Di masa pandemi ini, berbagai orang memiliki ceritanya masing-masing. Mulai dari yang menyenangkan, sedih, hingga yang mengerikan. Banyak cara untuk menampilkan cerita-cerita tersebut, salah satunya dengan mengemas menjadi film seperti Quarantine Tales.
Quarantine Tales merupakan film omnibus yang terdiri dari lima segmen. Setiap segmennya digarap oleh lima sutradara, seperti Dian Sastrowardoyo, Jason Iskandar, Ifa Isfansyah, Aco Tenri, dan Sidharta Tata.
Seperti judulnya, film dengan multi segmen ini berkisah mengenai banyak perspektif yang muncul di masa pandemi ini. Mengusung genre yang beragam, setiap kisahnya merupakan representasi menarik yang memiliki rasa tersendiri ketika ditonton.
Nougat
Segmen pertama berjudul Nougat yang diarahkan oleh Dian Sastrowardoyo dalam debut penyutradaraannya. Dibintangi oleh Adinia Wirasti, Marissa Anita, dan Faradina Mufti, segmen ini berkisah tentang tiga saudari yang berada di tempat berbeda sejak meninggalnya kedua orang tua mereka. Inilah yang menyebabkan mereka harus berkomunikasi secara daring, dan hal tersebutlah yang sekaligus menimbulkan konflik dalam hubungan mereka.
Sebagai segmen pembuka Quarantine Tales, suguhan dramanya memang mudah sekali untuk menyentuh berbagai lapisan masyarakat Indonesia. Meski menyentuh, namun kisah tiga saudari tersebut terasa generik karena sudah sering ditemui di berbagai film. Hal terbaik dari Nougat adalah akting ketiga cast, terutama Adinia Wirasti yang mampu membawa drama antar saudari jadi lebih terasa nyata.
Prankster
Setelah dibuat terharu dengan Nougat, penonton akan dibawa ke segmen selanjutnya yang berjudul Prankster. Segmen ini diarahkan oleh Jason Iskandar serta dibintangi oleh Roy Sungkono dan Windy Apsari. Kisahnya seputar prankster yang mengerjai satu temannya ketika sedang melakukan live di masa pandemi.
Premisnya sendiri sudah terpampang jelas dari judulnya, mengangkat isu dari content creator bertema prank yang sempat menjadi polemik di dunia, terutama di Indonesia. Ceritanya sendiri tergolong super simpel, namun menyelipkan kisah kelam yang tidak terduga. Diiringi dengan set design yang tampil paling niat dibandingkan empat segmen lain, duet ciamik Roy Sungkono dan Windy Apsari sukses memukau di dalamnya.
Cook Book
Segmen tengah dari Quarantine Tales datang dari sutradara Ifa Isfansyah, memiliki judul Cook Book. Ada tiga cast di sini, yakni Verdi Solaiman, Brigitta Cynthia, dan Kiki Narendra. Segmen ini memiliki cerita mengenai seorang chef yang memutuskan untuk membuat buku resep selama pandemi. Dalam prosesnya, ia dipertemukan dengan satu wanita muda melalui video call yang mengatakan bahwa mereka berdua adalah manusia yang tersisa di muka Bumi ini.
Berbeda dengan empat segmen lain, drama dalam Cook Book ini diiringi dengan fantasi mengenai romansa seorang lelaki. Layaknya Ifa Isfansyah yang terkenal dengan pembawaan ceritanya yang berat, segmen ini juga membawakan isu mengenai trauma dengan selipan peristiwa bersejarah yang mengerikan dan pembahasan mengenai keagamaan. Didukung dengan akting menawan Verdi Solaiman dan Brigitta Cynthia, segmen tersebut dijamin bakal bikin penonton berpikir keras.
Happy Girls Don’t Cry
Setelah melalui Cook Book yang mengajak penonton berpikir lebih dalam, Quarantine Tales menampilkan Happy Girls Don’t Cry yang diarahkan oleh Aco Tenri. Segmen ini membawa Arawinda Kirana, Teuku Rifnu Wikana, Marissa Anita, dan Muzakki Ramdhan sebagai jajaran cast-nya. Segmen ini membawa cerita mengenai keluarga yang melarat karena pandemi. Suatu ketika, sang anak memenangkan giveaway yang menimbulkan pergolakan dalam keluarga tersebut.
Bila mencari tontonan dengan membawa berbagai hal yang kekinian di masa pandemi ini, Happy Girls Don’t Cry dapat menampilkannya dengan apik. Mulai dari fenomena giveaway, orang-orang yang makin miskin saat pandemi, hingga fakta dunia internet di Indonesia lainnya membuat segmen ini nampak nyata. Ditambah akting dari para cast yang bagus, terutama Arawinda Kirana yang mencuri perhatian melalui karakternya.
The Protocol
The Protocol yang disutradarai oleh Sidharta Tata dan dibintangi Abdurrahman Arif menutup Quarantine Tales. Berbeda dengan segmen lainnya, segmen ini mengusung tema komedi horor, berkisah mengenai perampok yang harus menguburkan rekannya. Akan tetapi, ia pun harus berjibaku dengan mayat tersebut karena takut untuk tertular Covid-19.
Segmen ini bisa dibilang unik, karena mencampurkan horor dan komedi mengenai pandemi yang terasa menyenangkan. The Protocol juga menyinggung sedikit isu mengenai napi di masa pandemi, sekaligus menyajikan penerapan protokol kesehatan dengan kemasan yang super fun. Didukung pula melalui akting Abdurrahman Arif dengan segala dialog slapstick comedy-nya, segmen ini akan membuat penonton merasa lebih senang setelah menyelesaikan semua segmen dari Quarantine Tales.
Quarantine Tales sejatinya adalah penyegaran dari film konvensional, cocok untuk yang mendambakan omnibus yang penuh dengan ragam visi menarik dari berbagai sineas lokal. Dengan segala rasa mengenai pandemi, film ini akan mudah meresap dalam hati penonton dan dapat disaksikan secara eksklusif melalui Bioskop Online.