Wanita kerap dianggap sebagai makhluk yang rapuh. Banyak alasan yang membuat hal tersebut terlihat nyata, seperti buaian lelaki yang lebih terasa seperti bualan semata. Itu pula yang mampu mendorong wanita untuk memunculkan sisi berbahaya darinya. Sekilas, itu yang ingin diangkat dalam film ‘Puisi Cinta yang Membunuh’.
‘Puisi Cinta yang Membunuh’ adalah film psychological thriller produksi Starvision Plus yang disutradarai oleh Garin Nugroho. Memboyong bintang kenamaan seperti Mawar de Jongh, Baskara Mahendra, serta Raihaanun, film ini berkisah tentang Ranum, seorang perempuan yang kerap terbuai dengan kata-kata manis dari para pria. Ketika Ranum merasa terkhianati oleh para pria ini, semuanya mati dalam keadaan tragis oleh satu sosok yang kerap menghantuinya.
Dari narasinya, ‘Puisi Cinta yang Membunuh’ berfokus pada kisah Ranum tatkala menghadapi berbagai kejadian mistis seputar kekecewaannya pada berbagai orang dalam hidupnya sekarang. Seiring durasi, film berusaha bercabang dengan Anna yang menjadi pengamat dari perilaku Ranum.
Dengan benang merah pada depresi dan fenomena supernaturalnya, sayang sekali penceritaan dalam film thriller perdana Garin Nugroho ini terlihat kacau. Belum lagi dengan arc Ranum yang penuh plot hole dan subplot terkait Anna yang tidak konsisten pada build-up membuatnya semakin memusingkan.
Hal janggal lain dalam ‘Puisi Cinta yang Membunuh’ adalah dialognya yang berusaha terlalu keras untuk menjadikan film ini terasa poetic. Hal tersebut tampak dari dialognya yang tampil dengan sajak-sajak baku dengan beberapa selipan modern di dalamnya. Alih-alih membuat film ini terasa artsy, film thriller perdana Garin Nugroho yang berkolaborasi bersama Azhar Kinoi Lubis ini justru berakhir cheesy.
Hadir sebagai gebrakan baru dari Garin Nugroho, ‘Puisi Cinta yang Membunuh’ hadir dengan deretan cast ternama, seperti Mawar de Jongh, Baskara Mahendra, Raihaanun, hingga Ayu Laksmi di dalamnya. Dengan screen time yang tergolong paling tinggi, Mawar de Jongh tampil total dengan menawan melalui cakupan emosi yang mampu ia tampilkan. Akan tetapi, interaksi yang ditampilkan antara Raihaanun dan Ayu Laksmi mulai paruh kedua film ini justru lebih mencuri perhatian karena terasa lebih lepas namun tetap berkesan.
Secara teknis, ‘Puisi Cinta yang Membunuh’ tampak tak benar-benar spesial. Aspek yang terasa bagus di dalam film ini adalah sinematografi dan scoring yang berhasil membangun kengerian pada beberapa scene-nya.
Akhir kata, ‘Puisi Cinta yang Membunuh’ adalah usaha Garin Nugroho untuk bereksperimen dengan genre thriller melalui trademark dari berbagai filmografinya. Akan tetapi, upayanya seakan tak sejalan dengan eksekusi akhirnya yang terasa memaksakan diri menjadi artsy dan justru berakhir cheesy dengan segala kekurangannya.