Connect with us
KKN di Desa Penari
MD Pictures

Film

KKN di Desa Penari Review: Kengerian di Tanah Asing

Berhasil sajikan sinema penuh sentilan walau horornya masih perlu polesan pada berbagai sisi.

★ ★ ★ ★ ★
★ ★ ★ ★ ★

Beberapa tahun lalu, internet digegerkan dengan hadirnya kisah mengerikan dalam format thread pada platform Twitter yang berfokus pada sekelompok mahasiswa yang mengalami berbagai kejadian buruk selama menjalani Kuliah Kerja Nyata (KKN) di satu desa. Viral-nya kisah ini mendorong hadirnya adaptasi film berdasarkan thread terkait, yang akhirnya bisa dinikmati secara luas pada layar lebar mulai 30 April ini.

‘KKN di Desa Penari’ merupakan film horor terbaru produksi MD Pictures dan Pichouse Films yang disutradarai oleh Awi Suryadi. Dibintangi oleh Tissa Biani, Adinda Thomas, Aghniny Haque, dan sederet bintang ternama lainnya, film yang diadaptasi dari thread Twitter buatan SimpleMan ini berkisah tentang sekelompok mahasiswa yang berniat untuk menjalani KKN di satu desa. Akan tetapi, kegiatan mereka justru membawa petaka seiring waktu, membuat jin penguasa desa tersebut murka dan memberikan kengerian selama mereka melaksanakan KKN di sana.

Secara narasi, cerita dalam ‘KKN di Desa Penari’ dikemas layaknya thread Twitter dengan build-up yang perlahan dan tetap rapi. Semua hal mengenai misteri terkait KKN pada desa tersebut dibangun dengan baik tanpa menggunakan trope semacam plot twist yang saat ini tampaknya sudah sangat membosankan. Akan tetapi, temponya yang cenderung lambat menjadikan film ini tampak melelahkan, terutama versi uncut yang menawarkan durasi lebih panjang ketimbang versi aslinya.

Awi Suryadi memang terkenal sebagai salah satu pembuat film horor ternama di Indonesia, di antaranya seri film ‘Danur’, ‘Sunyi’, dan ‘Badoet’ yang sudah populer dalam kancah horor dunia. Beberapa trademark yang dimiliki pada berbagai filmografinya tersebut dibawa kembali dalam ‘KKN di Desa Penari’, salah satunya adalah slow-building fake jumpscare yang digunakan untuk menakuti dan sedikit menipu penonton demi memberikan sensasi horor jangka panjang.

Selain itu, iringan gamelan pada beberapa adegan dan nuansa tempatnya yang mistis juga meningkatkan intensitas horor yang ingin dibawa oleh Awi Suryadi dalam film ini. Meski begitu, permainan kameranya yang tampak tidak konsisten dan jumlah jumpscare-nya yang tampak terlalu banyak justru seakan menjadi pedang bermata dua, berpotensi membuat horornya lebih mengerikan dan juga menurunkan elemen tersebut secara drastis.

Layaknya berbagai film horor dari Awi Suryadi sebelumnya, selalu terselip pesan sentilan di dalamnya, tak terkecuali ‘KKN di Desa Penari’. Film tersebut menampilkan petaka yang hadir ketika satu atau lebih orang asing melanggar adat pada satu daerah, yang tampaknya dibawakan dengan baik di dalamnya. Inilah yang membuat film ini jauh lebih berbobot dibanding horor lokal kebanyakan, meningkatkan overall value darinya.

Akhir kata, ‘KKN di Desa Penari’ bukanlah film horor yang sempurna dengan sederet poin yang bisa dikembangkan lebih baik. Akan tetapi, muatan moral dan berbagai hal baik lainnya tetap membuat film ini sangat layak dinikmati, terutama versi uncut-nya.

Lost in Translation & Her: Kesepian dan Perpisahan dari Dua Perspektif

Film

Siksa Kubur & Badarawuhi di Desa Penari: Rayakan Lebaran dengan Film Horor Lokal

Entertainment

Monkey Man Monkey Man

Film & Serial Terbaru April 2024

Cultura Lists

Perfect Days Perfect Days

Perfect Days: Slow Living & Komorebi

Entertainment

Connect