Setiap manusia memiliki kerentanannya masing-masing, membuatnya mudah untuk disusupi pengaruh luar. Tak hanya itu, pengaruh luar dapat memberikan dampak bagi orang-orang tersebut, di antaranya melahirkan benih-benih kejahatan baru di masa depan. Hal inilah yang disorot dalam ‘Lesson in Murder’, salah satu headliner dalam Japanese Film Festival Indonesia 2022.
‘Lesson in Murder’ merupakan film mystery thriller arahan Kazuya Shiraishi yang diadaptasi dari novel ‘Shikei ni Itaru Yamai’ karya Riu Kushiki. Menempatkan Sadao Abe dan Kenshi Okada sebagai pemeran utamanya, film ini berfokus pada kisah Masaya Kakei yang berusaha mencari tahu kebenaran dari rentetan pembunuhan oleh serial killer Yamato Haimura, utamanya ketika sang pembunuh menyangkal salah satu tuduhan yang dilayangkan pada dirinya. Seiring waktu, Masaya harus berhadapan dengan banyak hal, seperti masa lalu kelam dan dirinya yang perlahan berubah.
Seperti berbagai film mystery thriller kebanyakan, ‘Lesson in Murder’ hadir dengan plot yang tergolong rumit. Kazuya Shiraishi secara hati-hati menanamkan berbagai elemen penceritaan antara Masaya dan Yamato, memberikan suspense ke tingkat lebih tinggi seiring durasi berjalan. Oleh karena itu, pacing yang disajikan terasa sangat lambat seakan membuat penonton terserap dalam semrawutnya benang merah dari dua insan tersebut.
Film yang diadaptasi dari karya terpopuler Riu Kushiki ini hadir dengan graphic element sepanjang durasinya. Alih-alih tampil sadis secara jor-joran layaknya berbagai film horror thriller pada umumnya, Kazuya Shiraishi menyajikan slow burn gore, memberikan kengerian pada berbagai penampilannya. Showcase dari elemen ini dapat dilihat pada prolog ‘Lesson in Murder’, yang nantinya akan semakin gila dan membuat bulu kuduk berdiri bahkan ketika pemutaran sudah berakhir.
‘Lesson in Murder’ ini seakan ingin menyorot bagaimana satu manusia dapat menjadi sleeping slave dari manusia lain yang lebih superior. Tanpa perlu hubungan darah, manusia dapat memberikan pengaruh signifikan, terutama apabila targetnya memiliki celah dalam hidup. Itulah yang membuat film adaptasi novel ini terasa nyata dan mengerikan, memberikan dampak emosional tersendiri bagi para penontonnya.
Hadir dengan segudang cast, spotlight dalam ‘Lesson in Murder’ ini adalah Sadao Abe dan Kenshi Okada. Sadao yang memerankan Yamato Haimura secara luwes membuat perannya sebagai pembunuh terasa mengerikan dan convincing dengan segala representasinya. Selain sang pembunuh, ada Masaya Kakei yang diperankan dengan baik oleh Kenshi Okada melalui representasi remaja Jepang biasa yang tampak sangat optimistic namun fragile.
Berbagai hal baik dalam ‘Lesson in Murder’ ini dikemas dengan aspek teknis yang tak kalah ciamik. Salah satu yang paling menarik adalah sinematografinya, di mana terdapat beberapa scene menarik seperti refleksi Masaya-Yamato yang saling bertumbu sebagai mekanisme plot foreshadowing. Tak hanya itu, scoring yang disajikan dengan dominasi instrumen organ membuatnya terasa suspenseful. Belum lagi dengan color tone yang cenderung cool membuat nuansa keseluruhan dari film ini terasa semakin kelam.
Akhir kata, ‘Lesson in Murder’ merupakan satu film mystery thriller menunjukkan betapa mudahnya kerentanan manusia dijadikan alat untuk eksistensi yang lebih tinggi, bahkan dalam hal buruk sekali pun. Menikmatinya selagi tersedia di bioskop bukanlah hal buruk, terutama bagi penonton yang menyukai J-Movie.