Connect with us
10 Karakter Manic Pixie Dream Girl/Boy dalam Film
Elizabethtown (Photo: Paramount)

Cultura Lists

10 Karakter Manic Pixie Dream Girl/Boy dalam Film

Kekasih idaman yang terlalu sempurna untuk menjadi nyata.

Manic Pixie Dream Girl (MPDG) merupakan stereotip karakter perempuan dalam film drama percintaan sebagai sosok kekasih ideal protagonis pria. Label karakter MPDG pertama kali dicetuskan oleh kritikus film, Nathan Rabin, setelah menganalisis peran Kirsten Dunst sebagai Claire dalam “Elizabethtown” (2005).

Karakter MPDG biasanya merupakan perempuan dengan kepribadian menarik, cenderung quirky, dan memiliki cara pandang akan kehidupan yang unik. Kehadiran karakter ini diharapkan mampu menyelamatkan protagonis dari kehidupan yang membosankan atau menyelamatkan mereka dari kekrisisan. 

Stereotip MPDG sebetulnya sudah lama tidak diindahkan lagi oleh Nathan Rabin karena dirasa telah disalah-gunakan, tak lantas media dan industri perfilman berhenti menggunakan label tersebut dalam mengkritisi film. Terkadang memberi keseruan dalam cerita, namun tak jarang hanya memberikan harapan palsu, berikut sederet contoh karakter dengan penokohan manic pixie dream girl/boy.

Summer (500 Days of Summer)

Summer (Fox Searchlight/Everett Collection)

Summer (500 Days of Summer)

Summer (Zooey Deschanel) digambarkan sebagai perempuan menawan dengan selera musik yang menarik bagi Tom Hansen (Joseph Gordon-Levitt). Tanpa alasan yang spesifik, Summer memberikan perlakuan baik, bahkan menggoda Tom. Keduanya pun melalui berbagai sekuen romantis yang diyakini Tom telah memberi kebahagian dalam kehidupan monotonnya. Summer memiliki segalanya untuk menjadi pacar ideal Tom, namun plot tersebut akan terlalu sempurna. 

Oleh karena itu, penokohan Summer dibekali prinsip tidak setuju dengan konsep ‘pacaran’. Di satu sisi, kehadiran Summer memberi percikan kehidupan bagi Tom, namun juga alasan untuknya patah hati dikemudian hari.

Jack Dawson (Titanic)

Label MPDG kerap disalahgunakan sebagai senjata untuk kritikan pada aktris yang sexist. Padahal tak selalu karakter wanita, ada banyak juga karakter manic pixie dream boy (MPDB) di perfilman Hollywood. Salah satunya adalah Jack Dawson yang diperankan oleh Leonardo DiCaprio. Jack adalah sosok pria sempurna bagi Rose (Kate Winslet) yang dalam skenario ini sedang hidup diujung tanduk. Jack memiliki gaya hidup dan kepribadian bebas, berbanding terbalik dengan Rose yang merasa ditindas oleh ibu dan tunangannya. 

Salah satu plot yang cukup sering diterapkan dalam kisah cinta dengan karakter MPDG/B adalah protagonis akan melanjutkan hidup yang lebih baik tanpa kehadiran pasangan ideal tersebut. Bagaikan mimpi, karakter tersebut hanya numpang lewat untuk memberikan putaran besar dalam kehidupan protagonis. 

Scott Pilgrim vs. the World

Ramona Flowers (Scott Pilgrim vs. the World)

Label MPDG cenderung memiliki konotasi yang buruk dalam ulasan film, terutama dalam mengkritisi penokohan karakter. Salah satu karakter MPDG dengan penokohan terburuk adalah Ramona Flowers (Mary Elizabeth Winstead).

Kehadiran Ramona memang memberikan perubahan besar dalam kehidupan Scott (Michael Cera). Idenya adalah membuat Scott berkembang menjadi protagonis yang kuat dengan kekuatan cinta. Jujur saja, Ramona tak memiliki kualitas terbaik selain rupawan dan penampilan yang eksentrik. Scott bahkan secara teknis telah mengkhianati pacarnya demi Ramona. 

Skenario terburuk dari label MPDG adalah penokohan yang satu dimensi tanpa perkembangan signifikan. Sepanjang film, kita hanya akan melihat Ramona berganti warna rambut saja, namun tak ada yang signifikan dari penokohannya.

Tom (Last Christmas)

Tom (Henry Golding) merupakan karakter MPDB yang akan membuat kita patah hati dengan kesempurnaannya. Dilingkupi dengan plot twist fantasi, Tom merupakan karakter MPDB sempurna dalam film drama bertema natal, “Last Christmas”.

Meski cliche, kehadiran Tom sangat membantu perkembangan karakter Kate (Emilia Clarke) yang secara nelangsa benar-benar butuh pertolongan. Kesempurnaan karakter tersebut telah diaplikasikan dengan baik dalam film drama yang memiliki tujuan untuk menginspirasi penontonnya.

Clementine (Eternal Sunshine of the Spotless Mind)

Clementine (Kate Winslet) bisa jadi karakter ikonik dengan kecenderungan MPDG yang tidak terlalu tinggi. Clementine memang quirky, Ia juga hadir dalam kehidupan Joel (Jim Carrey) yang hambar dengan cara pandangnya yang baru. Namun, lebih dari wanita eksentrik yang merajut hubungan dengan sekuen agenda unik, Clementine serius menjalin hubungan dengan Joel. Justru Joel yang menjadi karakter problematik. Meski begitu, Clementine sudah menjadi karakter MPDG yang populer dalam budaya pop. 

Augustus (The Fault in Our Stars)

Jika Hazel yang telah mengidap kanker sejak lama saja memiliki pandangan hidupan yang pesimis, apa alasan Augustus yang baru saja divonis kanker memiliki pembawaan yang optimis? Dalam skenario terbaik, Augustus mampir untuk memberikan dorongan pada Hazel untuk memiliki motivasi dalam hidup. Memberi kesempatan pada Hazel untuk mengalami persahabatan dan cinta yang seharusnya dirasakan oleh remaja seusianya. Semua terasa sangat lancar dan muda bersama Augustus yang kerap memberikan inisiatif pada Hazel.

Holly (Breakfast at Tiffany)

Hampir semua film dengan karakter MPDG/B diawali dengan premis protagonis yang tidak puas dengan kehidupannya. Satu lagi contohnya adalah “Breakfast at Tiffany’s”, yang diwali dengan kisah Paul (George Peppard), seorang penulis yang baru saja pindah ke New York dan sedang berjuang untuk mewujudkan mimpinya.

Dalam krisisnya, Paul bertemu dengan tetangga satu apartemen, Holly (Audrey Hepburn). Holly adalah sosialita wanita dengan kepribadian eksentrik. Memiliki kepribadian yang bebas, Holly berpendapat bahwa pernikahan adalah sangkar yang akan merenggut kebahagian dalam hidupnya. 

Will (Five Feet Apart)

Will (Cole Sprouse) bisa dibilang karakter copy paste Augustus dari “The Fault in Our Stars”. Dalam skenario ini, Will hadir untuk memberi motivasi hidup pada Stella (Haley Lu Richardson), remaja pengidap Cystic fibrosis. Stella juga memiliki skenario hidup yang membosankan, dengan rutinitas, batasan, dan tuntutan untuk mengendalikan diri. Kehadiran Will dengan penyakit yang sama diharapkan mampu memberi dunia kecil sempurna bagi Stella.

Margo (Paper Towns)

Sedang diambang transisi sebagai siswa SMA yang bersiap menjadi mahasiswa, Quentin (Nat Wolff) adalah sosok remaja yang hidupnya datar, cenderung tak berani mengambil resiko. Kehadiran Margo yang unik dan enigmatic pun memacu dirinya untuk kali ini melampau aturannya sendiri demi mengejar gadis impian. Margo hadir sebagai karakter dengan penokohan delusional yang membuat protagonis juga ikutan berhalusinasi. Awalnya kita (begitu pula Quentin) memiliki ekspektasi bahwa Margo akan menjadi alasan protagonis mengalami perkembangan karakter yang signifikan. 

Hingga pada akhirnya, plot hanya membawa kita pada ekspektasi semu yang tak menghubungkan Quentin dan Margo. Dan sekali lagi, plot MPDG yang menghilang setelah memberi ‘sesuatu’ dalam kehidupan protagonis, terulang.

Noah (The Notebook)

Meski memiliki hubungan yang penuh turbulensi, Noah (Ryan Gosling) tak pernah menyerah dari Allie (Rachel McAdams). Jika kita menyimak, “The Notebook” merupakan sekuen dari kebaikan demi kebaikan yang dilakukan oleh Noah pada Allie.

Mulai dari memberi kenangan musim panas yang indah, menanti  Allie tanpa menjalin hubungan dengan wanita lain, membangun rumah impian, hingga akhirnya menemani Allie sekalipun Ia sudah tidak ingat lagi dengan dirinya. Noah menjadi sosok kekasih sempurna dalam kehidupan Allie, namun sebaliknya, Allie hanya memberi perjuangan demi perjuangan pada Noah. 

12.12: The Day 12.12: The Day

12.12: The Day Review – Kudeta Militer dan Periode Tergelap Korea Selatan

Film

Conclave review Conclave review

Conclave Review – Drama Intrik di Balik Pemilihan Paus

Film

We Live in Time We Live in Time

We Live in Time Review: Perjuangan Pasangan Melawan Kanker & Waktu

Film

Auditorium ScreenX Terbesar Kedua di Dunia Hadir di CGV Cinemas Indonesia dengan Teknologi Dolby Atmos Auditorium ScreenX Terbesar Kedua di Dunia Hadir di CGV Cinemas Indonesia dengan Teknologi Dolby Atmos

Auditorium ScreenX Terbesar Kedua di Dunia Hadir di Indonesia

Entertainment

Advertisement Drip Bag Coffee
Connect