Connect with us
Stranger Things season 3 review
Netflix

TV

Stranger Things Season 3 Review: Bahaya Lama Kembali Ke Kota Hawkins

Kedamaian kota Hawkins kembali terancam kali ini lewat keterlibatan negara Rusia.

★ ★ ★ ★ ★
★ ★ ★ ★ ★

Stranger Things adalah serial dengan genre sci-fi buatan Duffer Brothers yang bisa dibilang menjadi sebuah fenomena pop-culture sehingga menjadi serial original andalan Netflix. Pertama kali merilis musim pertamanya di tahun 2016, Stranger Things langsung mendapatkan respon luar biasa baik dari penonton maupun kritikus. Hal ini tidak lepas dari rasa ‘nostalgia’ tahun 80’an yang dibawa, kumpulan karakter yang dengan mudah berhasil mencuri hati penonton serta kualitas produksi yang sangat mengagumkan.

Stranger Things memang menjadi sebuah kejutan karena kualitas yang diberikan melampaui standard serial televisi bergenre sci-fi lainnya. Kesuksesannya Stranger Things bahkan berhasil menjadi lampu hijau hingga diproduksinya musim kedua pada tahun 2017 dan musim ketiga yang tayang awal bulan ini. Musim ketiga kembali membawa kisah serta konflik menarik ke kota Hawkins, tetapi sepertinya musim ketiga tidak bisa menyamai standard luar biasa yang mereka buat sendiri pada musim pertama.

Cerita pada musim ketiga Stranger Things seperti biasa berfokus di kota Hawkins. The Mind Flayer, monster atau antagonist utama pada musim sebelumnya kembali menghantui setelah organisasi rahasia dari Rusia melakukan percobaan untuk membuka kembali portal yang menghubungkan dunia manusia dengan dunia upside down. Hal ini memicu perjalanan cerita yang dipenuhi oleh roller coaster emosi sepanjang musim ketiga ini.

Sedikit berbeda dari musim sebelumnya, kali ini Mike dan teman-temannya terpisah dan terbagi ke dalam grup yang masing-masing memiliki misinya masing-masing. Barulah pada akhir film mereka kembali berkumpul untuk mengalahkan The Mind Flayer untuk terakhir kalinya. Kemunculan Russia sebagai biang kerok dari kembalinya The Mind Flayer memang menjadi sebuah callback yang mengingatkan kita pada film aksi Amerika tahun 80’an dimana para penjahat digambarkan berasal dari Russia. Sayangnya keterlibatan Russia pada konspirasi di kota Hawkins terasa kurang pas bagi jalan cerita.

stranger things season 3 review indonesia

Stranger Things Season 3

Jika ada satu kata yang bisa digunakan untuk mendeskripsikan musim ketiga sepertinya kata ‘relationship’ adalah kata yang paling tepat. Musim ketiga ini banyak bermain dengan hubungan antara karakter baik hubungan pertemanan, keluarga atau romansa. Lebih banyak fokus pada hubungan karakter bisa dibilang menjadi poin positif sekaligus poin negatif di musim ketiga ini.

Beberapa hubungan romansa karaker yang dibangun seperti Hopper dan Joyce, Eleven dan Mike, bahkan antara Steve dan Robin memang menjadi pemanis yang membuat musim ketiga terasa cukup spesial. Namun, frekuensi drama hubungan yang diberikan terkadang terasa terlalu banyak sehingga ada rasa rindu terhadap elemen misteri serta rasa penasaran yang sering dimainkan pada musim pertama.

Selain berfokus pada hubungan para karakter, topik mengenai ‘pendewasaan’ juga mulai dibahas pada musim ketiga ini. Topik ini terasa sangat pas mengingat para karakter sudah tidak lagi anak-anak tetapi mulai memasuki usia remaja. Setiap karakter mulai kerepotan dan belajar bagaimana menjalani hubungan yang lebih dari sekedar teman.

Penonton banyak melihat hal ini tentu saja dari hubungan antara Mike dan Eleven. Selain itu, karakter Will menjadi karakter yang seakan terjebak di masa lalu karena belum dapat menerima bahwa mereka sudah memasuki usia remaja dan pasti ada perubahan yang tidak dapat dihindari. Hal ini sempat mempengaruhi hubungan Will dan teman-temannya karena seakan mereka lupa terhadap pertemanan kuat yang diperlihatkan di musim pertama dan hanya fokus pada wanita.

Melihat Eleven menjadi dewasa dan berubah menjadi seorang wanita juga menciptakan berbagai adegan menarik terutama antara dirinya dan Max. Hubungan pertemanan antara Eleven dan Max bisa dibilang sudah ditunggu-tunggu setelah keduanya jarang bermain pada adegan yang sama pada musim sebelumnya.

Selain kisah cinta manis para remaja, penonton juga diperlihatkan kisah romansa unik orang dewasa antara Hopper dan Joyce. Keduanya sama-sama memiliki masa lalu kelam mengenai pasangan tetapi terlihat secara jelasa bahwa mereka memiliki ketertarikan satu sama lain.

Usaha Hopper yang tidak pandai dalam mengutarakan perasaan juga menjadi pemicu berbagai pertengkaran antara Joyce dan dirinya. Keduanya menjadi duet yang terlibat dalam petualangan menarik demi mengungkap campur tangan ‘Russia’ dalam membuka portal ke dunia upside down.

Selain Hooper dan Joyce, penonton juga diajak ikut pada progresi hubungan antara Nancy dan Jonathan yang sedang mengalami masa internship di sebuah perusahaan media cetak. Dari keduanya penonton diajarkan untuk menghargai perbedaan dalam hubungan dan saling mendukung satu sama lain. Hubungan yang tergolong baru antara Steve dan Robin juga cukup menghibur bahkan memberikan konklusi luar biasa yang sepertinya tidak akan tertebak oleh penonton.

stranger things season 3 review indonesia

Stranger Things S3 | Image: Netflix

Seperti biasa Stranger Things berhasil menghibur lewat beberapa komedi ringan dan adegan lucu yang menghibur. Salah satu aktris yang paling menghibur adalah Priah Ferguson yang memerankan karakter Erica, Erica adalah adik dari Lucas yang kali ini mendapatkan peran cukup besar tidak hanya menjadi pemain latar seperti dua musim pertama.

Seperti biasa karakter favorit penonton, Dustin, kembali menghibur dan secara mengejutkan lewat nyanyian di puncak cerita di episode kedelapan. Selain itu, adegan dimana Steve dan Robin terpengaruh obat-obatan yang disuntikkan oleh Russia juga menciptakan berbagai aksi serta scene paling lucu di musim ketiga ini. Keluguan hubungan cinta para remaja juga beberapa kali membangun adegan manis yang memberikan senyuman kepada penonton.

Tidak hanya komedi, seperti musim sebelumnya musim ini juga dipenuhi oleh berbagai adegan aksi baik dari karakter Eleven maupun karakter lainnya. Meskipun begitu, porsi aksi yang diberikan bisa dibilang tidak seintens atau sebanyak dua musim sebelumnya. Bahkan, baru pada akhir episode keempat penonton mulai mendapatkan aksi intens seperti musim sebelumnya.

Setiap aktor baik yang remaja dan dewasa juga berhasil memberikan peforma terbaiknya. Dua peran yang patut diberi apresiasi tentunya adalah peran Priah Ferguson dan Dacre Montgomery yang kali ini mendapatkan porsi yang lebih besar dari musim sebelumnya. Para aktor remaja memperlihatkan kualitas luar biasa yang berpotensi untuk terus berkembang dan menjadi aktor/aktirs papan atas.

https://www.youtube.com/watch?v=XcnHOQ-cHa0

Sebuah trend mengenai penurunan kualitas serial musim ke musim sepertinya juga mulai terasa bagi Stranger Things. Musim ketiga ini bahkan bisa dibilang menjadi musim paling ‘biasa saja’ bagi serial ini.

Untungnya, rasa ‘biasa saja’ yang dirasakan di musim ketiga Stranger Things bukan berarti suatu hal yang sangat negatif atau bahkan bisa mengatakan bahwa Stranger Things musim ketiga merupakan sebuah kegagalan. Stranger Things masih menjadi serial solid yang membawakan cerita menghibur yang wajib menjadi tontonan. Ada beberapa potensi yang sepertinya dilewatkan pada musim ini, salah satunya adalah hubungan antara Nancy dengan tempat magangnya.

Konflik yang awalnya dibangun sebetulnya sudah sangat menarik dan berpotensi menjadi lebih luar biasa lagi, tetapi memasuki pertengahan hingga akhir musim konflik tersebut rasanya dilupakan dan tidak dibahas lagi. Selain itu plot yang terasa sedikit lamban juga mengurangi tensi dalam musim ketiga ini. Hal ini mungkin menjadi salah satu faktor dari fokus hubungan antara karakter yang menjadi topik utama di film ini.

Beberapa episode awal terasa membuang waktu, bahkan hubungan menarik antara Billy dan Karen Wheeler, ibu dari Mike akhirnya tidak memilki tujuan akhir dan menjadi sebuah setup tanpa payoff yang tidak ada gunanya. Kemiripan cerita dengan musim sebelumnya juga mengurangi potensi musim ini, sehingga terkadang ada sedikit rasa bosan disebabkan oleh cerita yang mudah tertebak karena masih menggunakan sebuah formula cerita yang sama.

Cerita di season 3 diakhiri dengan sebuah ending yang cukup mengejutkan melihat beberapa karakter utama menjadi korban dari usaha penyelamatan kota Hawkins dari The Mind Flayer. Ada sebuah pesan manis yang ditinggalkan oleh seorang karakter yang sangat menyentuh bagi penonton.

Akhir musim ketiga juga memberikan konklusi pada hubungan pertemanan Mike dan teman-temannya juga dengan Eleven. Selain Mike, penonton juga melihat konklusi hubungan lain seperti Hopper dengan Joyce, Max dengan kakaknya Bill, Nancy dan Jonathan, dan Robin dengan Steve. Konklusi menarik yang diberikan sepertinya membuka harapan baru serta potensi menarik bagi cerita di musim keempat.

Semoga saja musim keempat berhasil memukau dan mengingatkan penonton bahwa dengan kualitas luar biasa musim pertama.

Look Back Review Look Back Review

Look Back Review: Nostalgia & Tragedi

Film

Conclave review Conclave review

Conclave Review – Drama Intrik di Balik Pemilihan Paus

Film

Arcane Season 2 Arcane Season 2

Arcane Season 2 Review: Animasi Menawan yang Terlalu Cepat Berakhir

TV

We Live in Time We Live in Time

We Live in Time Review: Perjuangan Pasangan Melawan Kanker & Waktu

Film

Advertisement Drip Bag Coffee
Connect