Disney Princess selalu mempunyai pesan untuk disampaikan melalui kisahnya. Mulai dari kisah romantis tentang menemukan cinta sejati, hingga inspirasi untuk menjadi sosok perempuan yang mandiri dan kuat. Namun, Pocahontas adalah Disney Princess yang memiliki pesan lebih universal melalui kisah dan lagu tema utamanya, “Colors of the Wind”.
Rilis pada 1995, “Pocahontas” bercerita tentang seorang anak perempuan kepala suku yang akan dinikahkan dengan kesatria dari suku yang sama. Hingga akhirnya Pocahontas bertemu dengan John Smith, seorang kapten dari Inggris yang sedang dalam ekspedisi mencari sumber daya alam dan memperluas peradaban.
Namun, “Pocahontas” tidak fokus pada kisah cinta interasial maupun karakter Pocahontas sebagai perempuan yang menyatuh dengan alam. Kedua aspek tersebutnya hanyalah sebuah medium untuk Disney menyampaikan pesan yang lebih universal tentang memaknai perbedaan dan kecenderungan manusia untuk mengeksploitasi bumi.
Ketika putri-putri lain bernyanyi tentang menanti pangeran berkuda atau mengumandangkan kekuatannya sebagai perempuan mandiri, Pocahontas menjadi putri yang punya pesan untuk para pendengarnya. Ia tidak bernyanyi tentang kisah cintanya atau dirinya sendiri, namun ajakan untuk ‘melukis dengan warna angin’. “Colors of the Wind” menjadi soundtrack utama “Pocahontas” yang secara sempurna dieksekusi dalam memaknai keseluruhan kisah dari film ini.
You think I’m the ignorance savage
And you’ve been so many places I guess it must be so
Pada bait pertama lagu “Colors of the wind’, Pocahontas mengungkapkan rasa tersinggungnya akan pernyataan John Smith bahwa Ia dan segenap anggota sukunya adalah orang babar (savage). John Smith memang telah menjelajahi banyak tempat, namun fakta tersebut tak cukup bagi Pocahontas untuk menerima bahwa dirinya berstatus lebih rendah dari John.
Kemudian Ia melanjutkan dengan ‘How can there be so much that you don’t know?’, sebelum masuk ke dalam lagu utama untuk membuktikan pada John Smith, bahwa Ia tahu lebih banyak.
You think the only people who are people
Are the people who look and think like you
Ketika pertama kali berkenalan dengan Pocahontas, John Smith merasa nama tersebut adalah nama yang aneh. Namun, Pocahontas juga memiliki tanggapan yang serupa akan nama John Smith.
Dari dialog tersebut, kita bisa melihat contoh dari kecenderungan manusia ketika melihat orang yang berbeda dari dirinya bukanlah ‘orang’ (people). John merasa Pocahontas adalah kaum barbar hanya karena masih hidup di hutan, dengan nama aneh, dan tidak memiliki warna kulit yang sama dengannya.
Bahwa sesuatu yang berbeda tidak memenuhi kriterianya sesuatu yang bermoral. Padahal, ketika mau membuka percakapan, atau memahami latar belakang mereka, kita akan mempelajari hal baru dari perbedaan tersebut.
Melihat betapa sempitnya cara pandang John Smith dari lirik tersebut, siapa sekarang yang lebih dari babar dalam kisah ini?
Come roll in all the riches all around you
And for once never wonder what they’re worth
Selain bicara tentang menghargai perbedaan, “Color of the Wind” lebih banyak memuat lirik tentang memaknai alam. Dalam konteks ini, John Smith adalah seorang penjelajah yang melihat bumi sebagai benda mati, bisa dieksploitasi dan dimiliki hanya karena Ia merasa dirinya beradab. Sebaliknya Pocahontas tidak ingin memiliki bumi, Ia ingin bersaudara dengan bumi dan isinya.
Ia mengungkapkan hal tersebut melalui lirik, ‘The rainstorm and the river are my brother/ the heron and the otter are my friends’. Pocahontas mengajak John Smith untuk menghargai alam, tidak melihat segalanya sebagai sesuatu yang berharga dan bisa menghasilkan profit.
Untuk sekali saja, tidak menebang pohon untuk mengetahui seberapa tinggi sebuah pohon bisa tumbuh. Hanya demi memahami dan peka terhadap bumi. Karena akan lebih baik untuk mencintai bumi sebelum tumbuh sifat egois dan impulsif yang berujung pada eksploitasi alam.
You can own the Earth and still
All you’ll own is Earth until
You can paint with all the colors of the wind
Sekalipun John Smith atau kita memutuskan untuk tidak peduli dengan pesan yang disampaikan dalam “Color of the Wind”, Pocahontas tetap berkeras hati bahwa kita tidak akan pernah bisa memiliki Bumi sampai kita mau memaknai Bumi.
Ketika kita memutuskan untuk mengenal dan menjalin hubungan dengan alam, kita akan lebih bijak ketika hendak memberdayaankan alam dalam mendukung perkembangan kualitas hidup kita. Karena membangun peradaban yang lebih maju bukan hal yang ditentang oleh Pocahontas, namun Ia ingin John Smith untuk memahami dulu betapa besarnya peran bumi, bahwa bumi bukan ‘benda’ mati.
Fakta bahwa kita berdiri di dataran bumi, makan dan minum dari apa yang disediakan oleh bumi, merupakan sebuah kenyataan yang tidak bisa disangkal. Bumi bisa tetap hidup tanpa manusia, hal tersebut telah terjadi di peradaban lama. Kitalah yang tidak bisa hidup tanpa bumi.
“Pocahontas” merupakan film Disney Princess klasik yang cukup underated. Bagi yang belum nonton, film animasi ini patut ditonton karena mengandung cerita dengan pesan yang sangat berbeda dari film putri-putri lainnya.