Connect with us
Syaharani dan Ticco Laksana
Syaharani dan Ticco Laksana (Photo via Instagram @Syaharani.id)

Music

Syaharani dan Perjalanan Musiknya yang Penuh Warna

Meski dikenal sebagai musisi jazz, ia lebih suka mengeksplorasi berbagai genre agar lebih berwarna.

Pecinta musik jazz tak akan asing dengan nama Syaharani. Perempuan bertubuh tinggi semampai yang acapkali berambut pendek ini telah lama malang melintang di dunia musik tanah air. Ia dikenal terutama oleh generasi era 90-an. Tetapi jangan salah, Syaharani tak hanya menyanyi jazz saja, ia adalah penikmat segala genre.

Single terbaru, Angin dan Mentari

Syaharani merilis single bertajuk Angin dan Mentari pada April lalu. Lagu yang ia tulis sendiri lirik dan notasinya ini dikerjakan bersama musisi Ticco Laksana. Awalnya mereka bertemu di festival musik di Batam. Saat itu Syaharani bersama Ticco bermain musik dengan beberapa musisi gabungan internasional dari Malaysia, Thailand, Singapura. Saat itulah tercetus ide untuk melakukan kolaborasi. Ide ini perlu waktu beberapa lama untuk direalisasikan karena Ticco saat itu berada di luar negeri. Setelah pulang ke Indonesia, Ticco bertugas membuat aransemennya dengan simple.

Syaharani mengaku proses rekamannya berjalan cepat secara indie. Bersama satu teman lagi yaitu Juliandra maka genaplah ada sentuhan vokal, gitar, dan kontrabass. Teman-teman di komunitas memberikan masukan agar “Angin dan Mentari” dirilis dalam versi digital dan lagu ber-genre pop folk ini dapat dinikmati melalui platform Spotify maupun Denzer. Meski yang dirilis adalah single, tak menutup kemungkinan adanya album yang akan menyusul.

angin dan mentari syaharani

Angin dan Mentari. Single Terbaru Syaharani dan Ticco Laksana

Syaharani and Queenfireworks

Tahun 2002, Syaharani berkolaborasi bersama Didit Saad dan Donny Suhendra membentuk Syaharani and Queenfireworks (ESQI:EF). Ide kolaborasi ini tercetus tak lama setelah Syaharani menyelesaikan albumnya yang bertajuk Magma (2002). Setelah ngobrol dan bermain dengan musisi lainnya, mereka menyatukan diri karena kesamaan visi: membuat musik yang tak terbatas genre dan usia. Syaharani mengakui tidak ada yang salah dari cara industri musik mengotak-kotakkan genre. Namun Syaharani and Queenfireworks lebih suka memiliki visi sendiri. Bermusik dengan bebas dan independen.

Bicara soal album, Queenfireworks sebenarnya telah selesai merekam mini album terbaru mereka. Bisa dibilang 2019 menjadi tahun sangat produktif bagi Syaharani. Walau telah selesai direkam, album ini masih dalam tahap finishing. Salah satunya adalah pemilihan cover dan waktu rilis. Syaharani pun belum bisa membocorkan tanggal rilisnya. Queenfireworks bukanlah grup beraliran jazz, mereka lebih suka bereksperimen lintas genre yang roots.

Musik menurut Syaharani

Salah satu gambaran kebebasan Syaharani adalah rasa sukanya terhadap berbagai genre musik. Jangan dikira ia hanya mendengarkan jazz saja tapi juga mengikuti perkembangan genre lain. Contohnya band metal dan musik progresif. Ada banyak musisi di aliran metal yang ia kagumi, Burgerkill dan Seringai salah satunya. Asal komposisi dan aransemen-nya asyik, Syaharani akan suka. Baginya musisi dari berbagai genre itu memberikan pelajaran untuknya.

Bagaimana dengan perkembangan musisi dalam negeri saat ini? Menurut Syaharani, musikalitas musisi dalam negeri semakin berkembang. Banyak yang bagus dan memiliki hits keren. Menurutnya yang harus diperbaiki untuk perkembangan musik Indonesia lebih ke hal-hal teknis seperti hak cipta (royalti) dan industrinya itu sendiri. Ada banyak cara melihat keunikan tiap musisi tersebut di mata Syaharani. Sulit baginya untuk memutuskan mana musisi yang sangat ia sukai atau yang karyanya menginspirasi sekali. Ada musisi yang hebat dalam pembuatan lirik, ada yang bagus dalam aransemen, ada pula musisi yang menonjol dari sisi personalnya serta musisi yang bagus dalam semua hal dan menjadi satu paket lengkap.

Musik menurut Syaharani tak sekadar hiburan belaka. Musik juga dapat menjadi alat protes yang efektif dan bisa memberikan inspirasi sehingga menjadikan manusia lebih baik lagi. Sebab, kesenian ada untuk meningkatkan peradaban. Musik sebagai bagian dari seni menunjukkan sisi humanis manusia. Senilah yang memanusiakan manusia. Begitu pula dengan peran para musisi senior yang memengaruhi karya-karyanya, semua berperan besar. Terutama rekan kolaborasinya Akang Donny Suhendra karena telah berperan memberi banyak masukan dalam bermusik. Tak hanya musisi saja tetapi juga orang-orang di balik layar. Semua yang terlibat dalam proses produksi musik itu bagi Syaharani adalah orang yang berjasa.

Syaharani mungkin sudah lama tak terlihat di televisi. Ia kini banyak manggung di berbagai festival jazz. Musik jazz yang menurutnya sudah sangat berkembang turut mendorong hadirnya berbagai festival jazz baik yang besar seperti Java Jazz, Jazz Gunung hingga yang merakyat seperti Ngayogjazz. Baginya semua memiliki keunikan sendiri.

Masih ingat ketika Syaharani menggelar konser musik gratis di TIM Jakarta? Baginya, itu bukan hanya hasil karyanya tapi adalah kerja keras banyak orang yang memiliki visi sama dengannya. Syaharani tak merasa konser gratis sebagai hal yang merugikan. Ia dengan senang hati melakukan pertunjukan itu. Bukan tak mungkin Syaharani akan kembali dengan gebrakan serupa di masa mendatang. Konser gratis? Album baru? Kita nantikan saja.

Berdasarkan hasil Interview dengan Syaharani 27 Mei 2019

Green Day: Saviors Album Review

Music

The Smile: Wall of Eyes The Smile: Wall of Eyes

The Smile: Wall of Eyes Album Review

Music

The Last Dinner Party: Prelude to Ecstasy The Last Dinner Party: Prelude to Ecstasy

The Last Dinner Party: Prelude to Ecstasy Album Review

Music

Zara Larsson: Venus Zara Larsson: Venus

Zara Larsson: Venus Album Review

Music

Connect