Connect with us
Stanley Kubrick
Photo by Michael Ochs Archives/Getty Images

Film

Musik dan Stanley Kubrick

Bagaimana Kubrick menjadikan musik sebagai bagian penting dalam filmnya.

Jika pertama kali mendengar nama Stanley Kubrick, di pikiran kita langsung teringat akan film “2001: A Space Odyssey” (1968) atau “The Shining” (1980). Apa yang ikonik dari kedua film tersebut selain teknisnya yang mengagumkan? Penggunaan musik klasiknya.

Pembukaan di film “2001: A Space Odyssey” menggunakan musik “Also Sprach Zarathustra” yang dibawakan oleh Richard Strauss dan musik “Polymorphia” karya Kryzsztof Penderecki di akhiran film “The Shining” memberikan pengaruh yang signifikan dengan ceritanya.

Stanley Kubrick dikenal sebagai sutradara yang perfeksionis tidak hanya dalam pengarahan pada aktornya tapi juga pengarahan latar tempat dan juga pemilihan musiknya. Menurut Michael Ciment dari bukunya “Kubrick: Definitive Collection” (1980) menyatakan bahwa kedetailan Kubrick ketika memproduksi karyanya juga tergantung dari musik yang Kubrick pilih.

Kubrick lebih memilih musik, terutama musik klasik yang sudah jadi daripada harus merekrut komposer untuk membuatkan musik untuk filmnya. Bagi Kubrick menciptakan suatu adegan dari musik yang bagus menghasilkan suatu adegan yang akan dikenang selamanya. Itulah kenapa enam film terakhir dari Kubrick menggunakan musik klasik.

Alasan pemilihan musik tersebut juga tidak hanya sebatas mendukung atmosfir penceritaan tapi berbaur dengan konteks ceritanya. Pemilihan musik “Also Sprach Zarathustra” dikarenakan adanya kemiripan dengan tema cerita di dalam film “2001: A Space Odyssey”.

Richard Strauss menciptakan musik tersebut terinspirasi dari novel karya Nietzsche berjudul “Thus Spoke Zarathustra”. Salah satu tema di dalam novel tersebut adalah bagaimana kehidupan manusia digantikan oleh ubermensch atau yang derajatnya lebih tinggi dari manusia. Seperti kita tahu film “2001: A Space Odyssey” tema besarnya adalah semakin maju teknologi kehidupan manusia tergantikan oleh mesin.

Selain “Also Sprach Zarathustra”, musik yang terkenal di film tersebut adalah “The Blue Danube” karya Johann Strauss II. Musik waltz atau yang biasa digunakan untuk dansa tersebut digunakan oleh Kubrick ketika adegan menyusuri interior di stasiun angkasa luar. Seperti halnya sedang berdansa, Kubrick memperlihatkan situasi yang ada di adegan tersebut seperti perputaran satelit dan orang-orang berjalan melawan gravitasi.

Alasan Kubrick mengadaptasi novel “A Clockwork Orange” ke film mungkin salah satunya adalah karena tokoh ceritanya Alex DeLarge terobsesi dengan Beethoven. Sama seperti halnya dengan Kubrick yang terobsesi dengan musik klasik. Musik yang mendominasi di film ini adalah “Music for the Funeral of Queen Mary” karya Henry Purcell yang diadaptasi oleh Wendy Carlos. Musik ini terdengar di pembukaan film dan di beberapa adegan lainnya.

Jika melihat teks musiknya dari buku “Book of Common Prayer” (1662), “Music for the Funeral of Queen Mary” menceritakan tentang manusia hidup dari Wanita dan memiliki hidup yang singkat. Semasa hidup manusia melakukan banyak tindakan yang berdosa hingga akhirnya menyadari bahwa manusia memiliki Tuhan yang mengarahkan hidupnya menjadi lebih baik. Cerita tersebut seperti halnya yang terjadi di film “A Clockwork Orange”.

“Ninth Symphony” karya Ludwig van Beethoven yang menjadi tema utama baik di novel maupun di film. Kubrick memahami maksud Anthony Burgess, pengarang novel “A Clockwork Orange” memilih musik sebagai bagian dari karakter Alex DeLarge. “Ninth Symphony” memberikan penggambaran puncak dari sisi emosional manusia. Bagaimana manusia mengalami kejatuhan dan bangkit dari segala permasalahannya hingga menjadi manusia yang baru.

Apa yang terjadi pada Alex berkaitan dengan tahapan dalam musik “Ninth Symphony”. Ketika musik “Ninth Symphony, Second Movement” diputar, Alex dalam keadaan terpuruk sesuai dengan penggambaran isi musiknya. Ketika dipenghujung film Alex merasa dirinya bangkit dari keterpurukan musik “Ninth Symphony, Fourth Movement” terdengar melalui alat pemutar suara yang diputar oleh Perdana Menteri.

Stanley Kubrick dan istrinya Christiane

Stanley Kubrick dan istrinya Christiane (Cr. Tom Cunningham/NY Daily News Archive, via Getty Images)

Tidak hanya dua musik tersebut, masih ada lagi musik “The Thieving Magpies” karya Gioachino Rossini digunakan oleh Kubrick untuk menggambarkan situasi perkelahian antar geng Alex dengan rivalnya. Ketukan nada di musik tersebut disesuaikan dengan koreografi perkelahian yang ditampilkan. Hal tersebut memang berkaitan dengan konteks musiknya yang menggambarkan kekerasan di dalam cerita di musiknya.

Di film “The Shining”, Kubrick juga memiliki andil yang besar dalam pemilihan musiknya. Hal ini yang akhirnya menjadi perkara oleh Wendy Carlos dan Rachel Elkind sebagai komposer yang merasa pekerjaannya begitu diintervensi oleh Kubrick. Musik “The Awakening of Jacob” oleh Krzysztof Penderecki digunakan oleh Kubrick untuk memperkuat situasi horor yang dialami oleh Danny Torrance ketika dia mendapatkan penglihatan dengan apa yang terjadi di hotel Overlook. Sama seperti di judulnya, musik ini memang menggambarkan tentang mimpi yang menjadi nyata.

Musik dari Penderecki yang lain adalah “Polymorphia” yang digunakan Kubrick di akhiran film ketika Wendy Torrance menemuka fakta yang sesungguhnya dari hotel Overlook.

“Polymorphia” berasal dari Bahasa Latin yang artinya banyak bentuk. Di sini konteks banyak bentuk adalah banyaknya variasi suara dari musik tersebut. Variasi suara yang dihasilkan menciptakan suasana horor yang tidak menyenangkan sehingga dipilih oleh Kubrick untuk menunjukkan situasi yang dialami oleh Wendy di adegan tersebut.

Kedetailan Kubrick dalam memilih musik memang tidak diragukan lagi. Gelar perfeksionis yang melekat dalam dirinya memang tidak sembarangan. Kubrick berusaha semaksimal mungkin untuk menghasilkan karya sesempurna mungkin. Seperti halnya dalam pemilihan musik. Kubrick memang dikenal sebagai pecinta musik klasik maupun jazz seperti yang diceritakan oleh istrinya. Hal tersebut memengaruhi beliau dalam pembuatan filmnya.

Selain menunjukkan gebrakan visual, Kubrick juga memberikan pemaknaan baru dalam memasukkan musik di dalam film. Musik tidak lagi hanya sebatas sebagai pendukung atmosfir tapi juga memiliki kaitan erat dengan ceritanya. Hal inilah yang akhirnya ditiru oleh sineas di generasi mendatang.

Lost in Translation & Her: Kesepian dan Perpisahan dari Dua Perspektif

Film

Siksa Kubur & Badarawuhi di Desa Penari: Rayakan Lebaran dengan Film Horor Lokal

Entertainment

Monkey Man Monkey Man

Film & Serial Terbaru April 2024

Cultura Lists

Perfect Days Perfect Days

Perfect Days: Slow Living & Komorebi

Entertainment

Connect