day Review – Kudeta Militer dan Periode Tergelap Korea Selatan

Film

Conclave review Conclave review

Conclave Review – Drama Intrik di Balik Pemilihan Paus

Film

We Live in Time We Live in Time

We Live in Time Review: Perjuangan Pasangan Melawan Kanker & Waktu

Film

Auditorium ScreenX Terbesar Kedua di Dunia Hadir di CGV Cinemas Indonesia dengan Teknologi Dolby Atmos Auditorium ScreenX Terbesar Kedua di Dunia Hadir di CGV Cinemas Indonesia dengan Teknologi Dolby Atmos

Auditorium ScreenX Terbesar Kedua di Dunia Hadir di Indonesia

Entertainment

Advertisement Drip Bag Coffee
Connect