Connect with us
Last Christmas Review

Film

Last Christmas Review: Menjadi Pribadi yang Lebih Baik di Hari Natal

Film romansa Natal yang klise, namun punya pesan jelas untuk disampaikan.

★ ★ ★ ★ ★
★ ★ ★ ★ ★

Katarina (Emilia Clarke) adalah seorang wanita yang memiliki mimpi menjadi penyanyi. Namun, mimpi tersebut tak kunjung terwujud dan Ia bekerja sebagai peri penjaga toko di Central London. Tidak memiliki tempat tinggal sendiri, melakukan banyak kesalahan kecil yang menumpuk, dan menolak menjalin hubungan baik dengan keluarganya. Menjelang Hari Natal, Katarina bertemu dengan Tom (Henry Golding) yang memotivasinya untuk lebih bersyukur pada kehidupan.

“Last Christmas” merupakan film drama romantis rilisan 2019, kini sudah bisa kita streaming di Netflix. Diadaptasi dari lagu ‘Last Christmas’ oleh George Michael, Paul Feig menyulap lirik tersebut menjadi kisah cinta dengan percikan keajaiban Natal.

Protagonis dengan Quarter Life Crisis dan Manic Pixie Dream Man

Katarina atau Kate, akan menjadi protagonis kita yang memiliki masalah quarter life crisis. Melihat karakter dewasa dengan kehidupan tak stabil serta membuat kesulitan orang di sekitarnya bukan hal yang menyenangkan. Namun, plot diselamatkan oleh kehadiran Tom yang tampak lebih bijak dan baik hati. Di sinilah, tercipta skenario pertemuan antara karakter ‘korban kehidupan’ dengan ‘manic pixie dream man’. Dimana ada karakter yang terpuruk, kemudian dengan alasan yang tak jelas, muncul pangeran berkuda yang hendak menolong tanpa pamrih. Nyaris sempurna seperti malaikat yang turun dari langit.

Salah satu keputusan terbaik yang telah diambil oleh film ini adalah meng-casting Emilia Clarke dan Henry Golding. Meski populer sebagai ratu dengan naga yang menakutkan di Game of Thrones, Emilia sebagai seorang selebritas sendiri memiliki pamor sebagai aktor yang loveable.

Layaknya Emma Stone, Jennifer Lawrence, Cameron Diaz, dan aktor wanita lain yang memiliki kharisma. Membuat kita mau memaklumi kepribadiannya yang berantakan pada awal kisah. Henry Golding juga memenuhi syarat sebagai sosok pria yang boyfriend material. Kita bisa melihat pancaran positif dan sifat penolongnya meski tanpa banyak eksplorasi penokohan.

Menggunakan Semangat Kebaikan Natal dan Cinta untuk Menjadi Pribadi yang Lebih Baik

Daripada kisah romansa antara Kate dan Tom yang sederhana namun ajaib, film ini lebih fokus pada pengembangan taraf hidup Kate. Ada momen dalam hidupnya yang membuat Ia merasakan krisis jati diri dan keberadaan. Menjadi alasan mengapa dirinya berubah dari hal yang spesial menjadi sosok yang tidak berbakat. Tom sebagai karakter yang “sempurna”, hadir untuk memberikan dialog dan kelanjutan cerita yang lebih baik untuk Kate, untuk kita juga sebagai penonton.

Lebih dari sekadar film romansa, “Last Christmas” memiliki pesan yang jelas untuk disampaikan, bagi kita yang merasa sedang kehilangan arah. Penulis naskah terinspirasi dengan semangat Natal yang identik dengan berbagi hadiah, berbagi kebahagian, dan melakukan hal baik. Melalui Kate, kita diberi motivasi bahwa, mungkin, kita bisa mengubah kehidupan kita yang suram menjadi lebih, jika saja kita mau memutuskan untuk memulai hal baik. Setidaknya pesan tersebut yang akan kita dapatkan setelah menonton film ini.

Tetap Menghibur dan Bikin Baper dengan Segala Klise-nya

Kita mungkin tidak akan siap dengan twist yang dihadirkan oleh film ini pada babak terakhir. Twist tersebut cukup mengejutkan dan akan membuat kita merasakan keanehan pada keseluruhan plot yang telah kita lewati. Pada akhirnya, kisah ini akan membuat kita penikmat film drama romantis merasa baper. Tidak terlalu lama dan dramatis, namun berhasil untuk memberikan sentuhan melodrama yang manis-pahit. Menjawab pertanyaan kita mengapa film ini diberi “Last Christmas”.

Bicara tentang film romantis Natal yang ringan, tinggalkan semua idealisme kita tentang film berkualitas tinggi. Beberapa dari kita mungkin melihat bahwa “Last Christmas” memiliki rating yang rendah di beberapa media ulasan film ternama.

Dengan segala aspek ceritanya yang klise, “Last Christmas” merupakan salah satu film yang masih layak untuk ditonton. Alur ceritanya kronologis, fokus, dan punya pesan jelas untuk disampaikan. Bumbu klise yang ditaburkan merupakan hal esensial untuk mewujudkan cerita yang memberikan harapan dan kebahagian pada penontonnya. Bahwa semua akan baik-baik saja, sekalipun kehidupan terasa keras sekarang.

Lost in Translation & Her: Kesepian dan Perpisahan dari Dua Perspektif

Film

Siksa Kubur & Badarawuhi di Desa Penari: Rayakan Lebaran dengan Film Horor Lokal

Entertainment

Monkey Man Monkey Man

Film & Serial Terbaru April 2024

Cultura Lists

Perfect Days Perfect Days

Perfect Days: Slow Living & Komorebi

Entertainment

Connect