Connect with us
ratu ilmu hitam review
Rapi FIlms

Film

Ratu Ilmu Hitam Review

Film ini merupakan remake dari film berjudul sama yang rilis pada 1981.

★ ★ ★ ★ ★
★ ★ ★ ★ ★

Ilmu hitam selalu menarik untuk diulik. Beberapa film horor Indonesia telah menggunakannya sebagai latar cerita seperti Pengabdi Setan (2017), Sebelum Iblis Menjemput (2018), dan Perempuan Tanah Jahanam (2019). Kali ini ilmu hitam ditampilkan dalam film arahan sutradara Kimo Stamboel yang skenarionya ditulis oleh Joko Anwar. Ini merupakan film remake yang sebelumnya sukses diperankan oleh Suzanna. Ia sampai mendapatkan nominasi pemeran utama terbaik pada Piala FFI.

Ratu Ilmu Hitam

Sebenarnya Ratu Ilmu Hitam versi baru tidak benar-benar mengikuti versi lamanya. Kisah masih berpusat pada tokoh Murni—yang justru tidak ditampilkan di trailer—tapi dengan sudut pandang berbeda. Ceritanya berkisah tentang Hanif (Ario Bayu) yang dulunya tinggal di panti asuhan. Pengelolanya adalah Pak Bandi dan Bu Mirah. Hanif mendengar Pak Bandi sakit keras. Hanif pun sepakat datang dengan Jefri dan Anton sesama mantan penghuni panti.

Hanif lalu membawa istrinya Nadya (Hannah Al Rashid) dan ketiga anaknya Haqi, Dina, dan Sandi. Di sana mereka juga bertemu penghuni panti yang lain yaitu Maman, Siti, Rani, dan Hasbi. Dikisahkan bahwa anak-anak panti yang lain sedang melakukan karya wisata sehingga panti dalam kondisi kosong. Ada sedikit kecanggungan karena mereka tak saling mengenal. Apalagi perbedaan strata ekonomi sempat memicu ketegangan. Penonton akan tertipu dan mengira inilah sumber konfliknya.

Teror pertama muncul saat Hanif dan Jefri menemukan bus berisi anak-anak panti yang telah meninggal. Namun kondisi mayat anak-anak itu nampak tidak normal. Satu persatu orang yang berada di panti pun mulai mengalami serangkaian kejadian tak masuk akal. Tangan mereka bergerak untuk menyiksa tubuh mereka sendiri. Beberapa seperti dalam kondisi kerasukan. Hanif lalu menyadari bahwa ini adalah balas dendam dari Murni (Putri Ayudya). Seperti halnya Suzanna dalam Ratu Ilmu Hitam (1981), di sini Putri Ayudya berperan sebagai seseorang yang melakoni ilmu hitam.

Bila melihat trailernya lalu membandingkan dengan isi film, kita akan tertipu. Pemeran utamanya tentu saja bukan Ari Irham alias Sandi maupun Zara JKT48 alias Dina. Scene mereka tidak banyak dan peran mereka tidak vital terhadap plot cerita. Adik mereka, Haqi, justru memiliki scene lebih banyak. Keputusan tim produksi untuk menonjolkan Ari dan Zara baik di poster maupun teaser nampaknya demi menarik penonton saja. Ini karena keduanya memiliki banyak fans fanatik.

Murni sebagai tokoh penting dari cerita ini justru tak kita ketahui wujudnya sampai di akhir. Sebenarnya trik ini cukup bagus sehingga dapat membangun rasa penasaran penonton. Akting Putri pun patut diacungi jempol meski mungkin belum segarang Suzanna. Ia mampu tampil berwibawa dan meyakinkan sebagai pendendam yang melakoni ilmu hitam. Namun sayang karakter putrinya, Rani (Shenina Cinnamon), sedikit terlihat dipaksakan menyeramkan.

Sebenarnya film ini bukan menonjolkan penampakan hantu yang menyeramkan. Nilai jual utamanya adalah adegan gore dan hal-hal yang menjikkan. Ada banyak scene yang membuat kita menahan muntah meski memaksa perut bergejolak. Adegan penyiksaannya pun cukup beragam. Pada paruh akhir film, kita akan merasa familiar karena penyiksaan yang ditampilkan mirip seperti adegan dalam komik Siksa Neraka.

Tentu saja film ini tidak sempurna. Masih ada beberapa plot hole. Kita juga kurang memahami bagaimana proses Murni hingga memiliki ilmu hitam atau cara kerjanya. Namun secara keseluruhan film ini sangat menarik. Skenarionya meski dibuat agak rumit tapi mudah dicerna. Tata suaranya pun sudah cukup baik. Secara keseluruhan Ratu Ilmu Hitam adalah remake yang berbobot dan layak tonton.

12.12: The Day 12.12: The Day

12.12: The Day Review – Kudeta Militer dan Periode Tergelap Korea Selatan

Film

Look Back Review Look Back Review

Look Back Review: Nostalgia & Tragedi

Film

Conclave review Conclave review

Conclave Review – Drama Intrik di Balik Pemilihan Paus

Film

We Live in Time We Live in Time

We Live in Time Review: Perjuangan Pasangan Melawan Kanker & Waktu

Film

Advertisement Drip Bag Coffee
Connect