Connect with us
Tame Impala Slow Rush
Photo: Daniel Knighton/Getty Images

Music

Tame Impala: The Slow Rush Album Review

Tame Impala telah berkembang semakin besar melalui “The Slow Rush”.

★ ★ ★ ★ ★
★ ★ ★ ★ ★

Lagu-lagu mega pop tetap dilahirkan Tame Impala dalam album “The Slow Rush” yang dirilis pada Februari lalu. Album ini muncul setelah puja-puji kepada album “Currents” lima tahun sebelumnya.

Album yang dipuja Kanye West hingga Lady Gaga dan alunan gitar modernnya bisa membuat para pendengar ingin berlompat-lompat. Atas pujian kepada Tame Impala itu, mereka tidak hanya besar di Australia, melainkan berada di tengah-tengah kancah musik Amerika Serikat.

Tame Impala The Slow Rush

Tame Impala – The Slow Rush

Dalam “The Slow Rush”, ambisi Kevin Parker dan kawan-kawan menjadi sebuah medan perang antara pop dan rock. Parker menulis lagu pop yang manis namun diseimbangkan ke dalam rock psychedelic. Di sisi lain, ada konflik batin yang mengguncang pikiran Parker antara album “Currents” dengan “The Slow Rush.”

Sebagian besar suara gitarnya yang renyah menjadi sesuatu yang jauh lebih menarik pada rekaman album ini. Ditambah dengan pukulan elektronik yang hebat sehingga “The Slow Rush” juga akan menjadi teman di pagi hari bagi semua pendengarnya. Album dibuka dengan lagu ‘One More Year’. Lagu ini dianggap sebagai lagu paling intim dari seorang Parker sampai saat ini.

Detaknya terasa mantap. Lagu berputar begitu kacau membentuk diri Parker sendiri sehingga membuat sebuah perenungan di dalam kepala pendengarnya. Jika tidak percaya, simak saja potongan lirik ‘One More Year’ tersebut.

“Do you remember we were standing her a year ago / Our minds were racing and time went slow / If there was trouble in the world we didn’t know / If we cared w didn’t show”

Sementara pada lagu berjudul ‘Posthumous Forgiveness’, konon menceritakan tentang ayah Parker yang sudah meninggal. Lagu ini pun menjadi perenungan katarsis tentang hubungan rumit antara Parker dan almarhum ayahnya. “Wanna tell you ’bout the time / I was in Abbey Road / Or the time that I Had / Mick Jagger on the phone”.

Tame Impala

Photo by Roberto Finizio/Shutterstock

Parker juga merefleksikan kekuatan nostalgia dalam lagunya yang berjudul ‘Lost In Yesterday’. Sementara tamparan yang mendukung tentang kemajuan peradaban ada pada lagu berjudul ‘Tomorrow’s Dust’.

Memang, jika dilihat sekilas bahwa lagu-lagu itu bukanlah jenis pembangkit gairah seperti yang diharapkan para penggemar Tame Impala seperti biasanya. Tetapi nyatanya “The Slow Rush” lebih baik untuk itu. Sebab lagu-lagu di dalamnya terdengar lebih halus dan padat. Para pendengar juga tidak akan menemukan paduan suara yang terdengar bahagia pada album ini.

Namun gagasan Tame Impala tetap terdengar sangat fenomenal seperti pada lagu yang berjudul ‘Is It True’. Lagu berjudul ‘Borderline’ juga dikerjakan ulang sehingga menjadi lebih sempurna. Hanya saja tetap merupakan sebuah langkah yang masih tidak bisa menutupi paduan suara yang terasa kurang bersemangat pada album ini.

Seperti lagu ‘It Might Be Time’ yang akan membuat pendengarnya memikirkan waktu untuk memaafkan diri sendiri. Secara keseluruhan, album ini tetap terdengar menggembirakan meskipun tidak beritme sesemangat seperti karya-karya sebelumnya.

Tapi yang jelas bahwa Tame Impala tidak mungkin kehilangan para penggemarnya hanya dengan merangkul sensibilitas Parker ke dalam pop di “The Slow Rush”. Ia memang ahli dalam memasukan hati popnya ke rock yang progresif.

Buktinya, Tame Impala telah mengeluarkan simfoni psychedelic yang begitu cemerlang pada album ini. Lagipula, Parker adalah seorang seniman yang modern. Musik buatannya bekerja untuk menyeimbangkan keagungan karya-karyanya.

Parker pun masih bernyanyi seperti Bee Gees, David Bowie maupun Major Tom. Membuat para pendengarnya melayang di musik disko yang kental bercampur funk, ketukan-ketukan tekstur synth dan keindahan melodinya. Dalam waktu lima tahun setelah “Currents”, Tame Impala seolah menghabiskan lebih banyak waktu untuk menyempurnakan karya-karyanya.

Rasanya memang perlu mengagumi keinginan Tame Impala untuk terdorong ke arah baru. Tame Impala ini bukan hanya penyelamat musik rock psychedelic, tapi mereka jauh lebih dari itu. Band ini telah berkembang semakin besar melalui “The Slow Rush”. Akhirnya, penantian album spektakuler yang cukup melelahkan ini telah selesai.

Declan McKenna: What Happened to the Beach? Declan McKenna: What Happened to the Beach?

Declan McKenna: What Happened to the Beach? Album Review

Music

Ariana Grande: Eternal Sunshine Ariana Grande: Eternal Sunshine

Ariana Grande: Eternal Sunshine Album Review

Music

Java Jazz Festival 2024: Embracing Unity Through Music

Entertainment

Green Day: Saviors Album Review

Music

Connect