Menjalani hari-hari sibuk dengan kegiatan yang berulang, tentu menyita sebagian waktu dan harapan untuk sekadar beristirahat atau mengerjakan hal-hal yang disukai. Aktivitas harian yang monoton tidak jarang membuat seseorang merasa penat, stres, bahkan bisa menyebabkan gangguan kesehatan mental.
Sebagian orang memilih melakukan terapi dengan travelling atau body treatment, sebagian yang lain memilih menenangkan diri dengan berdiam di rumah dan membaca buku-buku self healing yang bisa membantu menenangkan pikiran. Berikut beberapa rekomendasi bacaan yang bisa membantu memulihkan hati dan pikiran, “because reading is therapeutic”.
I Want to Die But I Want to Eat Tteokpokki – Baek Se Hee
“I want to Die But I Want to Eat Tteokpokki” adalah buku yang disajikan melalui format percakapan antara psikiater dan seorang pasiennya. Penulis merangkum kumpulan pertanyaan, penilaian, anjuran, nasehat, dan evaluasi diri agar pembaca bisa lebih menerima dan mencintai diri sendiri.
Buku bestseller dari Korea Selatan ini, pernah dimention oleh RM BTS dalam suatu acara kemudian mulai dibicarakan di kalangan pecinta K-Pop hingga menarik banyak perhatian. Buku ini ditulis dengan cara sederhana dan perasaan yang jujur sehingga bisa diterima banyak orang.
Coping with Depression (Jangan Mau Kalah dari Depresi) J. Maurus & Wendy Grant
Buku ini berisi penjelasan detail mengenai depresi dan klasifikasinya, disajikan dengan gaya penulisan sederhana yang mudah dipahami. Mengangkat permasalahan rasa depresi yang dialami oleh banyak tokoh dunia dan perasaannya menghadapi jenis-jenis perasaan sedih yang bisa dirasakan oleh semua manusia di era modern saat ini.
Banyak literatur yang dipakai dalam proses penulisan buku ini sehingga pembahasannya tampak luas dan ilmiah. Menggunakan pendekatan praktis mengenai bagaimana menghadapi depresi, membuat buku ini cocok dibaca oleh siapa saja.
Berani Tidak Disukai – Ichiro Kisgimi & Fumitake Koga
Buku karya penulis Jepang ini dibuat berdasarkan teori Alfred Adler, seorang Psikolog populer abad ke-19. Melalui percakapan antara seorang filsuf dan pemuda yang merangkum nasehat tentang bagaimana cara untuk memahami, bahwa hidup adalah kendali masing-masing pribadi, harus bisa bebas dari kesedihan di masa lalu, dan beban ekspektasi orang lain.
“Berani Tidak Disukai” menjadi bestseller di Jepang pada 2014 lalu dan masih cukup relevan untuk membantu terapi penyembuhan melalui konsep memaafkan diri sendiri, mencintai diri sendiri, dan menyingkirkan hal-hal yang tidak penting dari beban pikiran.
The Life Changing Magic of Tidying Up – Marie Kondo
Marie Kondo dikenal sebagai penulis sekaligus Japanese organizing consultant, Ia memiliki metode pengorganisasian barang yang dinamakan “Metode Konmari”, yaitu metode yang memiliki prinsip dasar menyingkirkan barang-barang yang tidak berguna dan hanya menyisakan benda yang “membawa kebahagiaan” saja.
Konsep ini kemudian dikenal luas di dunia dan memunculkan gaya hidup minimalis, ternyata tumpukan benda-benda yang kurang berguna adalah salah satu penyebab dari penatnya pikiran seseorang.
The Subtle Art of Not Giving A F*ck – Mark Manson
Buku yang fenomenal ini bertengger sangat lama di lemari bestseller banyak toko buku di dunia. Melalui buah pikirannya, Mark Manson seakan membuat antitesis bahwa perilaku berpikir positif akan membawa orang-orang menuju kehidupan bahagianya adalah sekadar omong kosong saja.
Manson berargumen bahwa setiap manusia tidak semuanya terlahir sempurna dan memiliki nasib mujur, sebagian besar dari mereka bahkan mengalami kemalangan yang tidak habis-habis. Melalui buku ini, pembaca dinasehati bahwa dengan memahami keterbatasan diri sendiri seseorang bisa lebih menerima hidup yang apa adanya.
Who Move My Cheese – Dr. Spencer Johnson
Metafora keju yang digambarkan sebagai “sebuah harapan yang ingin dimiliki dalam hidup”, seperti pekerjaan yang bagus, uang yang banyak, hubungan percintaan yang baik, kesehatan, dan ketenangan pikiran. Melalui proses yang dialami oleh karakter-karakter yang diceritakan, pertanyaan tersebut terjawab melalui humor-humor sederhana.
Buku ini tidak hanya sukses menyampaikan pesannya secara ringan dan ringkas, tetapi juga bisa menempatkan humor sebagai bahan yang membuat pembacanya nyaman. “Who Move My Cheese” adalah buku yang cocok untuk menyegarkan pikiran.
Seni Berberes Kekinian – Riza Aritara
“Seni Berberes Kekinian” adalah buku “how to” yang membahas bagaimana cara cerdas merapikan dan membersihkan ruangan. Hampir mirip dengan konsep yang ditawarkan oleh Marie Kondo yang mengajak pembaca untuk healing melalui konsep beres-beres rumah, akan tetapi buku ini seperti dibuat dengan tatanan yang melokal sehingga lebih relevan dengan masyarakat Indonesia.
Buku ini seakan menyadarkan kita bahwa dalam hidup banyak hal yang tidak sesuai dengan keinginan dan harapan, tetapi melalui kegiatan bersih-bersih setelahnya pasti akan ada perasaan yang menenangkan. Hal ini bisa jadi karena apa yang dilakukan dalam aktivitas bersih-bersih merupakan kegiatan yang berjalan atas kendali diri sendiri.
The Four Agreements – Don Miguel Ruiz
Buku yang pertama kali terbit tahun 1997 ini telah diterjemahkan ke dalam 38 bahasa. Melalui empat perjanjian manusia akan menemukan diri sendiri dan mendapatkan kebebasan spiritual. Empat perjanjian yang dimaksud adalah: jadilah tanpa cela dengan kata-kata Anda, jangan mengambil apapun secara pribadi, jangan membuat asumsi, dan selalu lakukan yang terbaik.
“The Four Agreements” merupakan buku sederhana yang memiliki makna dalam. Untuk seseorang yang sedang butuh ditenangkan oleh bahan bacaan, buku ini sangat direkomendasikan.
Aku Bukannya Menyerah, Hanya Sedang Lelah – Geulbaewoo
Buku ini adalah perasaan yang mewakili sebagian besar orang saat sudah melakukan segala pekerjaan dengan baik, namun tidak mendapatkan hasil seperti yang diharapkan. Atau merasa ingin berhenti namun banyak hal yang tidak bisa ditinggalkan begitu saja.
Buku kumpulan essai asal Korea Selatan ini cocok dibaca oleh mereka yang sedang jenuh, merasa lelah, dan stagnan mengerjakan hal itu-itu saja namun tidak bisa untuk berlari dan berhenti. Buku ini seperti pelukan hangat dan pengantar pesan bahwa “tidak apa-apa untuk berhenti sejenak, suatu saat kau bisa memulainya lagi”.
Insecurity is My Middle Name – Alvy Syahrin
Ada lima jenis insecurity yang menjadi tema besar di buku ini, seperti kondisi fisik, kegelisahan masa depan, komparasi diri dengan orang lain, membenci diri sendiri, dan bagaimana cara berdamai dengan perasaan rendah diri.
Penulis menempatkan dirinya sebagai teman bercerita yang membuat nyaman pembaca melalui responnya terhadap permasalahan minder dengan tidak menggurui sama sekali. Buku ini sangat cocok dibaca sambil mendengarkan lagu-lagu yang tenang.