Connect with us
Kamila Andini
Photo via prestigeonline.com

Cultura Lists

Suara Perempuan dalam Film-film Kamila Andini

Film-film tentang perempuan yang melalui nasib sial dan ketidakadilan.

Nama Kamila Andini baru-baru ini menjadi perhatian insan perfilman saat membawa film terbarunya “Before, Now & Then (Nana)” (2022) maju berkompetisi di Berlin International Film Festival ke-72. Setelah sebelumnya mendapat banyak sorotan melalui Film “Yuni” (2021) yang berhasil meraih penghargaan di Toronto International Film Festival (TIFF) dalam kategori Platform Prize.

Perempuan kelahiran Jakarta 6 Mei 1986 ini mengawali karirnya sebagai seorang sutradara saat masih berumur belasan tahun. Sampai saat ini Ia sudah mengarahkan banyak film yang sebagian besar menempatkan seorang perempuan sebagai karakter utamanya.

Kamila Andini menghadirkan eksistensi perempuan sebagai orang yang kuat dan tegas walaupun sudah dijatuhkan berkali-kali oleh norma dan lingkungan sosial. Melalui film-film berikut, suara perempuan berhasil terdengar lantang walaupun tanpa berteriak.

Laut Bercermin

Laut Bercermin via Screen Daily

Laut Bercermin (2011)

Dibintangi oleh Atiqah Hasiholan dan Reza Rahadian, film yang memiliki judul internasional “The Mirror Never Lies” ini menghadirkan kisah mengharukan Tayung (Atiqah Hasiholan) yang berusaha seorang diri membesarkan anaknya, Pakis (Gita Novalista) setelah ditinggal sang suami pergi melaut.

“Laut Bercermin” ber-setting dan menyoroti kehidupan masyarakat Wakatobi, dan fokus pada perjuangan seorang ibu tunggal menggantikan peran suaminya untuk mencari nafkah. Kisah Pakis yang selalu menunggu kehadiran ayahnya pulang dari melaut berubah setelah Tudo (Reza Rahadian) seorang peneliti lumba-lumba hadir di kehidupannya.

Ketegaran dan perjuangan seorang Tayung berhasil membawa “Laut Bercermin” mendapatkan tujuh nominasi di Festival Film Indonesia 2011. Selain itu, film ini juga mendominasi peraihan piala di Festival Film Bandung 2012, dengan memenangkan 4 piala, termasuk kategori sutradara terpuji untuk Kamila Andini.

Sendiri Diana Sendiri (2015)

Setelah sukses dengan “Laut Bercermin”, Kamila Andini membawa karakter perempuan lainnya melalui “Sendiri Diana Sendiri”. Diana (Raihaanun), seorang istri yang selalu mengabdikan diri pada rumah dan membesarkan anak laki-lakinya mendapat tamparan telak ketika pada suatu hari suaminya pulang dan berkata akan berpoligami.

Diana menggambarkan sosok perempuan Indonesia pada umumnya yang memiliki posisi krusial sebagai seorang istri dan ibu. Film ini fokus pada bagaimana pergulatan perasaan Diana setelah menemui titik saat dunianya bisa jungkir balik melalui sebuah pernyataan “aku akan menikah lagi” dari suaminya, Ari (Tanta Ginting).

“Sendiri Diana Sendiri” adalah film percakapan senyap tentang perempuan, istri, ibu, dan kekuasaan dalam rumah tangga. Emosi yang dihadirkan oleh Raihaanun yang membawa karakter Diana tampil sangat lugas mewakili perempuan-perempuan yang memiliki nasib serupa. Film pendek berdurasi 40 menit ini berhasil menerima tepuk tangan dari penonton di Toronto International Film Festival.

Memoria (2016)

“Memoria” mengangkat kisah seorang penyintas kekerasan seksual bernama Maria, yang mengalami pemerkosaan pada era Timor Leste ingin memerdekakan diri dari Indonesia. Bersetting di kota Ermera, sebuah kota kecil di Timor Leste, film ini memontret kenangan pilu dari korban yang masih rapat menyimpan lukanya hingga masa senja. “Memoria” juga menampilkan kehidupan masyarakat Timor Leste yang masih sangat memprihatinkan dari segi ekonomi dan tingkat kemakmurannya.

Film ini diputar dalam gelaran Busan International Film Festival 2016 dan mewakili Indonesia dalam Wide Angle Asian Shorts Film Competition. Di dalam negeri “Memoria” berhasil masuk nominasi untuk kategori film pendek terbaik di festival Film Indonesia 2016.

Yuni (2021)

Yuni (Arawinda Kirana) adalah seorang anak SMA bernasib sial karena tinggal di lingkungan sosial yang mengekang cita-citanya meraih pendidikan tinggi. Di puncak masa remajanya Yuni harus menghadapi situasi sulit yang mengharuskannya dewasa sebelum waktunya.

Sepanjang film penonton akan disuguhkan dengan banyak pertanyaan-pertanyaan Yuni tentang norma sosial yang mengekang dirinya, dan melihat cara-cara Yuni memberontak dengan mencoba hal-hal yang selalu dianggap tabu oleh masyarakat.

“Yuni” berhasil membawa nama Kamila Andini meraih penghargaan di Toronto International Film Festival (TIFF) dalam kategori Platform Prize, dan mendapatkan perhatian besar penonton film dalam negeri.

Beberapa film di atas adalah karya Kamila Andini yang berhasil membawa suara perempuan menembus ketidakadilan. Semua karakter dari film-film tersebut berhasil menyajikan isu yang sedang berusaha disampaikan.

12.12: The Day 12.12: The Day

12.12: The Day Review – Kudeta Militer dan Periode Tergelap Korea Selatan

Film

Conclave review Conclave review

Conclave Review – Drama Intrik di Balik Pemilihan Paus

Film

We Live in Time We Live in Time

We Live in Time Review: Perjuangan Pasangan Melawan Kanker & Waktu

Film

Auditorium ScreenX Terbesar Kedua di Dunia Hadir di CGV Cinemas Indonesia dengan Teknologi Dolby Atmos Auditorium ScreenX Terbesar Kedua di Dunia Hadir di CGV Cinemas Indonesia dengan Teknologi Dolby Atmos

Auditorium ScreenX Terbesar Kedua di Dunia Hadir di Indonesia

Entertainment

Advertisement Drip Bag Coffee
Connect