Connect with us
No One Gets Out Alive Review
Netflix

Film

No One Gets Out Alive Review

Tipikal film horor rumah berhantu “klasik” yang membosankan.

★ ★ ★ ★ ★
★ ★ ★ ★ ★

Ambar (Cristina Rodlo) adalah seorang imigran ilegal dari Mexico yang ingin memulai kehidupan baru di Cleveland, Amerika Serikat. Sambil menunggu kesempatan besar yang akan datang di akhir pekan, Ambar memutuskan untuk tinggal di kamar sewaan murah. Ia tinggal di sebuah rumah tua dengan bangunan yang cukup pengap dan reot. Dihuni oleh seorang pemilik properti bersama saudaranya yang misterius, Ambar mulai menemukan kejanggalan di bangunan tersebut.

“No One Gets Out Alive” merupakan film horor dari sutradara Santiago Menghini, diadaptasi dari novel berjudul serupa karya Adam Nevill. Film ini menjadi salah satu film terbaru di Netflix Oktober ini.

Secara sekilas, “No One Gets Out Alive” tampak seperti film horor tentang properti berhantu pada umumnya, dengan protagonis wanita yang sedang kesulitan. Menimbulkan suasana film yang gelap, suram, dan mengandung kemalangan. Namun, ada unsur horor lain yang berusaha dieksekusi dalam cerita satu ini.

No One Gets Out Alive

Memiliki Logika Horor Klasik yang Sulit Menyakinkan

Semakin banyaknya film horor populer terbaru yang menyajikan materi berkualitas, film horor dengan kisah standard akan mendapatkan rating yang rendah. Sudah tidak zaman lagi membuat film horor dengan formula “klasik” yang menyepelekan penontonya, seakan kita bisa mudah percaya dengan fenomena supranatural tanpa memahami logikanya.

“No One Gets Out Alive” sekilas tampak seperti film berlatar di properti berhantu, namun ada berbagai tema horor lain yang ingin disajikan dalam naskahnya. Mungkin ingin memberikan naskah dengan kompleksitas yang berkualitas, namun pada akhirnya malah menciptakan banyak plot hole.

Penonton seakan dipaksa asal percaya pada energi supranatural yang bersemayam dalam properti antik dalam kisah ini. Diberi pula footage sebagai prolog tanpa deskripsi dengan ekspektasi penonton bisa percaya dan langsung memahaminya. Bahwa ada sebuah prasasti antik yang berhantu dan kuno.

Tak hanya kisah rumah berhantu, ada tema sekte, hingga sentuhan thriller manusiawi yang hendak dikandung dalam kisah ini. Terkadang, film horror tak perlu menyimpan banyak misteri atau mengandung “hukum horor” yang kompleks.

Film horor masa kini harus mampu menyakinkan penontonnya terlebih dahulu untuk menimbulkan rasa takut. Entah karena penyampaian dari materi sumbernya yang kurang maksimal, “No One Gets Out Alive” jauh dari kata menyakinkan.

Tidak Ada Jumpscare, Plot Membosankan, Kurang Penjelasan untuk Dipahami

Film horor ini sudah tidak mengandalkan ‘jumpscare’ untuk menakut-nakuti penonton. Namun, tidak diimbangi dengan plot yang menarik pula, akhirnya malah jadi membosankan. Ada banyak peristiwa atau logika yang kurang penjelasan. Seharusnya beberapa adegan bisa dimanfaatkan untuk mengeksplorasi objek utama dari kisah ini.

Tanpa pembangunan cerita yang fokus, kemunculan makhluk menyeramkan pada babak pengungkapan tak akan membuat penonton takut. Seseram apapun, seaneh apapun desain dari “makhluk” yang menjadi nemesis dalam kisah ini tak akan memberikan lonjakan emosi yang signifikan bagi penonton.

Tak kenal maka tak takut. Untuk merasakan ketakutan pada sosok diluar nalar, kita juga harus merasakan keberadaan mereka secara bertahap. Teror yang disebar dalam plot “No One Gets Out Alive” sama sekali tidak mendukung keberadaan “makhluk” yang hendak dipresentasikan sebagai suguhan utama.

Kekurangan dari penulisan naskah ini adalah kemampuan menarik garis merah, menyambungkan satu peristiwa ke peristiwa lainnya untuk menjadi satu plot utama yang saling melengkapi.

Protagonis Wanita dengan Penokohan Biasa

Film ini juga memiliki protagonis wanita yaitu Ambar, dengan penokohan dan latar belakang biasa saja. Satu aspek latar belakang yang cukup menarik hanya identitasnya sebagai imigran gelap. Hal tersebut menjadi modal yang bagus untuk karakter Ambar yang masuk akal mau tinggal di properti murah meski usang. Ia juga jadi lebih sulit untuk meninggalkan properti tersebut. Namun, lebih dari itu, tidak ada penokohan spesial yang cukup untuk membuatnya menerima ‘protagonist privilege’.

Pada akhirnya, “No One Gets Out Alive” merupakan film horor klasik yang generik. Standard untuk film horor sekarang ini sudah semakin tinggi, begitu pula penonton yang sudah semakin sulit untuk ditakuti dengan logika yang tidak masuk akal. Sudah tidak zaman lagi membuat film horor yang asal seram dan mengandung kisah supranatural tanpa penjelasan yang menyakinkan.

Lost in Translation & Her: Kesepian dan Perpisahan dari Dua Perspektif

Film

Siksa Kubur & Badarawuhi di Desa Penari: Rayakan Lebaran dengan Film Horor Lokal

Entertainment

Monkey Man Monkey Man

Film & Serial Terbaru April 2024

Cultura Lists

Perfect Days Perfect Days

Perfect Days: Slow Living & Komorebi

Entertainment

Connect