Connect with us
The Night House Review
Searchlight Pictures/20th Century Studios

Film

The Night House Review

Film psychological horror dengan enigma yang seru untuk dieksplorasi.

★ ★ ★ ★ ★
★ ★ ★ ★ ★

Beth (Rebecca Hall) terisolasi dalam duka dan kesendirian di rumah pinggir danau selepas meninggalnya suami secara tidak terduga. Rumah yang indah tersebut dibangun sendiri oleh suaminya, Owen (Evan Jonigkeit) sebagai tempat tinggal mereka selama ini. Masih terus berusaha mencari pesan dibalik kematian sang suami, Beth mulai mengalami mimpi aneh dan merasakan kehadiran orang lain di rumah tersebut.

“The Night House” (2020) merupakan film bergenre psychological horror yang disutradarai oleh David Bruckner. Sebelumnya sutradara Amerika ini juga menyutradarai film original Netflix, “The Ritual” (2017). Dibandingkan dengan deretan filmografi sebelumnya, “The Night House” bisa dibilang menjadi karya horor terbaiknya sejauh ini dari David Bruckner.

Mengungkap Misteri Kematian Suami yang Bunuh Diri

Kematian Owen memberikan dampak emosional yang begitu besar bagi Beth sebagai protagonis yang akan kita simak kisahnya. Susah merelakan kepergian suami yang bunuh diri secara tiba-tiba, tanpa pertanda apapun, dan sepucuk surat singkat sebagai pesan terakhir.

Sebagai seorang guru, Beth dibekali penokohan yang pada dasarnya cerdas dan kerap mengandalkan logika. Ia juga cenderung memperlihatkan kepribadian yang keras dan tak terlalu suka meratapi duka yang sedang Ia alami. Oleh karena itu, tak terima ditinggal tanpa alasan yang konkrit, kita akan menyimak penelusuran Beth dalam mengungkap misteri dibalik kematian sang suami. 

Awalnya kita akan menyepelekan setiap adegan yang terjadi pada babak awal. Bahwa film ini tipikal film rumah berhantu dengan jumpscare yang mengandalkan audio keras. Padahal, “The Night House” adalah tipikal film yang menyimpan banyak teka teki visual dan patut kita simak secara seksama untuk memahami keseluruhan cerita.

Hanya dengan petunjuk visual dan pesan yang enigmatic, penonton diharapkan mampu menarik kesimpulan sendiri tentang pesan yang terkandung dalam film ini. “The Night House” bisa menjadi film horor yang seru untuk kita analisis dan diskusikan bersama setelah ditonton.

Dua Interpretasi Tentang Trauma, Depresi, dan Kematian

Apa “The Night House” mengandung plot supranatural, atau hanya permainan psikologi semata? Sebagai penonton, kita diberi kebebasan untuk berasumsi dari berbagai petunjuk dan sekuen adegan yang kita lihat. Ibaratnya, setiap orang memiliki kepercayaan yang berbeda akan dunia supranatural. Kita bisa berasumsi bahwa berbagai sekuen horor yang dialami oleh Beth adalah hal supranatural, dengan iblis atau kekuasan gelap di dalamnya. 

Namun, bagi kita yang skeptis dan lebih suka menganalisa sebuah fenomena secara logika, tak salah jika kita berasumsi Beth hanya sedang berjuang dalam trauma dan depresi yang mendalam. Begitu juga dengan Owen yang bunuh diri dalam kisah ini. 

Tak hanya mengandalkan naskah, film ini juga menyajikan enigma dalam berbagai adegan yang mengandalkan angle kamera. Menciptakan visual tertentu sebagai unsur horor yang memancing antusiasme penonton. Menuju babak-babak terakhir, kita akan lebih memperhatikan setiap frame yang menyajikan misteri visual. Lebih dari visual yang mengerikan, namun kita akan dibuat bergidik setiap kali menemukannya.

Ketiadaan, Caerdroia, dan Pesan Terakhir Owen

Pesan singkat yg ditinggalkan oleh Owen pada Beth menjadi petunjuk terbesar yang menjadi rangkuman plot utama “The Night House”. 

“You’re right. There’s nothing. Nothing is after you. You’re safe now”

(Spoiler Alert) ‘Nothing’ atau ‘Ketiadaan’ dalam film ini menjadi kata kunci utama. Bisa kita maknai sebagai ketiadaan sejati setelah kematian, atau sosok kegelapan yang menghantui Beth (kematian yang mengikuti Beth). Beth bercerita pada Claire, sahabatnya, bahwa Ia sempat mati dalam sebuah kecelakaan selama empat menit saat masih muda. Kemudian Ia memberi tahu Owen bahwa tidak ada apa-apa setelah kematian. 

Jika dilihat dalam sudut pandang supranatural, ‘ketiadaan’ tersebut mengikuti Beth, membuat Owen membangun rumah dengan desain caerdroia yang Ia yakini mampu menjebak ‘ketiadaan’ yang masih berusaha merenggut Beth. Sayangnya, ‘ketiadaan’ tersebut mulai merasuki Owen. Demi melindungi istrinya, Owen pun bunuh diri.

Dalam sudut pandang psikologi yang lebih rasional, ‘ketiadaan’ memiliki makna yang sesungguhnya, bahwa tak ada apa-apa setelah kematian. Beth juga sempat mengungkapkan bahwa bisa jadi Owen selama ini ketularan depresi. Karena selama ini yang cenderung mengalami depresi sebetulnya adalah Beth. Berbagai sekuen visual yang memperlihatkan hal supranatural bisa dimaknai sebagai metafora atau halusinasi yang dialami Beth, manifestasi dari trauma dan depresi. 

Masih ada banyak lagi teori dan interpretasi seru yang bisa kita eksplorasi dari film horor ini. Kita sudah bisa streaming “The Night House” di Disney+ Hotstar.

A Town Without Seasons Review: Suka Duka Warga Hunian Sementara yang Eksentrik

TV

Lost in Translation & Her: Kesepian dan Perpisahan dari Dua Perspektif

Film

Siksa Kubur & Badarawuhi di Desa Penari: Rayakan Lebaran dengan Film Horor Lokal

Entertainment

Monkey Man Monkey Man

Film & Serial Terbaru April 2024

Cultura Lists

Connect