Connect with us
Paths of Glory Review
Cr. Getty Images

Film

Paths of Glory Review: Salah Satu Film Anti Perang Terbaik

Ambisi Kubrick muda menunjukkan getirnya peperangan.

★ ★ ★ ★ ★
★ ★ ★ ★ ★

Film “Paths of Glory” rilis pada tahun 1957 dan menjadi awal tonggak keberhasilan Stanley Kubrick. “Paths of Glory” dipuja-puja hingga mendapat gelar sebagai salah satu film perang terbaik sepanjang masa berbanding terbalik ketika pertama perilisan. Film ini justru banyak dicekal oleh beberapa negara karena konteks filmnya dianggap tidak pantas.

“Paths of Glory” merupakan sebuah adaptasi dari novel berjudul sama yang ditulis oleh Humphrey Cobb. Dilansir oleh cinephiliabeyond, Kubrick memutuskan untuk mengadaptasi novel tersebut ke dalam film karena Kubrick menyukai novel tersebut di masa mudanya.

Pihak studio sempat ragu karena subjek film tersebut sangat kontroversial terutama mengenai perihal anti-perangnya terutama ketika novel tersebut mendapatkan respon negatif ketika diadaptasi di panggung Broadway.

Paths of Glory Review

Kisah anti-perang yang membahas tentang loyalitas dan patriotism

“Paths of Glory” berlatarkan Perang Dunia Pertama dan mengambil cerita dari Negara Prancis. Jenderal Mireau (George Macready), seorang jenderal yang begitu ambisius mendapat tugas dari seniornya Jenderal Georges Broulard (Adolphe Menjou) untuk menyerang pertahanan Jerman di Anthill. Awalnya Mireau menolak atas dasar rasio kemungkinan yang begitu kecil sampai akhirnya Broulard merayunya dengan promosi jabatan. Mireau segera menerima mandat tersebut.

Mireau membahas rencana penyerangan dengan Kolonel Drax (Kirk Douglas). Drax menolak rencana tersebut karena dikhawatirkan justru akan melemahkan pertahanan Prancis di Anthill. Terutama karena posisi Jerman lebih menguntungkan di wilayah tersebut.

Keesokan harinya, ketika rencana dilakukan hasilnya gagal total. Banyak korban berjatuhan bahkan pasukan Prancis tidak ada satupun yang berhasil menyentuh pertahanan Jerman. Drax memutuskan untuk mundur. Mireau menolak rencana tersebut meski hasil perang sudah terlihat jelas bahwa mereka gagal. Akhirnya Mireau menganggap siapapun yang kabur merupakan tindakan pengecut dan harus menerima hukuman.

Mireau akhirnya memilih tiga prajurit untuk menjalani hukuman mati dengan pasal menolak perintah dan kabur dari peperangan. Drax tidak menerima keputusan itu dan memutuskan untuk membela ketiga prajurit tersebut. Drax pada akhirnya kalah di persidangan karena memang persidangan tersebut sudah dirancang untuk menjatuhkan hukuman mati terhadap tiga prajurit tersebut.

Paths of Glory Review

Sajian getir anti-perang oleh Kubrick dengan visual yang indah

Terlepas dari ceritanya yang begitu getir dan menunjukkan bahwa keadilan memang tidak selamanya berpihak kepada rakyat kecil, Kubrick menyajikan film ini dengan begitu indah dan menjadi inspirasi bagi sineas film mendatang dalam membuat film bertemakan perang.

Sedari awal, Kubrick sudah memberikan gambaran betapa tidak adilnya dalam peperangan dari penciptaan latar di cerita. Ketika petinggi-petinggi diperlihatkan berada di suatu Gedung yang besar, megah dan terlihat kosong, di sisi lain para prajuritnya diperlihatkan berada di gorong-gorong sempit dan kumuh.

Untuk menunjukkan situasi di gorong-gorong, Kubrick menggunakan tracking shot yang panjang. Tracking shot tersebut dilihat dari sudut pandang Mireau ketika menginspeksi para prajurit dan membuat penonton jadi terbawa suasana dengan situasi peperangannya ditambah dengan suara dentuman mortar dan serpihan debu yang berjatuhan.

Adegan peperangan memang ditampilkan begitu sedikit yaitu ketika penyerangan di Anthill. Sekali lagi, Kubrick memperlihatkan brutalnya peperangan dengan tracking shot yang mengagumkan sekaligus mengerikan. Di waktu tersebut untuk menampilkan adegan kebrutalan peperangan dengan begitu eksplisit memang masih jarang, hal ini pulalah yang menjadi alasan film ini dilarang untuk ditayangkan di beberapa negara. Terutama memperlihatkan betapa buruknya negara Prancis di film tersebut.

Pemilihan warna hitam putih tentu digunakan oleh Kubrick untuk menguatkan pesan bahwa kehidupan memang dipenuhi akan hitam putih, baik dan buruk dan adil maupun tidak adil. Ketiga prajurit tersebut harus menghadapi ketidakadilan, mereka harus menghadapi hukuman mati atas kesalahan yang tidak mereka lakukan sama sekali. Di sisi lain, para petinggi berpesta pora merayakan lolosnya dari rasa malu karena kekalahan di Anthill.

Keberhasilan Kubrick di film ini juga dilihat dari cara Kubrick mengarahkan para aktornya. Kirk Douglas menunjukkan performa terbaiknya sebagai pimpinan yang penuh akan rasa dilema. Akting Kirk Douglas berhasil membuat penonton merasakan bagaimana ketika seorang pimpinan harus menerima kenyataan pahit bahwa usahanya ternyata sia-sia dan nyawa manusia harus mati karena kegagalannya.

Begitu juga dengan George Macready yang berhasil menunjukkan akting menyebalkan sebagai Jenderal Mireau. George Macready mampu membuat para penonton akan merasa benci dengan dirinya karena sikap ambisius dan mengatas namakan patriotisme demi mempertahankan rasa malu atas kesalahannya sendiri.

Kubrick memang selalu memberikan pesan anti-perang di film perangnya. Begitu juga di dalam film “Paths of Glory”. Film ini mengedukasi tentang peperangan itu hanyalah permainan politik dari kaum elitis di pemerintahan. Para prajurit hanya menjadi pion saja dan harus siap mempertaruhkan nyawa apapun perintah dari atasan. Loyalitas dan patriotisme menjadi kabur pemaknaannya ketika ego dari pimpinan turut serta demi kepentingan mereka. Terkesan sangat brutal pesan dari film ini pesan tersebut bahkan masih relevan sampai sekarang.

Lost in Translation & Her: Kesepian dan Perpisahan dari Dua Perspektif

Film

Siksa Kubur & Badarawuhi di Desa Penari: Rayakan Lebaran dengan Film Horor Lokal

Entertainment

Monkey Man Monkey Man

Film & Serial Terbaru April 2024

Cultura Lists

Perfect Days Perfect Days

Perfect Days: Slow Living & Komorebi

Entertainment

Connect