Connect with us
Seven Years in Tibet Review

Film

Seven Years in Tibet Review: Kisah Perjalanan Mencari Kedamaian

Biopik persahabatan Heinrich Harrer dan Dalai Lama.

★ ★ ★ ★ ★
★ ★ ★ ★ ★

Bila sedang mencari tontonan slice of life yang penuh dengan nilai-nilai kehidupan, “Seven Years in Tibet” (1997) dapat menjadi salah satu pilihan film yang cocok.

Di antara banyak film yang dibintangi oleh Brad Pitt, mungkin film ini menjadi film yang kurang naik ke permukaan. Kendati tergolong film klasik rilisan tahun 1997, film arahan Jean-Jacques Annaud ini masih menjadi film biopik yang bagus, memberi wawasan sejarah, serta penuh akan nilai-nilai kehidupan di dalamnya.

Petualangan Menemukan Kedamaian

Film ini bercerita tentang perjalanan hidup Heinrich Harrer (Brad Pitt), seorang pendaki gunung dan ahli geografi asal Austria yang bertekad untuk menaklukan puncak Nangan Parbat, salah satu puncak tertinggi di pegunungan Himalaya.

Rencana ekspedisi Heinrich Harrer untuk mendaki puncak Nangan Parbat didukung penuh oleh rezim Nazi yang waktu itu menguasai Austria, mengingat rekam jejak Heinrich yang sebelumnya telah menaklukan puncak Eiger di pegunungan Alpen. Oleh karena itu Heinrich pada akhirnya berangkat dengan disponsori oleh partai Nazi.

Seperti halnya film biopik lain, ada perbedaan antara sumber asli cerita Heinrich dan yang digambarkan di film. Di film, Heinrich tidak menyukai dan cenderung kontra terhadap rezim Nazi di Austria. Namun dalam bukunya yang berjudul “The White Spider” (1959), Heinrich sendiri ternyata merupakan anggota partai Nazi dengan pangkat sersan.

Meninggalkan istrinya yang sedang hamil, Heinrich bersama timnya yang dipimpin oleh Peter Aufschnaiter (David Thewlis) berangkat menjalankan ekspedisi. Namun saat mencapai kaki gunung Nanga Parbat, kru Heinrich terpaksa harus turun gunung karena cuaca buruk. Tidak hanya sampai situ, petaka terus mengikuti kru ekspedisi Heinrich saat mereka malah ditangkap oleh tentara India karena mengetahui bahwa mereka merupakan anggota Nazi.

Beberapa kali Heinrich dan krunya berusaha melarikan diri namun selalu berakhir gagal. Akhirnya pada tahun 1944, Heinrich dan Peter berhasil kabur dan melarikan diri ke Tibet. Saat mencapai Lhasa, ibu kota Tibet, mereka memutuskan untuk menetap sementara sembari mencari jalan untuk pulang ke Austria di tengah gejolak perang dunia II.

Saat menetap di Lhasa, Heinrich menjalin persahabatan dengan Dalai Lama yang waktu itu masih berumur 14 tahun. Mereka berdua saling bertukar pikiran. Dalai Lama belajar banyak tentang ilmu pengetahuan barat dari Heinrich, dan sebaliknya Heinrich banyak belajar tentang pengendalian emosi serta spiritualisme dari Dalai Lama. Pada adegan inilah petualangan sebenarnya dalam film dimulai, yakni petualangan spiritual seorang Heinrich Harrer.

Seven Years in Tibet Review

Visual Pegunungan yang Megah

Mengusung tema ekspedisi, tentu “Seven Years in Tibet” menyuguhkan visual yang cukup megah untuk standar film tahun 1990-an. Pemandangan pegunungan bersalju, padang gurun dan hamparan rumput dengan indah dipertunjukan untuk mengusung nuansa alam Tibet dalam film ini.

Sebagi fun fact, lokasi syuting “Seven Years in Tibet” tidak benar-benar berlangsung di Tibet, melainkan di pegunungan Andes yang membentang melintasi tujuh negara di benua Amerika Selatan.

Tim produksi sengaja membuat Kota Lhasa di kaki gunung Andes, tepatnya di Provinsi Mendoza. Untuk beberapa footage di Tibet, Jean-Jacques Annaud sebagai sutradara mengutus dua orang kru untuk mengambil gambar secara sembunyi-sembunyi dan hasil dari footage itu ditampilkan di dalam film.

Oleh karena, didukung oleh sinematografi arahan David Breashears, departemen visual dalam film in patut diapresiasi karena telah berhasil membuat shot-shot yang meyakinkan penonton bahwa lokasi tersebut benar-benar diambil di Tibet.

Sempat Dilarang Tayang di Tiongkok

Saat perilisannya, “Seven Years in Tibet” sempat dilarang tayang di Tiongkok karena dianggap mencemarkan nama negeri komunis tersebut. Dalam film, penceritaan memang lebih condong berada di sisi Tibet dan menjadikan Tiongkok yang waktu itu menganeksasi Tibet sebagai sosok antagonis dalam film.

Akibatnya, film ini dicekal dan dilarang tayang oleh pemerintahan komunis pada masa itu. Mereka merasa keberatan dengan penggambaran militer Tiongkok yang kasar dan sadis, namun di satu sisi penggambaran Dalai Lama yang terlalu lembut.

Untuk performa akting sendiri, Brad Pitt dan David Thewlis sebagai aktor senior sudah tidak diragukan lagi. Lalu aktor Jamyang Jamtsho Wangchuk juga memainkan peran Dalai Lama muda dengan cukup baik.

Akhir kata, perlu diketahui pula bahwa film biopik semacam “Seven Years in Tibet” tidak lepas dari adanya miskonsepsi sejarah, mengingat latar waktu pada film ini terjadi saat Perang Dunia II. Banyak sejarah asli yang kurang akurat dan cenderung didramatisasi demi kepentingan penceritaan semata.

Terlepas dari semua itu, “Seven Years in Tibet” menjadi salah satu film slice of life klasik yang wajib ditambahkan ke watchlist kita bila mencari film yang kaya akan nilai-nilai folosofi kehidupan.

Lost in Translation & Her: Kesepian dan Perpisahan dari Dua Perspektif

Film

Siksa Kubur & Badarawuhi di Desa Penari: Rayakan Lebaran dengan Film Horor Lokal

Entertainment

Monkey Man Monkey Man

Film & Serial Terbaru April 2024

Cultura Lists

Perfect Days Perfect Days

Perfect Days: Slow Living & Komorebi

Entertainment

Connect