Connect with us
Perempuan Bergaun Merah
Rapi Films

Film

Perempuan Bergaun Merah Review: Kembalinya Horor Lokal Bernuansa Tiongkok

Hadir sebagai horor penuh darah, ‘Perempuan Bergaun Merah’ berusaha mengembalikan horor lokal dengan kearifan Tiongkok.

★ ★ ★ ★ ★
★ ★ ★ ★ ★

Beberapa waktu ke belakang, Indonesia diramaikan dengan deretan film horor yang mengusung premis cenderung sepadan serta spotlight pada kearifan mayoritas. Akan tetapi, masih sangat jarang sineas horor Indonesia yang bertumpu pada kebudayaan Tiongkok dalam bangunan plot-nya.

Setelah ‘Karma’ yang populer satu dekade lalu, hadir kembali film horor yang berfokus pada budaya Tiongkok, yakni ‘Perempuan Bergaun Merah’ yang hadir di bioskop pada November ini.

‘Perempuan Bergaun Merah’ merupakan film horor produksi Rapi Films dan Frontier Pictures yang disutradarai William Chandra dan diproduseri oleh Timo Tjahjanto. Memboyong Tatjana Saphira dan Refal Hady sebagai pemeran utamanya, film ini berfokus pada Dinda dan Putra yang berusaha mencari tahu kebenaran dari hilangnya Kara. Namun, di saat yang sama keduanya bersama teman-temannya harus berhadapan dengan iblis yang mengincar nyawa mereka satu per satu.

Secara premis, ‘Perempuan Bergaun Merah’ tetap terpaku dengan formula yang kurang lebih serupa dengan berbagai film horor lokal lain mengenai penelusuran misteri dari suatu kejadian di sekitar karakter dan diiringi dengan teror yang semakin menjadi-jadi. Walau tampak pasaran, William Chandra mengemasnya dengan cerita yang diruntutkan secara rapi, membuat segala misterinya terasa menarik untuk diikuti serta diimbangi dengan twist yang cukup masuk akal.

Perempuan Bergaun Merah

Hot take dari ‘Perempuan Bergaun Merah’ adalah kebudayaan Tiongkok yang diusungnya. Seperti fenomena hantu dengan attire merah dengan dendam, hingga berbagai kegiatan ala budaya Tiongkok di Indonesia membuatnya terlihat unik dengan gempuran horor lokal yang tampak mengekor budaya Jawa atau bahkan Barat. Hal tersebut yang membuatnya unik melalui keberanian mengusung budaya di kaum minoritas Indonesia, mengingat banyaknya film horor lokal yang sebatas bermain dengan elemen budaya mayoritas atau bahkan malah bergeser dengan tema western yang kurang familiar bagi selera penonton Indonesia.

Akan tetapi, hal menyebalkan yang dihadirkan oleh ‘Perempuan Bergaun Merah’ adalah marketing-nya yang seakan menggembor-gemborkan koneksinya dengan seri film ‘Sebelum Iblis Menjemput’, salah satu karya populer arahan Timo Tjahjanto beberapa tahun lalu. Teknik pemasaran tersebut seakan menganggap bahwa film ini tak akan sukses bila tidak ada kaitannya, yang nyatanya film arahan William Chandra itu minim koneksi bahkan berpotensi terlewat dari sorotan penonton awam maupun cinephile.

Selain itu, influence dari Timo Tjahjanto masih sangat terasa pada ‘Perempuan Bergaun Merah’ ini yang diperlihatkan melalui kebrutalan di dalamnya. Dengan kegilaan yang takarannya kurang lebih serupa, elemen inilah yang membuatnya hanya terasa menegangkan pada beberapa scene tertentu walau placement-nya tidak terlihat dipaksakan.

Layaknya berbagai film horor lokal lain, ‘Perempuan Bergaun Merah’ hadir dengan ensemble cast yang menarik. Meski deretan pemerannya tampak masih baru dalam genre horor, semuanya tampil dengan baik dalam membawakan masing-masing karakternya yang sayangnya kurang terbangun seiring penceritaan, membuat mereka tampak sulit untuk dipedulikan eksistensinya.

Walau Tatjana Saphira dan Refal Hady berhasil memikat dengan pembawaan karakternya dalam penampilan horor pertama mereka, Faradina Mufti yang berhasil mencuri spotlight dalam film ini. Perannya sebagai Rosa terasa authentic dengan penampilan yang terasa nyata, membuatnya cocok mendapatkan julukan scream queen dengan kearifan lokal terlepas dari screen time-nya yang tidak terlalu banyak.

Terlepas dari berbagai hal di atas, aspek teknis dalam ‘Perempuan Bergaun Merah’ terlihat ciamik. Kombinasi sinematografi dan scoring yang cukup berhasil membangun nuansa horor dalam berbagai scene-nya, hingga set design bertema urban dengan color tone cenderung cool menjadikan pengalaman sinematik dalam film ini sangat pantang untuk dilewatkan.

‘Perempuan Bergaun Merah’ berpotensi untuk mendobrak sinema horor Indonesia kekinian melalui representasi budaya Tiongkok yang hampir tak pernah disorot oleh para sineas dan pantang dilewatkan selagi masih tersedia di bioskop. Meski begitu, deretan karakternya yang terasa kurang dikembangkan dan kurang all out dalam kebrutalannya membuat film arahan William Chandra ini masih terasa sangat mediocre.

Lost in Translation & Her: Kesepian dan Perpisahan dari Dua Perspektif

Film

Siksa Kubur & Badarawuhi di Desa Penari: Rayakan Lebaran dengan Film Horor Lokal

Entertainment

Monkey Man Monkey Man

Film & Serial Terbaru April 2024

Cultura Lists

Perfect Days Perfect Days

Perfect Days: Slow Living & Komorebi

Entertainment

Connect