Connect with us
Hari Keju Cheddar Tillamook
Photo by NastyaSensei from Pexels

Culture

Selamat Hari Keju Cheddar!

Salah satu keju terpopuler di Indonesia yang biasa kita temukan dalam martabak dan roti bakar.

Tillamook adalah satu perusahaan dengan produk-produk dairy ternama di Amerika. Perusahaan tersebut menginisiasi Hari Keju Cheddar yang jatuh pada tanggal 13 Februari. Perayaan tersebut sekaligus menandai bahwa Tillamook sudah berdiri sejak 110 tahun lampau. Pada perayaan pertama kalinya Hari Keju Cheddar di tahun lalu, Tillamook membagi-bagikan 1 ton keju cheddar gratis kepada 1000 orang. Sebenarnya keju cheddar juga tak kalah terkenal di Indonesia. Di minimarket, kita bisa mendapatkan keju cheddar berukuran 165 gram dengan harga dua puluh ribuan. Keju cheddar populer digunakan dengan cara diparut untuk dinikmati bersama martabak terang bulan, roti bakar, hingga mie instan.

Tillamook

Tillamook | Photo via mylavenderblues.com

Keju pertama kali diciptakan secara tak sengaja oleh seorang pedagang dari tanah Arab. Ia membawa susu dalam kantong perut hewan yang diduga adalah domba. Hewan-hewan pemamah biak dikenal memiliki enzim yang disebut sebagai rennet. Susu yang bercampur dengan residu rennet di dalam kantong tersebut ditambah cuaca yang panas menghasilkan dadih. Ini adalah bentuk paling awal dari proses pembuatan keju. Penemuan keju ini terjadi kurang lebih 8000 tahun lampau. Namun bukti sejarah lain menunjukkan orang Polandia telah mengenal keju sekitar 7500 tahun lalu.

Sebenarnya pemicu awal dari ditemukannya keju adalah perubahan pola hidup nenek moyang kita. Manusia pada masa itu sudah mulai mengenal cara hidup beternak dan bercocok tanam. Mereka akhirnya mengenal susu dan menghasilkan produk turunannya. Terdapat bukti bahwa nenek moyang Bangsa Arab telah mengenal kegiatan beternak kira-kira 10.000 tahun lampau tepatnya di Desa Ain Ghazal di Jordania. Bukti sejarah lain menunjukkan bahwa nenek moyang orang Turki telah hidup beternak sejak 9000 tahun lalu. Sebenarnya orang Arab tak hanya mengenal enzim rennet saja sebagai pemicu timbulnya dadih pada susu. Mereka juga mengenal cairan asam, misalnya air lemon, untuk memunculkan dadih.

Selain keju, orang-orang Arab sangat menyukai yoghurt. Mereka menyebutnya sebagai laban dan umumnya dibuat dari susu kambing atau domba. Laban juga seringkali menjadi bahan dasar dari keju. Suku-suku nomaden memilih untuk memadatkannya yang disebut sebagai jameed alias bola keju kering yang keras. Ini karena jameed lebih mudah dibawa dibanding susu atau yoghurt yang berbentuk cairan dan mudah tumpah. Meski tak semua, bagi beberapa negara Arab keju adalah salah satu bahan makanan yang tidak bisa dilepaskan dari budaya mereka. Bangsa Sumeria telah makan keju sejak 4000 tahun lalu begitu pula Mesir sejak 2300 tahun lalu.

Popularitas keju di Timur Tengah membuatnya bahkan ada di dalam Bibel. Keju tak hanya menyebar luas di Timur Tengah tetapi juga di Eropa. Orang-orang Romawi dikenal sangat menyukai keju dan sengaja membekali tentara mereka dengan keju kering ketika perang. Iklim Eropa Utara yang lebih dingin membuat orang-orang merasa tidak perlu menggunakan banyak garam untuk mengawetkan keju. Hasilnya adalah keju yang lebih creamy dan lunak. Pembuatan keju dianggap sebagai salah satu bentuk dari seni. Kata keju sendiri berasal dari Bahasa Latin, caseus, yang artinya asam karena hasil fermentasi. Pada abad ke-10, Italia menjadi pusat pembuatan keju di Eropa.

keju cheddar

Photo by Lindsay Moe on Unsplash

Keju cheddar sendiri mulai dikenal pada abad ke-12 di Somerset, Inggris. Cheddar adalah nama desa di sana. Desa tersebut memiliki banyak ngarai dan gua sehingga orang-orang menyimpan susu di dalamnya agar tetap dingin. Mitos yang berkembang, ada seseorang yang lupa mengambil susu yang ia simpan dalam gua. Ketika ia datang susunya telah mengeras menjadi warna kekuningan sebagai cikal bakal keju. Keju pun menjadi terkenal di seluruh Inggris. Keluarga kerajaan juga menyukainya dan menjadikan keju sebagai salah satu tradisi untuk dinikmati. Berabad-abad kemudian tepatnya 1815, pabrik keju pertama dibangun di Switzerland. Diikuti dengan Amerika yang memiliki pabrik keju mulai 1851. Keju cheddar pun mulai menjadi primadona di sana.

Bagaimana dengan negara lain di Benua Asia? Sayangnya tidak semua negara memiliki budaya yang sama dalam beternak, minum susu, hingga makan keju. Lagipula orang-orang di Asia Timur menganggap mereka terlalu sibuk mengerjakan pekerjaan lain sehingga tidak sempat membuat keju. Hewan-hewan ternak umumnya digunakan sebagai alat untuk bekerja misalnya membajak sawah. Keju lebih disukai oleh suku-suku nomaden sebagai salah satu bahan makanan yang praktis untuk dibawa. Ketika itu muncul stigma dari penduduk yang menetap bahwa suku nomaden adalah orang terbelakang. Keju pun dianggap terkait dengan stigma tersebut. Orang menjadi gengsi untuk makan keju karena tidak mau dianggap menyamakan diri dengan suku nomaden.

Namun dengan berjalannya waktu kini keju bukan lagi sesuatu yang lekat sebagai bahan makanan praktis semata. Keju telah menjadi salah satu bahan makanan yang sangat umum dan ditambahkan sebagai perasa di berbagai jenis hidangan. Harganya terjangkau dan kebanyakan keju yang kita konsumsi sehari-hari adalah buatan pabrik. Indonesia sendiri kurang akrab dengan keju tradisional. Walau kita belum lama mengenal dan membangun toleransi terhadap laktosa, generasi yang lebih muda dapat lebih menerimanya dengan baik.

OTYKEN Musik Tradisional Siberia dengan Sentuhan Modern OTYKEN Musik Tradisional Siberia dengan Sentuhan Modern

OTYKEN: Musik Tradisional Siberia dengan Sentuhan Modern

Music

Penyambutan Rombongan Muhibah Budaya Jalur Rempah di Pelabuhan Benteng Selayar-1 Penyambutan Rombongan Muhibah Budaya Jalur Rempah di Pelabuhan Benteng Selayar-1

Selayar dan Kejayaan Maritim Nusantara

Culture

Eksplorasi Pesona Kebudayaan Jepang Melalui Anime

Culture

Steven Spielberg Steven Spielberg

Mengenal Steven Spielberg dari Filmografinya

Culture

Advertisement Drip Bag Coffee
Connect