Quantcast
Polite Society: Perlawanan Sisterhood dengan Tendangan Silat dan Cinta - Cultura
Connect with us
polite society

Film

Polite Society: Perlawanan Sisterhood dengan Tendangan Silat dan Cinta

Film aksi-komedi segar yang memadukan budaya, feminisme, dan kung fu dalam balutan coming-of-age remaja.

★ ★ ★ ★ ★
★ ★ ★ ★ ★

‘Polite Society’ (2023) adalah debut penyutradaraan panjang Nida Manzoor, yang sebelumnya dikenal lewat serial TV Inggris We Are Lady Parts. Dirilis pada tahun 2023, film ini adalah campuran genre yang unik—menggabungkan elemen komedi remaja, aksi silat, drama keluarga, dan sindiran sosial dalam satu sajian penuh energi.

Dengan nuansa budaya diaspora Asia Selatan yang kuat dan pendekatan visual yang penuh semangat, ‘Polite Society’ menjadi salah satu film remaja paling segar dan menyenangkan tahun ini.

Ria Khan (Priya Kansara) adalah remaja keturunan Pakistan-Inggris yang bercita-cita menjadi stuntwoman profesional. Ia menjalani hidupnya di London dengan semangat pemberontakan, latihan bela diri di kamar, dan konten video online. Kakaknya, Lena (Ritu Arya), seorang seniman yang kehilangan arah, adalah pahlawan pribadi Ria—hingga Lena tiba-tiba bertunangan dengan pria tampan dari keluarga kaya yang terlalu sempurna.

Merasakan ada yang janggal dengan tunangan tersebut dan keluarganya, Ria menyusun rencana heboh untuk menyelamatkan kakaknya dari nasib “kehancuran pernikahan patriarkal.” Apa yang awalnya tampak seperti kekhawatiran berlebihan dari adik remaja, berubah menjadi konspirasi absurd yang melibatkan eksperimen biologis dan perlawanan penuh aksi.

Alur ceritanya mengalir seperti film coming-of-age klasik namun dengan ledakan genre tak terduga di tengahnya. Perpaduan antara realisme remaja dan fantasi penuh gaya membuat ‘Polite Society’ menjadi pengalaman menonton yang unpredictable tapi menyenangkan.

polite society

Naskah dan Screenplay

Nida Manzoor menulis naskah film ini dengan suara yang sangat otentik dan penuh kecerdasan. Dialog antar karakter terasa hidup dan lucu, dengan selipan referensi budaya Asia Selatan, feminisme generasi Z, serta satir sosial terhadap ekspektasi keluarga imigran dan budaya patriarki.

Screenplay-nya berhasil menangkap kompleksitas dinamika saudara perempuan—rasa cinta, frustrasi, kekaguman, dan kecemburuan—semua dijahit dengan humor dan momen-momen aksi yang tidak pernah terasa berlebihan. Transisi dari drama ke aksi silat, dari komedi ke adegan thriller, terasa organik karena karakter Ria yang memang hidup dalam dunia imajinasinya sendiri.

Sinematografi dan Visual

Sinematografi film ini adalah salah satu kekuatannya. Sinematografer Ashley Connor menggunakan palet warna cerah dan framing dinamis untuk menciptakan visual yang mengingatkan pada film Bollywood, film kung fu Hong Kong, dan bahkan superhero remaja ala Marvel. Adegan pertarungan dikoreografi dengan gaya teatrikal dan penuh energi, seolah-olah imajinasi Ria menjadi kenyataan dalam layar.

Penggunaan teknik seperti freeze frame, animasi grafis, dan slow motion memberi film ini kepribadian visual yang kuat dan sesuai dengan semangat remaja pemberontak yang menjadi inti cerita.

Akting dan Karakterisasi

Priya Kansara tampil luar biasa dalam peran utama sebagai Ria. Ia memadukan fisik aksi, komedi slapstick, dan kepekaan emosional dengan sangat baik, membuat karakternya relatable sekaligus karismatik. Ritu Arya sebagai Lena juga menampilkan dualitas yang menarik—sosok kakak yang lelah, namun penuh kasih, menjadi pusat konflik emosional film ini.

Pemeran pendukung seperti Nimra Bucha sebagai ibu calon pengantin yang sinis dan manipulatif, serta teman-teman Ria yang komikal, menambah lapisan kekayaan dalam cerita tanpa terasa sebagai filler.

Tema dan Pesan Moral

‘Polite Society’ mengangkat tema tentang ekspektasi gender, impian pribadi, loyalitas keluarga, dan pentingnya menemukan suara sendiri. Ini adalah film tentang cinta antar saudara, tetapi juga tentang bagaimana seorang gadis muda bisa melawan narasi besar—tentang siapa dia seharusnya menjadi—dengan gaya dan tendangan kung fu.

Film ini berhasil mengolok-olok tekanan dalam masyarakat konservatif tanpa merendahkan budayanya sendiri. Manzoor dengan cerdas menavigasi budaya diaspora, mengkritik dari dalam dengan cinta, bukan dengan sinisme.

‘Polite Society’ adalah film yang liar, ceria, dan penuh energi, namun tidak kehilangan fokus pada emosi dan pesan yang kuat. Nida Manzoor menghadirkan suara baru yang penting dalam dunia perfilman, dengan pendekatan genre yang menyegarkan dan semangat naratif yang menggugah.

Sebuah film aksi-komedi yang unik dan penuh hati, menawarkan suara segar bagi sinema remaja dengan pendekatan penuh gaya dan pesan yang memberdayakan.

Final Destination: Bloodlines Final Destination: Bloodlines

Final Destination: Bloodlines Review – Warisan Kematian yang Tak Terhindarkan

Film

Apocalypse Now (1979) Apocalypse Now (1979)

Apocalypse Now Review: Perjalanan ke Jantung Kegelapan Perang dan Jiwa Manusia

Film

In the Mood for Love Review: Cinta yang Terlambat dan Terpendam di Sudut-sudut Sunyi Hong Kong

Film

Ugetsu Review: Ketika Ambisi, Cinta, dan Dunia Arwah Bertabrakan dalam Lirik Visual

Film

Advertisement Drip Bag Coffee
Connect