Quantcast
More Than Robots Review: Eksistensi FIRST Robotics Competition yang Inspiratif - Cultura
Connect with us

Film

More Than Robots Review: Eksistensi FIRST Robotics Competition yang Inspiratif

Bagaimana kompetisi robot menghasilkan anak muda yang siap menghadapi dunia.

★ ★ ★ ★ ★
★ ★ ★ ★ ★

FIRST (For Inspiration and Recognition of Science and Technology) merupakan komunitas robot murid sekolah yang didirikan oleh Dean Kamen. Telah lebih dari 30 tahun, Kamen memiliki visi untuk menciptakan budaya dimana ilmu pengetahuan dan teknologi dirayakan, dimana anak muda memiliki mimpi untuk menjadi pemimpin di skena ilmu pengetahuan dan teknologi. Salah satu program unggulan dari komunitas internasional ini adalah FIRST Robotics Competition.

“More Than Robots” merupakan film dokumenter yang meliput dan mengeksplorasi; apa yang membuat FIRST lebih dari sekedar komunitas robot? Tak kalah semarak dengan pertandingan olahraga pada umumnya, hingga e-sport championship yang semakin berkembang, FIRST Robotics Competition juga terangkai dari berbagai agenda seru dan tak melulu tentang merakit robot. Film yang disutradarai oleh Gillian Jacobs (Community) ini sudah bisa di-streaming di Disney+ Hotstar.

Apa Itu FIRST Robotics Competition?

FIRST Robotics Competition (FRC) merupakan kompetisi robot tingkat SMA yang kini telah berskala internasional. Merealisasikan visi Dean Kamen, Ia mencetuskan sebuah agenda yang memadukan olahraga dengan ilmu pengetahuan dan teknologi. Konsep acara yang lebih interaktif dan semarak dari sekedar festival atau pameran teknologi.

Setiap tahunnya, kompetisi ini memiliki tema dan tantangan berbeda untuk dieksekusi peserta. Berbeda seperti kompetisi olahraga tradisional maupun hibrida, FRC memiliki nilai dan prinsip dengan makna dalam untuk perkembangan komunitas robot anak muda ini.

Selain kompetisi robot sebagai agenda utama, FRC juga memiliki rangkaian agenda seru sebagai kemasan komplit perayaan ilmu pengetahuan dan teknologi. Mulai dari tim sorak-sorai, penampilan musik, tim dengan nama dan yel-yel nyentrik, hingga robot yang diberi nama lucu maupun keren. Banyak dari kita mungkin berpikir bahwa kompetisi robot memiliki vibe yang serius. Namun FRC menunjukan bagaimana komunitas pecinta robot ini juga terdiri dari banyak remaja yang bebas dalam mengekspresikan diri, luwes dalam berinteraksi, spotif, dan mampu bekerja dalam tim.

Kisah Personal Sederet Remaja Berbakat yang Tak Melulu Pandai Merakit Robot

Dean Kamen sendiri muncul sebagai narasumber dalam “More Than Robots”. Menyampaikan misi dan visinya akan kompetisi robot yang Ia ciptakan. Kita juga akan mengikuti persiapan 4 tim, peserta, hingga mentor dari berbagai belahan dunia. Ada pasangan suami-istri yang menjadi mentor di California, remaja Jepang yang mendirikan tim robot pertama untuk berkompetisi di FIRST, peserta kategori Chairman dari Meksiko, dan remaja lainnya yang berkembang melalui program FIRST.

Tak melulu kisah sukses, “More Than Robots” tak ragu memasukan footage yang dimana peserta mengalami kegagalan. Contohnya saja ketika tim Jepang melakukan demo robot di depan sponsor dan tamu undangan mereka. Meski sempat canggung, kita kemudian disambut dengan bagaimana remaja-remaja ini hanya tertawa malu. Kemudian mentor datang untuk menyemangati mereka lagi.

“More Than Robots” dibentuk dari banyak footage campuran untuk menjadi sebuah film. Mulai dari dokumentasi profesional, rekaman kamera smartphone, hingga footage Zoom. Meski terasa campur-aduk, dokumenter memiliki alur kronologis yang tetap mudah untuk disimak.

Lahirnya Banyak Insan Muda yang Siap Menghadapi Tantangan Dunia

Film dokumenter dengan tema kompetisi yang hype dan ambisius kerap diakhiri dengan adegan riuh kemenangan di babak terakhir. Dokumentasi FRC dalam film ini meliput hype kompetisi untuk periode 2019 – 2020. Meski sempat menyajikan keseruan dari beberapa kompetisi regional, sayangnya agenda utama championship skala internasional mereka harus batal karena pecahnya pandemi pada awal 2020.

Sekali lagi, film dokumenter ini menunjukan realita yang cukup membuat frustasi banyak peserta yang sudah kita simak kisahnya pada babak awal. Mulai dari tim Jepang yang akhirnya tak bisa mengikuti kompetisi pertama mereka. Ada pula peserta dari Meksiko yang kecewa karena tahun ini Ia akan segera lulus dari bangku SMA.

Namun, justru momen ini menjadi ajang pembuktian, lahirnya banyak insan muda yang tak tinggal diam saat menghadapi masalah. Meski tak jadi berkompetisi di FRC, para peserta tetap produktif selama pandemi sebagai komunitas pecinta robot.

Karena proses menciptakan robot adalah pelatihan problem solving. Kini setiap peserta FIRST adalah anak-anak muda yang juga mampu menerapkan problem solving di dunia nyata. Ada yang memulai kelas programing secara online, mengembangan 3D printer untuk face shield, membuat podcast inspiratif, dan masih banyak lagi. Pada akhirnya, FIRST menunjukan seberapa besar dampak yang telah dihasilkan melalui program mereka.

Gagalnya penyelanggaran FRC bukan menjadi akhir muram dalam skenario dokumentasi ini. Justru karena melihat bagaimana para remaja dalam komunitas ini mampu melakukan sesuatu yang berdampak di luar kompetisi telah menjadi pencapaian besar bagi FIRST.

Pada akhirnya, “More Than Robots” lebih dari sekadar judul yang klise. Dalam durasi kurang lebih satu setengah jam, FIRST berhasil membuktikan bahwa komunitas mereka memang lebih dari sekadar komunitas pecinta robot. “More Than Robots” bisa menjadi tontonan inspiratif yang ditonton bersama anak-anak maupun keluarga di Disney+Hotstar.

den of thieves 2: pantera den of thieves 2: pantera

Den of Thieves 2: Pantera Review

Film

Mufasa: The Lion King Review Mufasa: The Lion King Review

Mufasa: The Lion King Review – Asal-Usul Mufasa dalam Visual Spektakuler yang Kurang Menggigit

Film

Nosferatu 2024 Nosferatu 2024

Nosferatu Review: Kisah Klasik Vampir yang Dibalut Visual Gotik Modern

Film

Presence Review: Pendekatan Unik Dari Sudut Pandang Hantu

Film

Advertisement Drip Bag Coffee
Connect